Jumat, 09 Desember 2016

Guru dan Pengabdian

Kesadaran ini muncul ketika ada perasaan yangdirasakan setelah obrolan orang lain yang menjadi trending topik setiap kali berjumpa dan duduk bersama. Obrolan soal masa depan, itulah topik paling unik untuk di bahas pada periode ketika umur beranjak memasuki dunia yang namanya dunia kedewasaan dan realitas kehidupan ada di depan mata. Dimana tingginya logika pada cara berpikir anak muda kebanyakan, sehingga hal-hal yang tidak realistis cukup disimpan dalam mimpi dan terlupakan. Bicara soal masa depan dan cita-cita pastilah setiap orang memiliki banyak pilihan dan rencana, tetapi mungkin kah semua list yang telah kita kumpulkan akan terealisasikan ? pastinya tidak semuanya karena hal terpenting saja yang akan benar-benar terwujud. Sepertilah dunia berjalan karena impian-impian itu juga bersentuhan langsung dengan impian orang lainnya, bisa saling melengkapi bisa saling menghapus karena suatu kondisi tertentu.
Guru seperti jendela yang menuntun kita melihat dunia luar

Kembali pada obrolan yang menjadi trending topik yaitu soal masa depan, masa depan para guru di negeri ini. Seolah-olah bahwa profesi guru adalah hal yang cocok bagi orang-orang yang berani kehilangan nilai, khususnya nilai secara nominal, sebab hanya dengan sebuah kata yaitu “Pengabdian” maka luruh semua kualitas dan ilmu yang di miliki seorang guru tersebut. Dengan sebuah jargon klise yang berbunyi bahwa “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” ini mirip pembodohan dalam lini profesi, sehingga guru dianggap hanya seorang yang berperan menilai sekelompok siswa dan orang yang menjadi martir bagi para pejabat yang korup mungkin.


Pada dasarnya setiap profesi atau pekerjaan ada unsur pengabdiannya dan setiap yang di kerjakan pasti akan  di persembahkan untuk seseorang atau pun suatu hal pastinya, tidak mungkin seseorang bekerja hanya untuk mengisi waktu luang dan hanya untuk mencari suasana baru bukan ? menjadi tantara jelas mengabdi pada negara, menjadi ilmuan jelas mengabdi pada negara dan ilmu pengetahuan, menjadi pendakwah pasti diabdikan untuk kepentingan umat dan agamanya dan menjadi ibu atau ayah maka jelas diabdikan untuk anak-anak dan keluarganya. Sesuatu jadi salah pengertian hanya menyematkan kata “Pengabdian” sebagai dalih kontribusi bagi bangsa padahal seacara logika kita dibayar sesuai apa yang telah kita kerjakan, apapun pekerjaannya, apapun keahliannya seharusnya dibayar sesuai kontentnya tak memlulu soal pengabdian jadi melupakan hal ini. Bekerja dalam keburukan maka jelas bayaran yang diperoleh adalah hukuman dan sangsi sosial, bekerja untuk kabaikan bangsa dan umat pastinya diberikan jaminan hidup layak tetapi khianat selalu merubah jalan ceritanya, nyatanya kebaikan yang telah terkonstruksi luruh. Bukan maksud menagih imabalan tetapi Karena sudah keterlaluan bahwa guru diremehkan hanya di labeli sebagai profesi pengabdian, seharsnya tidak seperti itu bahwa semua profesi juga seharusnya menjadi simbol pengabdian sama seperti profesi guru. Penting untuk di ingat bahwa pekerjaan yang telah di lalui seorang guru berbanding terbalik dengan hasilnya dan mengisyaratkan bahwa dibayar murah pun tak mengapa toh ini bukti pengabdian, lalu yang menentukan kebijakan lupa bahwa dulu ia berada di situ pun berawal dari seorang guru teladan yang sabar mengajarinya soal-soal kehidupan. Selamat telah sadar.

Minggu, 06 November 2016

Naifnya Damar dalam Lukisannya

Ceritanya berawal dari kepeduliannya pada anak jalanan dan lingkungan kota yang acuh, lalu ketika berkesempatan memilih, ia lalu memilih mengikuti praktik lapangannya di sekolah luar biasa, entah mengapa ia berjumpa lagi dengan wajah yang diakrabinya saat berkonvoi mengitari jalanan kota untuk sekadar mengobrol bersama para tunawisma atau gelandangan, mungkin takdir atau arus kehidupan yang membawanya. Iya anak kecil yang ternyata memiliki keterbatasan atau disebut ‘down syindrome’, jelasnya saya tak paham bagaimana kronologinya hingga pada titik jenuhnya ia mengangkat tema tersebut menjadi objek penelitiannya dalam kajian keilmuan guna memenuhi kelulusan strata satu di sebuah kampus, down syindrome yang notabene adalah hal baru Karena basic keilmuannya adalah pendidikan dan seni, untuk psikologi tak terlalu banyak menyinggung soal down syindrome. Tetapi selalu ada pelajaran terhadap yang sudah dipilih maka hingga titik darah penghabisan pun ia sanggupi dan kerjakan hingga lulus atau di luluskan. Semenjak itu kurang lebih banyak perbincangan diantara kami menyinggung soal pendidikan anak dan khususnya yang berlatarkan hal-hal yang tak sekadar pelajaran hafalan tetapi pemahaman lebih lanjut yaitu analisis.

Dari semua itu mungkin ada sedikit penggambaran dari peristiwa berprosesnya untuk mencapai suatu titik tertentu yang ia tuju, lebih tepatnya saya mencuri sebuah sketsa dan saya modifikasi ke bentuk digital dan diakhiri dengan sentuhan warna-warni tak keruan. Mungkin bisa buat cover buku atau sekadar kenang-kenangan kelulusan yang di luluskan buatnya dari saya atau apapun itu bahwa berrproses itu telah menyipratkan secercah ide yang kemudian mewujud menjadi sebuah gambar berwarna yang mirip ilustrasi dari kata ‘bone-man’ dan ‘juxta-potition’ jika tidak salah seperti itu pendapat saya.

Jumat, 04 November 2016

Dunia Omong Kosong Ku

Mungkin ini sebuah omong kosong namun ini cukup bisa mengisi kekosongan mu didunia pendidikan yang ‘ass hole’, sebab kita telah kehilangan diri kita sendiri yang di ambil oleh criminal pendidikan, merenggut segala daya kreativitas kita, mematikan daya eksperimen kita dan mencuri pikiran kita dengan doktrin-doktrin kapiran. Iya ini memang omong kosong sebab kita harus menjadi seperti mereka, mendapatkan nilai dan lulus dengan predikat sempurna, hidup kita berubah menjadi asset-asset rongsokan yang setelah lulus hanya bertumpu pada kertas yang menjamin pengalaman kosong. Kita membayar tunai setiap beberapa bulan sekali untuk mendapatkan pengalaman yang omong kosong, untuk mengikis sedikit demi sedikit rasa penasaran terhadap apa yang ingin kita pelajari, kita membayar hanya untuk membangun kuburan bagi bakat-bakat kita yang malu untuk hidup. Kenapa kita harus sama seperti kalian jika kita bisa hidup perdampingan dalam perbedaan, kalian teruslah membangun mimpi-mimpi dan kata-kata manis kepada anak-anak kalian, namun biarkan kami juga memilih kehidupan kita. Kita sudah terlalu lama hidup dalam masa orientasi yang menjurus pada per-peloncoan, entah itu fisik, verbal bahkan seksual dan gender, mungkin juga rasialisme dan kepercayaan. Kita menghabiskan waktu hanya untuk menjadi sekelompok pembenci dan sekelompok penghina, menghinakan diri sendiri demi jabatan dan uang semata, menjadi sekelompok yang rela berjuang mati-matian untuk suatu alasan yang tak berdasar dan gegabah. Dimana lagi kita harus mencari diri kita yang telah kalian rebut selama ini, kemana kita harus pulang ? sedangkan kalian penjarakan jati diri kita dengan  tekanan dan ancaman kegagalan yang tak termaafkan ? harus mengadu kepada Tuhan yang mana lagi untuk memberikan peringatan karma terhadap kalian yang telah mencuri rasa ingin tahu kami ? sungguh kami telah kehilangan segala-galanya.
Tujuan utama pendidikan adalah menumbuhkan rasa kreativitas pada peserta didiknya bukan untuk menjangkiti jiwa peserta didik dengan bualan ketakutan masa depan dan ancaman dari masa orientasi yang menguatkan mental katanya sih begitu, dari mana lagi kita akan menjadi manusia jika tak nampak unsur kreativitas dan rasa ingin tahu yang besar ?
Untuk apa tradisi pendidikan jika hanya menghasilkan perpeloncoan dan penghakiman sepihak hanya Karena kita sedikit berbeda dari kalian, jika kita memiliki standar atau kualitas yang berbeda lalu kalian nilai hanya dengan cara kalian saja maka itu bukan lah pendidikan tapi doktrin yang terslubung, lihat baik-baik kami dan nilai lah kami sesuai standar kami, bukankah apel dan tomat sama-sama merah namun bukan berarti mereka sama persis toh ? tak baik jika kita hanya menillai dari luarnya saja dan tak usah menyamakan perbedaan kita, cukup hormati agar bisa berjalan berdampingan.
Pendidikan adalah lembaga yang melayani, bukan kita peserta didik yang menjadi budak yang mau-mau saja untuk melayani dinasti kalian, mau saja menjadi ayam potong yang jika tidak menuruti perintah kaisar akan disembelih dan dijadikan ayam panggang, sudah cukup omong kosong ini, biarkan kami menjadi seperti diri kita yang hilang dahulu, bahwa kita membayar pendidikan bukan untuk sebuah pengalaman yang omong kosong tetapi kita membayar untuk sebuah pengalaman yang menumbuhkan rasa kreativitas dan gairah hidup yang sehat.

Selamat hidup di dunia omong kosong. . .dunia pendidikan. . .bisnis menggiurkan abad modern kini dan nanti. . .

Jumat, 02 September 2016

Sepeda tosca saya yang hilang

Waktu sudah pukul satu siang, setelah bertemu lewat ‘maya’ dengan Tuhan di rumah-Nya saya dan Age beranjak ke warung soto dekat lapangan sekolah yang penuh dengan gadis-gadis tanpa jilbab karena mereka masih imut-imut belum sadar akan kemolekan dirinya megundang nafsu birahi. Disitu ada seseorang yang saya sukai yaitu Zasya, ia satu angkatan dengan kita berdua. Hanya Aga yang memesan soto karena tiba-tiba saya puasa dadakan setelah melihat benda lain yang hilang selain keberanian saya yang hilang untuk mencintai Zasya seperti lelaki dari masa depan yang tersesat pada portal waktu masa lalu. Benda itu berwarna biru muda kehijauan dengan stiker bertuliskan ‘Marpaung’ ialah nama sepeda Tosca saya yang hilang tempo hari, Setelah saya cek tenyata benar dan saya sungguh mengeluh karena roda dan semuanya telah hilang di pretelin menyisakan frame utamanya saja dan sepasang rem belakang, lalu saya bertanya pada Ibu Surti pemilik warung soto, katanya dia juga baru lihat itu barang di situ. Saya sudahi saja  kelana di warung soto ini dan meminta ke Aga agar frame sisa dari tubuh Marpaung dititipkan ke warung Ibunya di kantin sekolah sana dan Aga pun hanya meng-iya-kan saja tanpa banyak mengomentari. Sebelum pergi saya mencoba mengintip gadis idaman saya dahulu, ternyata ia masih berambut pendek karena memang ia agak tomboy sebagai anak pertama di keluarganya dengan dua adik ia berusaha tegar dan terus tersenyum, sampai jumpa Za besok kapan kita jumpa lagi saya sedang mencari keberanian untuk bertemu dengan mu walau harus terjebak di masa lalu yang cukup terik di siang ini puasa saya yang dadakan karena juga uang saku saya ketinggalan dirumah tadi pagi, ‘dasar ceroboh’ mungkin itu makian kau yang di lontarkan kepada saya ketika kesal melihat ketledoran bocah lelaki lugu ini.

Ketika sampai di kantin sekolah kami telah meniti pada pukul setengah 2 siang yang harusnya waktu bel masuk untuk mata pelajaran terakhir bergulir, frame sisa dari tubuh Marpaung telah saya titipkan pada Aga yang masih tanpa banyak cakap karena ia telah tahu semua rahasia hidupnya dan hidup saya. Aga adalah anak terakhir seperti saya yang cenderung lebih aktiv otak kanannya dan sukanya otak-atik barang seperti gadget dan kerajinan tangan seperti memahat, juga tumbuh menjadi anak yang mencintai binatang bukan untuk di jadikan pajangan saja namun menjadikan binatang juga sebagai teman yang memiliki pemikiran dan keinginan masing-masing, walaupun memang hewan tak memiliki perasaan tetapi Aga pernah berpesan pada saya bahwa ‘lebih baik kau adopsi seekor kucing dari pada kau adopsi perasaan itu, hanya membuat mu sakit saja lai’ dan ia juga pernah berkomentar begini ‘kau seharusnya yang memiliki perasaan itu hidup dengan perasaan itu tetapi malah kau seperti hewan hanya mengandalkan insting nafsu cinta konyol mu itu, rela terjebak di masa lalu demi bocah ingusan itu’ saya hanya takzim ketika Aga berbicara, sekali ia berkehendak untuk angkat bicara berarti memang ada hal yang terusik dalam sanubari hatinya, sunggu bocah yang legendaris dalam kelana waktu saya ini, menakjubkan kata-katanya.

Tanpa sadar kita berjumpa seorang guru di koridor sekolah ketika hendak kembali ke kelas kita, beliau bernama Pak Sunu ia keturunan orang Perancis-Senegal sehingga kalau di sini seperti orang timur dengan kepala plontos dan tubuh tegap tinggi juga kekar pas sekali jika ia menjadi guru kesehatan jasmani dan pelatih club sepak bola sekolah ini, beberapa kali timnya menyabet gelar juara Sepak Bola maupun Futsal tingkat kecamatan dan kabupaten mungkin tahun ini ia mencoba di tingkat nasional dan internasional. Pak Sunu bertanya pada saya ‘hei kau kemana saja tak pernah ikut latihan Bola hah ?’ saya cuman tersenyum saja kerana dengan hati yang rapuh ini mana mungkin saya hadir untuk latihan, mental saya sedang down dan kegiatan fisik tak terlalu membantu saya bergairah lalu saya berusaha cepat-cepat melangkahkan kaki untuk kabur, si Aga memberi isyarat pada Pak Sunu bahwa waktu masuk telah tiba dengan menunju-nunjuk jam tangan barunya, terkesan ia pamer jam barunya ketimbang menghambat Pak Sunu yang selalu sehat tanpa menghirup sebatang rokok yang masih murah sekali pada waktu ini atau dulu.


Saya cuman seorang pelajar biasa dan hanya anak terakhir di keluarga saya yang introvert dan kadang susah sekali untuk melupakan impian-impian masa lalu seperti untuk bersama Zasya namun apa daya tak ada hasil. Sekarang lebih baik untuk mencari beraneka ragam benda yang hilang dan mainan yang sudah sulit di temui di masa depan untuk sekadar koleksi dan nostalgia, walau harus tertidur dahulu di kelas lagi karena materi sosiologinya sungguh membosankan dan Pak guru juga terlalu serius cara mengajarnya cuman ceramah, ceramah dan ceramah seperti radio rusak kehabisan batre. Maaf Pak saya berkata jujur seperti itu karena Bapak juga yang mengajari nilai integritas tersebut. Dalam mimpi saya juga bermimpi, paradox yang ambigu ah pusing saya, tetiba saya di bangunkan Aga dan jam pelajaran telah usai. Saatnya pulang dan buka puasa.

Senin, 25 Juli 2016

Jasa Angkut Bintang Lima

Hari yang lalu saya resmi pindah ke kost baru dari kontrakan lama, kisahnya di mulai dari ketika saya bingung untuk mencari jasa angkutan barang yang sejenis mobil pick up, memang banyak di kota kenamaan ini namun saat di cari suka pada ngumpet dan pas udah dapet eh pada berjejer di pinggir jalan dan dapatnya yang ecek-ecek lagi nih mobilnya trus orangnya ga ramah gitu lah jadi trauma haha. Pas pulang dari begadang eh tetiba liat mobil pick up yang ada tulisan layanan on line pick up dari sebuah merek popular di kalangan bangsa yang masih terus belajar untuk saling memahami ini. Dari situ saya googling dan memang di kota kenamaan ini udah ada alias ekspansi pasar setelah di beberapa kota besar lainnya, duh keraguan untuk pindah ke kost baru pun lumayan teratasi.
Bangun pagi setelah semalaman main game online, tapi tidur lagi sampai siang dan saya belum booking tuh pick up, capek juga malamnya habis packing barang-barang di kontrakan, beberes beberapa parang yang tersisa lanjut mandi trus mulai download aplikasinya langsung bikin akun dan order mobil pick up nya, dapet sopir yang namanya Pak Sukidi alias Sukidi. Saya tunggu sekitar setengah jam dia sudah nongol dan segera angkut-angkut deh tuh barang, lumayan bisa memanfaatkan aplikasi yang merakyat bagi kaum muda digital jaman sekarang, tak selalu buruk soal teknologi yang mengikis budaya local namun jika orang dewasa mampu menyikapi dengan hati dan perasaan yang jernih pasti bisa bermanfaat bahkan menggandeng mesra kebudayaan local dan religusitas dalam berbisnis,  bahkan jarak dan waktu, soal kaya dan miskin pun bisa luntur kita bisa menikmati fasilitas dan pelayanan yang sama rata karena memang kita tinggal di dalam bumi yang sama.
Petualangan berlanjut setelah sampai di kost baru saya di bantu teman saya dan Pak supir menurunkan semua barang-barang tadi, setelah semua selesai saya bertanya ke Pak Sukidi, jadi gimana Pak ? lalu beliau menjawab cek history mas klik selesai order, oh gitu yah Pak okeh deh dan saya klik lalu secara bangga membubuhkan lima bintang untuk rating Pak Sukidi yang ramah dan enjoy menjalankan pekerjaannya, uang cash saya berikan sejumlah 162ribu rupiah dan berjabat tangan erat sambil berkata hati-hati Pak di jalan, karena Pak Sukidi sudah dapat order lagi hehe.
Begitulah kesan saya terhadap sebuah aplikasi online yang menurut saya merupakn win-win solution bagi kebingungan saya yang traumatis terhadap jasa angkut konvensional namun bukan berarti jasa angkut konvensional itu jelek namun saya traumatis saja jadi orang, sehingga saya menyikapinya dengan berpikir sederhana yaitu cari yang memiliki pelayanan yang ramah dan akurat dalam menilai tarif, ga mencla mencle.
Yah karena sudah clear urusan kost di rantau kota kenamaan, tinggal ngurus kuliah yang vacum sekitar satu bulan lebih semingguan haha.

Saya beri judulnya Jasa angkut bintang lima dan seperti itu saya bangga menggunakan aplikasi online tersebut karena memiliki karakter dan akurasi tarif yang memilki dasar. Terlepas ini milik Indonesia atau milik luar negeri jika mengangkat drajat dan harkat penghidupan manusia Indonesia kenapa harus takut kehilangan toh ini soal roda yang berputar tak selalu di atas lah.


Minggu, 26 Juni 2016

Jika malaikat memiliki perasaan, malaikat punya Logo.

Malaikat punya Logo
Jika malaikat memiliki perasaan dan manusia dengan empat dimensinya. Sejak kecil saya di ajarkan untuk percaya terhadap adanya malaikat yang memiliki beberapa tugas, setiap malaikat memiliki tugasnya masing-masing. Malaikat Jibril memiliki tugas memberikan wahyu, Malaikat Jibril sangat popular di benak saya karena setiap kecil kalau ngaji dan kalau orang tua habis beli makanan dan saya tidak mau membagi makan tersebut maka akan di nasihati dengan menyebutkan bahwa jika tak mau berbagi makanan tersebut maka akan di tanyai sama Malaikat Jibril. Saya yang masih umur terbilang balita dan kecil mengangguk saja untuk mengiyakan pernyataan tersebut dan mulai dari situ saya berbagai dengan kakak saya dan berlanjut dengan teman-teman saya hingga kini ke pada siapa saja ke setiap yang meminta bagiannya. Lucu juga mengingat orang tua mengajarkan sesuatu kata baru yaitu ‘Malaikat’ melalui keseharian saya, dipikir apa hubungannya Malaikat dengan berbagi ? tapi saya bisa menyakini malaikat ya sebab dari keseharian tersebut, lucu. Ada pula Malaikat Mikail yang bertugas untuk membagi rezeki kesemua mahluk yang hidup di alam raya ini dan juga bertugas untuk mengatur perputaran matahari, bulan termasuk bintang. Kayak polisi lalu lintas yah walau ga suka nilang juga, malah kalau ketemu bisa di kasih rizki hehe. Entah itu manusia yang jahat sekalipun Malaikat Mikail tetap memberi rizki-Nya karena memang malaikat tidak memiliki kecerdasan perasaan dan kecerdasan akal malaikat hanya memiliki kecerdasan patuh terhadap maha mengetahui. Jadi biarlah tak perlu kita melabeli orang lain itu jahat atau kafir sebelum kita melihat diri sendiri dahulu. Lanjut, Malaikat Isrofil adalah malaikat yang akan meniupkan sangkakala pada hari akhir atau hari kiamat atau hari kebangkitan, kebangkitan kita dari alam kubur yang lalau dikumpulkan pada padang mahsyar, dulu waktu ngaji suka di ceritain waktu pada  hari kebangkitan itu kita semua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun atau tanpa memakai pakaian dan sepertinya kita sudah tidak memikirkan kanan kiri dan depan belakang, yang lain mau telanjang bulat atau ga pakai baju kita sudah diputus rasa nafsu dan birahi kita, yang ada adalah menunggu proses penghisaban setelah kita di kumpulkan di padang mahsyar, lucu juga sih kalau kita mikir pakai logika manusia soal hari akhir karena akal kita tak di program untuk memikirkan hal-hal yang memang adalah sekenario Tuhan jadi biar lah hati ini beriman dengan apa adanya, manusia penuh dengan kebimbangan sebab kepastian hanya milik-Nya. Nah ini Malaikat izroil yaitu malaikat yang bertugas mencabut nyawa, ya nyawa siapa pun sekali pun itu nyawa dari Nabi yang di ceritakan dengan agak sedikit di bumbui oleh logika manusia agar lebih masuk ke manusia, ceritanya ketika Nabi Muhammad SAW mencapai pada sakratul maut malaikta izroil segan untuk mencabut nyawa Nabi, sehingga hanya memerintahkan asistennya untuk perlahan mencabutnya namun pada akhirnya malaikat mengakhiri  keseganan itu karena ia memang harus patuh terhadap perintah-Nya, mungkin seperti itu yang saya ingat dari pelajaran agama waktu kecil soal kemalaikatan, guru ngaji suka membumbui dan membuat ilustrasi keadaan dari tafsir dan hadist ke sebentuk cerita yang berlogika agar kami anak-anak yang polos dan sukanya bermain layang-layang di sawah cukup bisa menerimanya, tak mengapa karena semua itu tentang sebuah cara kreative dari sang guru ngaji, semoga ilmu mu menjadi amal jariyah. Malaikat Mungkar adalah malaikat yang bertugas untuk mennyakan atau menguji dan pemeriksa amal juga menguji keyakinan kita di alam kubur setelah tujuh langkah para pelayat melangkah pergi sehabis mengburkan kita kelak, ceritanya mungkin kalau sekarang sering di umpamakan dengan rasa humor yang bertujuan untuk mengalihkan kita terhadap kesombongan kita terhadap kematian itu sendiri, sebab kita terlalu sombong untuk bisa memahami apakah kita sudah cukup bekal dan amal untuk kelak kita mendapat ujian pertama setelah mencium liang lahat yang dingin senyap itu ? mungkin banyak yang sombong dan juga banyak yang telah berfikir tetapi jarang untuk yang merenungkannya, beberapa pertanyaan yang saya ingat seperti ‘siapa Tuhan mu ?’ kita jawab Tuhan saya Tuhan Allah, ‘siapa Nabi mu ?’ kita jawab Nabi saya Nabi Muhammad SAW, ‘Apa Agama mu ?’ Agama saya Agama Islam, ‘Apa Kitab mu’, kitab saya kitab Al-Quran dan siapakah diri mu ? tentu Muslimin. Oh iya yang juga bertugas menanyai di alam kubur ialah malaikat Nakir yang mungkin sebagai juru tulis dan sebagai pencambuk jika kita menjawab pertanyaan itu salah (berbicara dengan logika). Kemudian malaikat yang hobinya mencatat kebaikan adalah Malaikat Roqib yang kata pak guru ngaji dulu berada di setiap pundak manusia sebelah kanan, kanan karena identic dengan kebaikan (berbiacara dengan logika) lalu kemabran dari Malaikat Roqib adalah Malaikat Atid yang berugas mencatat amal buruk dari setiap manusia dan malaikat ini bertengger di bahu kiri manusia kata guru ngaji dulu seperti itu (berbicara dengan logika), lucu juga karena kalau dengan logika kita berfikri bahwa Malaikat Roqib dan Atid akan memasang 'action cam' di pundak kanan-kiri manusia biar bisa nyatet amal baik dan buruk dari manusia hehe lucu yah logika manusia. Nah ini dia malaikat yang ganteng yatu Malaikat Ridwan yang bertugas menjaga pintu surga atau kuncennya surga kalau orang Jawa memberi gelar seseorang penjaga gunung, apakah surga itu perlu di jaga ? mungkin perlu karena neraka sebelahan sama surga. Kenapa bisa ganteng Malaikat Ridwan tersebut ? sebab teman saya yang bernama Ridwan anak kuliahan di kota kenamaan menjuluki dirinya Ridwan ganteng kok bisa karena memang ibunya suka memanggilnya ganteng dan mengukuhkanyan ganteng dengan sebuah piala Oscar hehe, ngarang juga yah. Dan terkahir adalah Malaikat Malik yang bertugas sebagai kuncennya neraka satu perusahaan sama si Malaikat Ridwan tuh, nah karena seringnya saya mendengar kata Malik yang di sebabkan nama bapak teman saya yang bernama Malik tersebut, karena dulu trennya kalau mau manggil teman itu dengan nama orang tua apa lagi kalau namanya unik bisa setiap ketemu pasti di ledekin dengan nama bapaknya tuh anak, kasihan juga sih tapi yah namanya juga anak-anak nakal maungkin perlu pendidikan orang tua yang lebih baik lagi, ah jadi ngelantur gitu.

Malaikat memiliki perasaan, Jika malaikat memiliki perasaan dan manusia memiliki empat dimensi.
Syarat memiliki perasaan adalah diciptakan oleh-Nya raga yang terbuat dari tanah untuk menyisipkan perasaan dalam ruh, setelah itu sisipkan akal.
Atau ada yang pura-pura jadi manusia ? Pura-pura memiliki perasaan namun faktanya selalu patuh dengan nafsu ! Ia sadar menggenggam perasaan namun ia sembunyikan di bawah bantal agar hidupnya rural.


Jumat, 24 Juni 2016

Shalat Jumatnya tukang becak

Tukang becak yang tak ikut shalat Jumat. Dari kecil hingga sekarang saya kalau di rumah pasti shalat jumat di sebuah masjid di daerah kampung saya yang agak masuk sedikit, masuk gang dari jalan utama atau jalan raya, nah di pinggir jalan raya ada sekitar empat atau tiga becak yang parkir dengan di dalam becaknya tidur-tiduran bapak tukang becak saat peristiwa rutin shalat jumat saya dan bapak saya bersama jamaah lainnya di masjid tersebut. Dari situ saya tertarik untuk berfikir dan merenungkan bahwa kaya miskin itu tidak selalu berkorelasi dengan apa yang kita Imani tetapi dengan apa yang kita lakukan setelah kita iman pada Tuhan kita. Apakah Tuhan kita menjamin kita bisa kaya setelah kita beriman kepada-Nya ? tentu itu adalah Tuhan yang ada dalam logika, Tuhan tidak perlu iman kita Tuhan tidak  perlu kita untuk menyembahnya, karena Tuhan bukan seorang manusia yang gandrung akan popularitas dan ketenaran (duniawi). Manusia beriman atau tidak Tuhan masih tetap ada dan juga tiada dalam kehidupan manusia.
Sedang tidak sempat riset dan hunting foto untuk ilustrasi
Tukang becak tidur saat shalat jumat padahal masjid hanya berjarak sekitar 20 meter, lalu tukang becak lebih memilih ngetem di becaknya dari pada masuk ke masjid. Karena pada dasarnya keimanan itu di hati dan amalan itu perilaku bukan tutur berlalu. Sebab sulit sekali untuk ber-amal karena beriman itu sangatlah intim dan amal itu bukti di dunia ini karena dunia ini memiliki dimensi visual atau fisik, memiliki kanal social dan masyarakat yang di sebabkan adanya raga dan benda. Jika ruh ini telah beriman maka fisik ini perlu beramal sebagai pembuktian, sebagai syarat formal adanya kehidupan duniawi.
Shalat jumat pun selesai dengan rasa kantuk yang amat maka saya membonceng motor bersama bapak saya menuju rumah lalu di rumah saya tak ngantuk lagi karena saya mencoba menulis dan memenuhi beberapa hawa nafsu yang masih normal yaitu keinginan menullis dan berimaji hanya dengan tembok dalam diri ini, tembok yang menghalangi terik matahari menyengat raga ini.

Tak perlu bertanya soal penulis yang masih selalu lemah dalam ber-amal karena konteks tulisan ini bukan untuk membahas baik buruk amal seseorang namun membahas apa yang terjadi dalam shalat jumat antara saya dan bapak saya juga jamaah lainnya di masjid tersebut.

Kamis, 16 Juni 2016

Kolak-kolak senja Eps 1

Poster Kolak-kolak senja ber-quote, Eps 1.
Kolak-kolak senja merupakan sebuah keegoisan dari seorang anak yang ingin selalu menikmati masakan-masakan Ibunya di bulan puasa ataupun bulan-bulan setelahnya karena ketika menemui masakan Ibu tidak berisi semangat ke-Ibuan maka hambarlah makanan tersebut, hambarlah masakan tersebut. Sejatinya penggemar utama masakan Ibu adalah anak-anaknya dan suaminya namun kadang seorang Ibu merasa lelah dan hanya ingin istirahat saja katanya, maka yang ada meja makan kosong perut keroncongan hanya memakan masakan warung yang gitu-gitu saja rasanya. Ah Ibu sudah berpuluh tahun menyiapkan makan dan masakan semua beres di tangannya, kesigapannya menggerus keluhan duniawi. Keluhan manusia yang ingin terus makan dan makan. Lalu siapa yang akan memasak lagi ?

Selasa, 14 Juni 2016

Laptop dan RAM, juga Komputer Petir

'Sikring' listrik yang dadakan meledak
Laptop dan RAM, suatu ketika computer atau PC saya rusak karena kejadian tempo lalu rumah kontrakan saya tersambar petir sehingga ‘sikring’ listrik meledak dan ledakan itu mengakibatkan beberapa kabel terbakar dan ujungnya merusak barang-barang elektronik yang sedang menyala, kebetulan saya sedang baca –baca blog lewat computer, namun bacaan itu berakhir dengan kisah ini yang coba saya tuliskan judul dan isinyanya dalam blog Random saya hehe. Sirna sudah mood terbaik saya untuk mendesain dan menulis blog, karena akses menuju dunia virtual putus seketika dan kaget juga karena ledakan ‘sikring ’ listrik maka saya memutuskan untuk hibernasi sementara.
Ledakan itu terjadi awal bulan puasa setelah shalat maghrib dan saat buka puasa pertama kali di rantau, yah untung tidak sampai terbakar sih tapi ternyata setelah di telusuri keesokan harinya instalasi kelistrikan rumah kontrakan saya itu  kabelnya cuman pake kabel srabut ya jelas kebakar lah kena aliran listrik yang gede gitu, korban lainnya charger hape saya juga rusak karena saya lupa waktu itu masih nancep di terminal listrik setelah charge, dan baru ketahuan chareger rusak pas battery low, putus sudah koneksi ke dunia digital, tak mengapa setidaknya saya bisa mengumpulkan ide-ide tulisan dan desain sembari ber-hibernasi di kampung halaman.

Sabtu, 11 Juni 2016

Rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita ?

Pas lagi hunting di sebuah festival kesenian
Rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita, sekolah keluar negeri mungkin jadi wah sekali saat ini, melihat kualitas dan fasilitasnya memang support buat mahasiswa bisa belajar serius tapi di samping itu ada beberapa contoh di luar negeri yang kita bisa bandingkan dengan Indonesia. Semisal di Jerman ada tuh yang namanya preman atau skin head kalau di Indonesia ada preman pasar dah, di sana preman ga cuman nyari uang aja tapi emang romansa masa lalau soal ideologi waktu perang gitu sih, lebih bahaya atau cenderung harus berhati-hati kalau mau jalan pulang larut malam gitu. Ada juga yang kena denda usaha karena di Jerman ga daftarin tuh usahanya, ya namanya mahasiswakan suka banyak nyoba-nyoba buka usaha kecil-kecilan, kalau di Indonesia belum jelas peraturan soal buka usahanya dan pajaknya gimana, masih relativ aman kalau belum punya modal banyak terus buka usaha kecil-kecilan kaya rumah makan, distro, atau jasa. Ada juga kalau week end di Jerman itu semua toko tutup, sabtu pun buka setengah hari kalau minggu tutup semua sebab selain untuk menghargai kaum buruh atau pekerja juga buat menghormati orang-orang yang beribadah ke gerja bahkan ini merupakan aturan pemerintah jika tetep buka ya terpaksa kena denda, kecuali udah punya izin dulu dan ada juga soal pengungsi dari Syria yang memang Jerman membuka pintu untuk pengungsi tersebut, sepakat deh kalau soal kemanusiaan gitu, nah tapi ada banyak dampak yang di timbulkan selanjutnya seperti ada nya beberapa titik kota yang mulai ramai padahal sebelumnya sepi trus timbulnya kriminalitas juga bisa saja terjadi karena perbedaan kultur dan tingkat ekonomi namun belum sampai seperti itu sih.

Kamis, 09 Juni 2016

Tiga tugas kece orang tua

Arkananta seorang ponakan
Orang tua ? menjadi pergulatan dalam benak saya akhir-akhir ini, soal bagaimana menjadi orang tua, apa saja sih tugas orang tua, kenapa sih di sebut orang tua ? lalu buat apa kita menjadi orang tua ? selalu banyak yang terpikirkan oleh saya tentang semua jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas. Namun ketika saya berfikir tentang pertanyaan-pertanyaan dan semua jawabannya saya teringat soal orang tua yang memiliki tiga kewajiban setelah orang tua memenuhi bingkai foto keluarganya dengan anak-anaknya, apa saja kewajiban tersebut ? yang pertama adalah mendidik anak-anaknya, yang kedua memberikan nafkah atau kebutuhan pokok sehari-hari dan ketiga adalah mencarikan jodoh yang bermutu dan dengan semua kualifikasinya dalam agama pada masing-masing keluarga.
Saya mau menyoroti soal pendidikannya karena memang keresahan itu muncul tepat pada kata pendidikan, sebab orang tua adalah tonggak dari pendidikan anak-anak kelak, jika orang tua kita tidak pernah mau belajar untuk menjadi orang tua maka siapa yang mau mendidik anak-anak ? sekolah, guru-guru atau orang lain, praktisi parenting ? hmm lalu buat apa kita memiliki anak tetapi tidak mau mendidik anak kita ?
Saya jelaskan bahwa mendidik itu berbeda dengan hanya sekadar akademis semata, maksudnya bahwa orang tua yang mendidik adalah orang tua yang memberi teladan dalam kebaikan dan kebijaksanaan kepada anaknya jika soal akademis itu berupa teori-teori yang mencakup ilmu pengetahuan soal sains dan sejarah.  Saya tegaskan bahwa orang tua adalah sumber utama pendidikan anak yang berarti pendidikan yang mengajarkan cara kita berperilaku sebagai anak, sopan santun sebagai manusia beradab, mengajarkan menjadi manusia yang memiliki empati dan kasih sayang,  itu lah orang tua yang saya maksud sebagai  tonggak kebaikan dan kebijaksanaan. Jika disekolah kita mempelajari sains-sejarah dan keterampilan karena kita telah di ajarkan pondasi dari ilmu-ilmu itu yaitu akhlak mulia kita dari orang tua kita, ilmu-ilmu itu akan bermanfaat dan memiliki makna atau bermakna jika kita talah memiliki pondasi akhlak yang baik yang kita teladani dari orang tua kita sebagai anak.
Bagaimana menjadi orang tua teladan yang di patuhi dan dicintai anaknya ? itu pertanyaan yang mudah kita jawab namun sulit untuk kita realisasikan sebab sebagai orang tua juga memiliki banyak kelemahan dan hanya manusia biasa yang memang jauh dari kata sempurna, oleh maka sebab itu kita se-eloknya terus belajar walau kita telah di sebut sebagai orang tua, belajar hingga liang lahat dan jangan mengartikan belajar seperti sekolah yang memiliki masa kelulusan dan masa pendaftaran murid baru sebab belajar adalah konteks maha luas dari kata ‘Iqra’, kita bisa belajar dari apapun dan siapapun jika kita meniatkannya, jika kita penasaran, jika kita ingin mengetahuinya. Orang tua yang belajar adalah orang tua yang selalu memikirkan bahwa masa lalu dan masa kini memang berubah sehingga orang tua tidak terpaku pada romantisme masa lalu yang mengkultuskan bahwa pendidikan masa lalu pun sanggup mendidik dirinya, namun waktu tak pernah berhenti oleh sebab itu ilmu tak pernah beku dalam satu waktu tapi mengikutinya sampai akhir waktu.
Jika kita kelak menjadi guru atau orang tua lalu melihat di sekolah atau rumah tetangga ada anak yang akhlaknya kurang baik maka lihat pula bagaimana orang tuanya mendidiknya, tak perlu mengkambing hitamkan sekolah atau system pendidikan negeri ini sebab pemerintah hanya memenuhi pengetahuan umum bangsa ini dengan jangka waktu tertentu dan inti dari pengetahuan berasal dari pemaknaan ilmu yang di catut dari akhlak yang mulia, teladan orang tua.

