Minggu, 22 Maret 2015

Singularitas. . .



Iya benar kita ada disini bukan untuk merubah masa lalu. Namun orang selalu terjebak pada masa lalu, memang benar kita bisa kembali kepada masa lalu namun kita perlu membuat ingatan itu dalam bentuk 5 dimensi mungkin, atau kita cukup dengan 3 dimensi ? entahlah ingatan itu selalu mengajarkan tentang sejarah dan masa depan secara bersamaan, kadang orang merasa bahwa telah membuat hal paling baru namun di masa lalu hal tersebut hanyalah lelucon belaka. Kadang pula dari masa lalu kita bisa menemukan masa depan yang lebih baik. Sanggupkah kita percaya tentang kegialan pemikiran manusia yang membuat manusia itu sendiri merasa perbedaan waktu semakin berjarak ? semua tanda tanya ini tak lebih hanya waktu yang tahu jawabnya karena waktu dan gravitasi adalah cerminan kesempurnaan-Nya.

Senin, 16 Maret 2015

Memberilah. . .



Kalian terlalu banyak membaca dan menulis tentang cara cepat mendapatkan uang dari dunia maya bahkan dari cara korupsi mungkin ? kalian tak pernah sadar bahwa semakin kalian mencari harta itu semakin kurang pula harta yang kita butuhkan atau kita inginkan ! sungguh semakin kita menyimpan harta semakin busuk niat kita untuk memperoleh harta-harta itu. Jangan sampai kita lupa hakikat tentang kaya harta di dunia ini, memang tak bisa kita sangkut pautkan apa yang ada di dunia ini dengan dunia para religious, okeh baik anggap saja saya menghadapi orang barat yang berwatak dan bermental neorealis karena factor alam yang memiliki empat musim, yang susah sekali di beri pengertian bahwa dengan semakin kita memberi maka semakin lapang rezeki dan harta kita tak akan pernah berkurang bahkan selalu terus bertambah sesuai atau lebih dari yang kita berikan pada orang lain, sejak kecil seharusnya sudah di tanamkan sifat social dan kemanusiaan agar telah dewasa tak kaget untuk melihat kapitalisme dan liberal yang akut dan candu tentunya, membuat orang-orang terpaksa dan terbiasa untuk melakukan korup karena ada kesempatan dan rendah akan rasa kemanusiaannya dan rasa sosialnya. Mungkin sifat atau kebiasaan mengkoleksi itu timbul dari system yang menganjurkan untuk menumpuk harta dari pada membagikan kepada sesama yang lebih membutuhkannya. System memang maha dahsyat yang orang atau seorang tak bisa melawan sendiri dengan kaki ringkih dan mata berebelas kasih tak berdaya. Jangan saah sambung lagi yah karean telfon kita sudah jadi miliki seseorang di pusat sana. Jika ingin kaya maka berbagilah !

Rabu, 04 Maret 2015

gimbal expose


Ketidak-warasan merupakan hal yang bukanlah aib namun itu adalah hancurnya selubung dari kewarasan yang semu dan terkungkung teori belaka, terkungkung ambiguitas saja. Dari mana orang akan meramaikan jiwa-jiwanya jika ia hanya menambah ruang kosong dalam jiwanya, ruang kosong yang timbul akibat sifat munafik agar mendapat pujaan semu yang tak abadi, iya abadi namun tak sampai hati merengkuh kenikmatan yang timbul dari hal spontanitas dan refleksi dari lingkungan sekitar kita. Sampai mana kita akan bertahan dengan kegilaan ini, apakah hanya sekejap saja ? bagi ku uang yang maha membeli tak bisa jua membeli sehat dari bandar penyakit, uang tak sanggup melepaskan orang dari kematian, sungguh kaki ini tak bersandal yang nyaman karena uang tak sanggup menghidupi dan membeli kenyamanan itu semua,  aku tak bisa mengelak jika hidup untuk berbagi tentang hal yang hina tapi juga semua tentang kemanusiaan yang memanusiakan ! aku lelah namun tak berarti harus berhenti begitu saja, aku hanya perlu berjalan lambat sambil mengatur nafas yang dahaga, dahaga akan hal-hal tawa kita lalu di depan teras sempit tak bertuan. Tanpa perapian dan kayu bakar mengguna api sebagai pengusir rasa dingin ini. Dari manapun kita bisa melangkah asalkan kita berimajinasi tentang niat baik maka keberanian tak usah meragu walau kita memulai dari keraguaan tersebut sesungguhnya.

Senin, 02 Maret 2015

Lembah Subuh Dalam Kesunyian


Pagi subuh sudah kenyang perut ini, ku tinggalkan mereka berdua terkapar di trotoar teras rumah. Berkendara di tengah sunyi sendiri, rasa was-was tersirat dalam hati namun tak ku biarkan itu menikam lebih lama, cukup ku acuhkan rasa was-was itu. Sambutan subuh dengan adzan yang merdu memecah keheningan subuh membangunkan malam yang sejenak lelap dalam pelukan mimpi. Namun aku terperanjat oleh rasa yang aneh melihat nenek bungkuk tua berjalan menyusuri jalan subuh menuju masjid dan aku masih berkendara berfikir ragu untuk untuk melangkahkan kaki lemah ini untuk merasakan sejuknya udara pagi aku pun malas melangkah sungguh ironi dalam diri.

Memang syiar yang terkuat adalah syiar dari perbuatan yang murni dan jernih akan ikhklas, jika aku terperanjat melihat nenek tua bungkuk bergegas berjalan menuju masjid dari pada aku yang disuruh pergi ke masjid oleh Ibu dan kakak saya di rumah yang melalui ceramah memang tak bisa dibandingkan kedua metode tersebut. Yang jelas perbuatan baik pasti akan menggugah siapapun dimanapun dan kapanpun walau yang melakukan itu hanyalah seorang nenek tua yang bungkuk jalannya.

Lelaki Yang Terasingkan

Betapa indahnya hidup, sayangku; bagaikan hati penyair, yang diisi dengan cahaya dan kelembutan hati. Dan betapa kejamnya hidup, cintaku, seperti hati criminal, berdentam-dentam dengan kejahatan dan ketakutan.






Esok hari yang riuh di jalanan kota, banyak orang sibuk lalu-lalang dan kendaran motor-mobil tak habis datang silih berganti. Hari minggu adalah hari semua orang bersuka ria, namun ada yang bergeming dengan tatan hari, tidur dibawah bengunan menara tak bertuan. Ia tidur mengasingkan diri dari ramai atau ia tertidur karena terlalu sering di abaikan oleh khalayak publik ? entahlah mungkin aku saja yang sedang bersedih dan menahan rindu kampung yang asri hijau dan segar. Seorang laki-laki kumal dan lusuh terlelap di tengah megahnya kota budaya dan seni, ia tak peduli apakah ia telah mandi dan berpakaian layaknya orang-orang kini, pakaian yang bermerek dan sepatu bagus terkenal nan mahal, ataukah hanya sekadar kaos baru dengan tulisan simple berbrandid, ia tak sampai hati berfikiran dan memikirkan hal itu, ia adalah orang yang terdampar di keramaian kota yang sejatinya terlalu ramai untuk paham apa itu dunia ini, apa itu kaos bermerek dan hal-hal spele seperti itu lainnya. Aku pun mulai merenung dan sedikit berpikir untuk lalu banyak memahami bahwa manusia ini tak pernah tahu apakah yang telah diperbuat dan yang belum mereka perbuat nanti akan sanggup memberikan kebaikan ? namun lelaki lusuh itu tahu bahwa tak ada yang namanya janji hidup untuk orang-orang yang hanya mementingkan hal-hal duniawi semata, ia paham terasing dari dunai tapi ia tak kecewa ia hanya sedang sibuk dengan jiwanya yang terlalu ramai dan penuh sesak. Pagi itu aku pun pergi meninggalkan nya yang tertidur pulas karena sejatinya ia pun sedang meinggalkan dunia ini sejenak.