Tafsir Pancasila atas dasar Hasta Brata dari tradisi
wayang, tradisi yang oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.
Hasta Brata adalah delapan laku kepemimpinan yang pernah disampaikan Kresna
kepada Arjuna di Gunung Kutharunggu.
“Ketuhanan
Yang Maha Esa berarti seluruh warga terutama pemimpinnya, lebih-lebih pemimpin
puncaknya, yakni kepala negara, harus suwung, suwung itu zero, tetapi bukan
empty. Pemimpin hanya melekat pada Tuhan. Dia tidak melekat pada yang lain,
termasuk pada harta dan benda yang dimilikinya. Pemimpin boleh kaya dan
berkuasa (berisi), tapi tidak boleh mempunyai kemelekatan pada harta benda dan
kekuasaan tersebut (kosong).”
“Kemanusiaan
yang adil dan beradab berarti manakala kemaslahatan bersama dunia membutuhkan
harata benda dan kekuasaannya, pemimpin terutama pemimpin tertinggi yang telah
suwung harus merelakannya. Ini bagaaikan Prabu Yudhistira yang bahkan merelakan
darah dagingnya sendiri. Bagaikan Nabi Ibrahim yang bahkan merelakan anakanya
sendiri disembelih.”
“Persatuan
Indonesia berarti menjaga agar indonesia tetap utuh, agar keanekaragaman di
dunia tetap terpelihara. Tidak bisa seluruh dunia kita jadikan satu negara dan
satu bangsa. Ini akan menyalahi kodrat lima unsur sumber daya alam yaitu
materi, waktu, energi, ruang dan keanekaragaman.”
“lalu
hanya orang-orang yang terbukti mampu menjaga keanekaragaman dunia melalui Persatuan
Indonesia dalam ranah kemanusiaan atas dasar ketuhanan, itulah yang berlaku
memimpin musyawarah mufakat. Itulah seyogianya nuansa dari sila keempat,
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
”
“Tak
boleh ada musyawarah apapun yang agendanya bukan untuk sila kelima, Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Seluruh rapat, kumpul-kumpul, yang agendanya
bukan utuk itu, dinyatakan ilegal…..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar