Sabtu, 25 April 2015

Jiwa yang sunyi


Judul    : Jiwa yang sunyi
Tahun  : 2015
Taken by Cannon 600D

Kegilaan merupakan jalan menuju ketidak-egoisan. Gilalah dan ungkapkan semua yang terselubung “kewarasan”. Hakikat kehidupan adalah berusaha untuk mengungkap rahasia-rahasia tersebut, dan kegilaan merupakan jalan satu-satunya.

Sehat tanpa rokok setelah makan !


Judul   : Sehat tanpa rokok setelah makan !
Tahun  : 2015
Edited by photoshop cs5

Para ilmuan telah mentapkan dengan percobaan bahwa merokok satu batang setelah makan, setara dengan merokok 10 batang pada waktu yang lain. Artinya kerusakan dan penyakit yang diakibatkan oleh satu batang rokok setalah makan, sama dengan kerusakan dan penyakit yang diakibatkan 10 batang rokok. Ini sudah menjadi masalah tersendiri dalam sosial masyarakat di Indonesia yang menganggap bahwa merokok adalah hal biasa dan terutama saat setelah makan biasanya mereka merokok denagan leluasa tanpa memikirkan kesehatan diri mereka sendiri, walaupun mereka sudah tahu merokok itu tidak sehat tetpi karena rasa candu mereka menjadi orang-orang yang apatis terhadap kesehatannya sendiri. Sehat tanpa rokok setelah makan adalah hal kecil yang coba saya gaungkan dalam karya poster ini. 

Deskripsi logo. Filosfi logo

Deskripsi logo. Filosfi logo


Logo ini muncul setelah saya ingat tentang sapaan teman-teman saat SMA dulu, mereka menyapa dan memanggil saya dengan sebutan ‘Memet’ atau ‘M’ yang merupakan kependekan dari nama depan saya yaitu Muhammad, lalu karena di SMA dulu ada anak lain yang memiliki nama yang sama dengan saya yaitu ‘Fajar’ namun ‘Fajar’ adalah nama tengah saya sehingga teman-teman menggunakan nama depan saya sebagai pembeda, sebagai sapa dan panggilan. Hubungan dengan perpustakaan ini adalah saya mendedikasikan diri untuk membangun perpustakaan ini khususnya tentang seni, budaya dan sejarah sebagai sumbangan pengetahuan dan kebermanfaatan diri pada orang-orang sekitar saya. Secara filosofis logo yang berbentuk huruf ‘M’ ini saya citrakan seperti kedinamisan angin yang bertiup sepoi-sepoi, menelisik jiwa yang dulunya gersang sehingga menjadi sejuk dan basah dengan symbol warna hijau tosca merupakan ekspresi dedikasi untuk berbagi melalui sebuah buku-buku yang terpajang di rak-rak itu.

Rabu, 22 April 2015

Udara yang bebas asap rokok !



Judul   : Udara yang bebas asap rokok !
Tahun  : 2015
Edited by photoshop cs5

Berawal dari kegelisahan pada orang-orang di sekitar lingkungan bergaul, mereka berdebat  tentang rokok yang menjadi candu bagi mereka. Ketika ideology mereka diusik menyoal kenapa mereka tidak berhenti merokok padahal merokok itu tidak sehat dan lainnya, mereka mempunyai seribu alasan untuk menghindar dari masalah asap rokok yang menggangu orang-orang sekitarnya yang tidak merokok atau biasa disebut perokok pasif. Menurut saya ini adalah masalah social yang teramat serius karena orang-orang terkena candu sudah tidak bisa lagi di ajak berkompromi soal asap rokok yang mencemari lingkungan ini. Mereka akan memberikan dampak buruk kepada generasi penerus secara langsung maupun secara tidak langsung. Perokok aktif telah merenggut kemerdekaan orang-orang yang tidak merokok untuk menghirup udara bebas asap rokok . Bebas asap rokok ! 

Rindu pematang sawah


Judul   : Rindu pematang sawah
Tahun  : 2014
Taken by Nikon FM10 (analog)
Suatu pagi suatu hari bersenjata sebuah kamera aku mulai menyusuri setapak jalan berlumpur dan becek. Turun kebawah di areal perkebunan dan persawahan belakang rumah. Hijau dan kuning mendominasi, hijau yang sejuk nan segar mengobati mata dan jiwa yang gersang karena asap rokok dan kendaraan bermotor budaya yang ada di kota, kini saat aku berada di atas perkebunan dan pematang sawah ini akhirnya bisa terobati walau aku tahu aku harus kembali lagi nanti ketempat ini karena sesuatu yang menyembuhkan dan indah ini adalah candu yang tak kuasa kita tolak namun harus kita atur sesuai dengan apa yang kita butuhkan bukan untuk merusak diri dengan menuruti keinginan diri. Kuning hanyalah pantulan warna dari matangnya sinar matahari nan cerah di pagi itu, keringat bercucuran walau baru sekitar dua puluh menit aku menjelajah namun rasa letih adalah pengingat akan bahaya diri sendiri jika melakukan sesuatu yang berlebihan, berambisius yang mencandu pula.
Sesuatu yang indah belum tentu melahirkan sebuah kebaikan dan yang buruk belum tentu  berujung kejahatan, yang wajib kita lakukan adalah menjadi orang-orang yang baik.

Senin, 06 April 2015

Pijakan yang lemah



Dalam karya saya tahun 2013 yang berjudul “Pijakan yang lemah” ini di buat menggunakan teknik cetak negative dan menggunakan media resin sebagai duplikasi benda-benda yang saya ingin satukan. Cetakan sepatu dan daun sawi ini menggunakan silicon atau lem kaca yang di oleskan langsung pada benda yang ingin di cetak tentunya. Saya menampilkan dua karakter yang sebenarnya berbeda jauh dan tak ada hubungannya sama sekali, yaitu sepatu untuk lari dan daun sawi. Dari ketidak nyambungan tersebut jadilah bentuk patung ini, dari sepatu untuk lari yang saya buat sedikit pleat-pleot  tidak mengikuti bentuk aslinya dan daun sawinya pun hanya se helai saja. Di finishing dengan warna emas akrilik, biru dan putih akrilik, ada rongga di dalam sepatu yang sengaja saya suguhkan agar terkesan hasil cetakan sepatu tipis dan ringan.

Dalam karya ini terdapat perpaduan garis horizontal dan vertical, horizontal pada bentuk sepatu yang lebih banyak terlihat garis horizontal dan pada daun yang lebih banyak garis vertical.
Terdapat tiga warna yang di dominasi warna emas dan warna biru dan putih sebagai pembeda dan aksen simple.
Memang tekstur dari sepatu dan daun cukup baik tercetak dan jika di raba akan berbeda dengan sepatu yang asli karena media resin yang lumayan keras dibanding bahan sepatu pada umumnya.
Ruang, saya melihat ruang jelas terwujud dari bentuk sepatu itu sendiri, mungkin karena kita sering melihat sepatu sejak kita kecil dan terdapat rongga sepatu yang menjelaskan ruang kosong itu sendiri.
Bidang, terlihat dari pembagian warna emas, biru dan putih jika saya hanya melihat perbagian warna saja maka akan terlihat sebuah bidang tersendiri saja.
Value timbul saat ada pantulan cahaya menyentuh patung, dan ini diperkuat dengan bentuk asimetris dari patung atau dari bentuk yang pleat-pleot sehingga untuk gelap terangnya bisa sedikit kita lihat.

      Sepatu dan daun sawi dengan judul “Pijakan yang lemah”, kadang kita berpijak pada sesuatu yang lemah dan kita memang selalu berpijak pada sesuatu yang lemah tetapi apakah kita tak mau memilih untuk tetap kuat di atas pijakan yang lemah itu ? Itu pilihan kita masing-masing, setiap orang punya dan mampu memilih, memilih bertahan atau menyerah.
      Saya ulangi lagi, sepatu dan daun sawi, sebenarnya saya hanya merespon lingkungan sekitar saja, lingkungan yang berhubungan dengan anak muda dengan fashion dan tetangga saya dengan pertanianya.
      Anak muda dengan dunia fashionnya, sangat mengelora mereka anak muda, iya walau saya juga masih muda tapi apa salahnya berpikir seperti para orang tua ? Mereka bangga akan gengsi akan semua pernak pernik kemeriahan dunianya dengan brand yang mereka junjung tinggi padahal hanya sekadar sepatu yang fungsinya sama dan jika memang tidak melihat hanya dari sudut fungsi sepatu itu bisa jadi simbol tingkat ekonomi mungkin saat ini jika mereka menggunkan merek dan barand sepatu yang di pakai oleh artis dan orang-orang barat maka mereka otomatis aka jadi seperti artis dan orang barat ? Tentu saja kita tetap orang jawa atau orang indonesia yang lebih nyaman kemana-mana memakai sendal jepit. Lucu memang tapi itu respon saya terhadap anak muda sekarang ini.
      Untuk tetangga saya dan dunia pertaniannya, mereka tak sempat dan tak mungkin lagi memikirkan hal-hal macam sepatu ber-merek dan branded tentunya, untuk makan saja sudah bersyukur untuk biaya pendidikan pun susah untuk apa membeli gengsi pada sebuah sepatu ? Jika di tanya kenapa tidak pernah memakai dan membeli sepatu ? Jawabnya nanti siapa yang akan memberi makan dan membiayai anak saya dan saya !. Mungkin saya tidak bisa menjelaskan terlalu detail bagaimana menjadi petani kini karena saya tak pernah punya memiliki lahan pertanian, tetapi dengan melihat dan mengamati saya bisa sedikit tahu tentang itu.


      Dari karya saya sendiri bisa di tarik kesimpulan sedikit bahwa masih banyak ketimpangan yang menyatu dengan kenyamanan dan kemewahan dan itu di anggap hal biasa, namun seharusnya kita sadar kita perlu berbagi agar merasa kita memiliki. 

Minggu, 22 Maret 2015

Singularitas. . .



Iya benar kita ada disini bukan untuk merubah masa lalu. Namun orang selalu terjebak pada masa lalu, memang benar kita bisa kembali kepada masa lalu namun kita perlu membuat ingatan itu dalam bentuk 5 dimensi mungkin, atau kita cukup dengan 3 dimensi ? entahlah ingatan itu selalu mengajarkan tentang sejarah dan masa depan secara bersamaan, kadang orang merasa bahwa telah membuat hal paling baru namun di masa lalu hal tersebut hanyalah lelucon belaka. Kadang pula dari masa lalu kita bisa menemukan masa depan yang lebih baik. Sanggupkah kita percaya tentang kegialan pemikiran manusia yang membuat manusia itu sendiri merasa perbedaan waktu semakin berjarak ? semua tanda tanya ini tak lebih hanya waktu yang tahu jawabnya karena waktu dan gravitasi adalah cerminan kesempurnaan-Nya.

Senin, 16 Maret 2015

Memberilah. . .



Kalian terlalu banyak membaca dan menulis tentang cara cepat mendapatkan uang dari dunia maya bahkan dari cara korupsi mungkin ? kalian tak pernah sadar bahwa semakin kalian mencari harta itu semakin kurang pula harta yang kita butuhkan atau kita inginkan ! sungguh semakin kita menyimpan harta semakin busuk niat kita untuk memperoleh harta-harta itu. Jangan sampai kita lupa hakikat tentang kaya harta di dunia ini, memang tak bisa kita sangkut pautkan apa yang ada di dunia ini dengan dunia para religious, okeh baik anggap saja saya menghadapi orang barat yang berwatak dan bermental neorealis karena factor alam yang memiliki empat musim, yang susah sekali di beri pengertian bahwa dengan semakin kita memberi maka semakin lapang rezeki dan harta kita tak akan pernah berkurang bahkan selalu terus bertambah sesuai atau lebih dari yang kita berikan pada orang lain, sejak kecil seharusnya sudah di tanamkan sifat social dan kemanusiaan agar telah dewasa tak kaget untuk melihat kapitalisme dan liberal yang akut dan candu tentunya, membuat orang-orang terpaksa dan terbiasa untuk melakukan korup karena ada kesempatan dan rendah akan rasa kemanusiaannya dan rasa sosialnya. Mungkin sifat atau kebiasaan mengkoleksi itu timbul dari system yang menganjurkan untuk menumpuk harta dari pada membagikan kepada sesama yang lebih membutuhkannya. System memang maha dahsyat yang orang atau seorang tak bisa melawan sendiri dengan kaki ringkih dan mata berebelas kasih tak berdaya. Jangan saah sambung lagi yah karean telfon kita sudah jadi miliki seseorang di pusat sana. Jika ingin kaya maka berbagilah !

Rabu, 04 Maret 2015

gimbal expose


Ketidak-warasan merupakan hal yang bukanlah aib namun itu adalah hancurnya selubung dari kewarasan yang semu dan terkungkung teori belaka, terkungkung ambiguitas saja. Dari mana orang akan meramaikan jiwa-jiwanya jika ia hanya menambah ruang kosong dalam jiwanya, ruang kosong yang timbul akibat sifat munafik agar mendapat pujaan semu yang tak abadi, iya abadi namun tak sampai hati merengkuh kenikmatan yang timbul dari hal spontanitas dan refleksi dari lingkungan sekitar kita. Sampai mana kita akan bertahan dengan kegilaan ini, apakah hanya sekejap saja ? bagi ku uang yang maha membeli tak bisa jua membeli sehat dari bandar penyakit, uang tak sanggup melepaskan orang dari kematian, sungguh kaki ini tak bersandal yang nyaman karena uang tak sanggup menghidupi dan membeli kenyamanan itu semua,  aku tak bisa mengelak jika hidup untuk berbagi tentang hal yang hina tapi juga semua tentang kemanusiaan yang memanusiakan ! aku lelah namun tak berarti harus berhenti begitu saja, aku hanya perlu berjalan lambat sambil mengatur nafas yang dahaga, dahaga akan hal-hal tawa kita lalu di depan teras sempit tak bertuan. Tanpa perapian dan kayu bakar mengguna api sebagai pengusir rasa dingin ini. Dari manapun kita bisa melangkah asalkan kita berimajinasi tentang niat baik maka keberanian tak usah meragu walau kita memulai dari keraguaan tersebut sesungguhnya.

Senin, 02 Maret 2015

Lembah Subuh Dalam Kesunyian


Pagi subuh sudah kenyang perut ini, ku tinggalkan mereka berdua terkapar di trotoar teras rumah. Berkendara di tengah sunyi sendiri, rasa was-was tersirat dalam hati namun tak ku biarkan itu menikam lebih lama, cukup ku acuhkan rasa was-was itu. Sambutan subuh dengan adzan yang merdu memecah keheningan subuh membangunkan malam yang sejenak lelap dalam pelukan mimpi. Namun aku terperanjat oleh rasa yang aneh melihat nenek bungkuk tua berjalan menyusuri jalan subuh menuju masjid dan aku masih berkendara berfikir ragu untuk untuk melangkahkan kaki lemah ini untuk merasakan sejuknya udara pagi aku pun malas melangkah sungguh ironi dalam diri.

Memang syiar yang terkuat adalah syiar dari perbuatan yang murni dan jernih akan ikhklas, jika aku terperanjat melihat nenek tua bungkuk bergegas berjalan menuju masjid dari pada aku yang disuruh pergi ke masjid oleh Ibu dan kakak saya di rumah yang melalui ceramah memang tak bisa dibandingkan kedua metode tersebut. Yang jelas perbuatan baik pasti akan menggugah siapapun dimanapun dan kapanpun walau yang melakukan itu hanyalah seorang nenek tua yang bungkuk jalannya.

Lelaki Yang Terasingkan

Betapa indahnya hidup, sayangku; bagaikan hati penyair, yang diisi dengan cahaya dan kelembutan hati. Dan betapa kejamnya hidup, cintaku, seperti hati criminal, berdentam-dentam dengan kejahatan dan ketakutan.






Esok hari yang riuh di jalanan kota, banyak orang sibuk lalu-lalang dan kendaran motor-mobil tak habis datang silih berganti. Hari minggu adalah hari semua orang bersuka ria, namun ada yang bergeming dengan tatan hari, tidur dibawah bengunan menara tak bertuan. Ia tidur mengasingkan diri dari ramai atau ia tertidur karena terlalu sering di abaikan oleh khalayak publik ? entahlah mungkin aku saja yang sedang bersedih dan menahan rindu kampung yang asri hijau dan segar. Seorang laki-laki kumal dan lusuh terlelap di tengah megahnya kota budaya dan seni, ia tak peduli apakah ia telah mandi dan berpakaian layaknya orang-orang kini, pakaian yang bermerek dan sepatu bagus terkenal nan mahal, ataukah hanya sekadar kaos baru dengan tulisan simple berbrandid, ia tak sampai hati berfikiran dan memikirkan hal itu, ia adalah orang yang terdampar di keramaian kota yang sejatinya terlalu ramai untuk paham apa itu dunia ini, apa itu kaos bermerek dan hal-hal spele seperti itu lainnya. Aku pun mulai merenung dan sedikit berpikir untuk lalu banyak memahami bahwa manusia ini tak pernah tahu apakah yang telah diperbuat dan yang belum mereka perbuat nanti akan sanggup memberikan kebaikan ? namun lelaki lusuh itu tahu bahwa tak ada yang namanya janji hidup untuk orang-orang yang hanya mementingkan hal-hal duniawi semata, ia paham terasing dari dunai tapi ia tak kecewa ia hanya sedang sibuk dengan jiwanya yang terlalu ramai dan penuh sesak. Pagi itu aku pun pergi meninggalkan nya yang tertidur pulas karena sejatinya ia pun sedang meinggalkan dunia ini sejenak.

Sabtu, 28 Februari 2015

Menunggu Pagi Menjadi Mentari




Kegilaan merupakan jalan menuju ketidak-egoisan. Gilalah dan ungkapkan semua yang terselubung “kewarasan”. Hakikat kehidupan adalah berusaha untuk mengungkap rahasia-rahasia tersebut, dan kegilaan merupakan jalan satu-satunya. (Kahlil Gibran)




 Di suatu pagi di hari minggu di sebuah kota yang mulai bergemricik suara-suara manusia. Tetiba aku sadar social soal orang yang mendorong motor entah itu mogok atau ban bocor, yang pertama aku ragu untuk mendekat namun aku kembali dan entah kemana mas-mas yang tadi dorong motor birunya itu ? lanjut aku berkendara kuda besi andalan di jaman kini ini, setelah kelokan di bang-jo aku mulai mengamati dari jauh kanan-kiri trotoar siapa tahu ada yang sedang mendorong motor, benar ternyata ada motor bebek hitam yang didorong seorang laki-laki muda, akupun sejenak ragu tetapi akau langsung berpikir cepat dan akhirnya aku memutuskan untuk mencarikan bengkel tambal ban motor yang terdekat karena sepagi itu belum ada bengkel yang buka dari tadi aku mondar mandir mencari mangsa, ternyata ada di ujung jalan raya ada yang sudah buka lalu aku balikan motor dan langsung menghampiri si mas-mas dengan motor bebek hitamnya itu. Entah mengapa ada hal yang aneh saat aku menyapa mas-mas yang mendorong motor ini, ketika itu aku melihat roda belakangnya terlilit oleh senar layangan berwarna hijau menyala bak stabilo yang sering aku koleksi sewaktu smp dulu, lalu aku langsung reflek bilang kepada mas-mas tadi “ wah mas taline nyangkut nag ruji kui. Wah iyo e bahaya iki. Mau tak bantu dorong ga mas? Wah ga usah. Ooh ya sudah, emang mas e mau kemana ki ban ne bocor ? saya mau ngajar di prambanan. Lah trus ini motornya gimana kan ban ne bocor ? Yo izin, izin karena telat ! wooo yo  kae ono bengkel tambal ban dekat pertigaan kuningan sing wes buka mas, bener ga mau tak dorong ki mas ? matur suwun mas ! sekelabat aku balik arah dan meninggalkan mas-mas dengan motor bebeknya yang bocor menyusuri trotoar jalan sendiri dan hening di keramaian kota di pagi minggu. Jangan tunda untuk menolong mas-mas yang mogok motornya, jangan berpikir panjang jika ada mas-mas ndorong motornya di jalanan. Dan tali senar kuning menyala itu cuma alasan untuk menyapa mas-mas tadi.