Hubungan dengan tugas orang tua yang memberikan nafkah dan jodoh, sudah jelas bahwa ketika orang tua yang terus belajar dan membuka wawasannya maka bisa menyikapi perkembangan anaknya, kebutuhan materi  dan perkembengan psikologisnya. Jelas ketika berumah tangga penghasilan merupakan jaminan masa depan keluarga, minimal ga ngerepotin tetangga dan sodara sih. Trus untuk masalah jodoh jika pondasi akhlak udah kece maka ga bakalan deh kita denger  dari anak-anak kita kata-kata alien macam ‘Bu aku pengin punya pacar’, ‘Pak beliin motor gede itu dong’, ‘Bu saya mau nikah muda sama dia’, ‘Pak saya mau mobil itu’ dan blab bla bla. . .

Jadi orang tua itu susah-susah gampang karena ada tiga tugas kecenya yaitu mendidik, menafkahi, mencarikan jodoh dan orang tua berperan juga sebagai Teladan-Teman-Konsultan.

Minggu, 05 Juni 2016

Logo lagi, logonya kucing lagi. . .

Tema utamanya adalah hewan yaitu kucing yang saya ambil dari beberapa aktivitas atau tingkah laku kucing yang kadang tidur melulu, kadang suka diajak mainan dan kadang suka lari-larian atau kejar-kejaran gitu. Hubungannya sama kata ‘desain-kreativ’ ya tadi bahwa itu semua proses yang ga cuman butuh inspirasi buat bisa kreativ atau uang muka buat bikin desain tapi butuh juga tidur nyeyak, main-piknik-traveling dan olahraga-olahotak-olahjiwa agar hidup ini seimbang. Boleh sih kerja keras dan profit deras tetapi kalau badan letih-lemas, apalah arti semua itu ? udah gitu aja sih. Warna bisa fleksible sesuai musyawarah mufakat hehe. Monggoh yang mau berkomentar dan mencaci desain saya :3

Suka olahraga-olahotak-olahjiwa

Suka main-piknik-traveling

Suka tidur nyenyak


Jumat, 03 Juni 2016

Opini saya soal pendidikan parenting, katanya jadi orang tua ga ada sekolahnya ?

Anak dusun atas, ketika yang tua belajar ke yang muda.
 Pendidikan parenting itu apa sih ? mahluk apakah itu ? alien dari planet mana sih ?
Mungkin itu yang pertama kali kita pikirkan atau yang saya rasakan untuk akhirnya jatuh cinta pada pendidikan parenting setelah ada dua buku yang saya baca dan masih terus mau baca buku-buku soal pendidikan parenting. Karena saya ketika membaca dan mengulas materi yang ada pada buku-buku pendidikan parenting itu seakan kembali ke masa lalu ketika saya masih kecil, kenapa dulu saya itu seperti itu, kenapa saya dulu kok begitu, bagaimana yah dulu saya bisa seperti itu ? banyak sekali perenungan dan hal-hal yang jadi suatu perlawanan terhadap hal-hal pendidikan parenting yang belum bias memfasilitasi anak-anak dari orang tua yang entah kenapa bisa seperti di tempat-tempat apa lah itu namanya, oh iya namanya ‘rumah’. Rumah bukan lagi seperti yang kita harapkan untuk pendidikan parenting, pendidikan itu telah digantikan oleh mahluk lain seperti kita kenal alien-alien yang mendadak jadi tempat berfokusnya anak-anak kita di dalam rumah yaitu, radio, tv, laptop, computer, cell phone, tablet, game console dan lainnya yang menghabisakan waktu berharga bersama keluarga, sebeneranya yang terjadi pada rumah saya sekarang pun seperti itu, terlalu banyak alien yang masuk ke dalam rumah saya sehingga mengurangi drastic percakapan antar anggota keluarga, itu salah satu factor utamanya saja. Masih ada factor lain yang bisa di identifikasikan.
Lalu apakah itu pendidikan parenting ? apakah ada sekolahnya ? bagaimana orang tua bisa menjadi orang tua ?
Hmm pendidikan parenting itu sebenarnya cara kita atau orang tua untuk bisa menjadikan anak-anaknya benar-benar menjadi dirinya atau membantu menemukan jati diri dari seorang anak melalui kasih sayang dan kelembutan cinta orang tua. Namun terlalu absurd jika kita bicara melalui rasa yang sekarang sudah susah untuk kita nampakan karena pengaruh alien yang memasuki rumah-rumah kita tadi. Idealnya menjadi orang tua itu lebih banyak membaca dan berdiskusi soal pendidikan parenting atau bagaimana cara mendidik anak sih, tetapi budaya literasi belum bisa menyeluruh dalam masyarakat kita dan seperti utopia jika kita berbicara pemerataan dan keseimbangan di semua lini. Tetapi optimis selalu ada karena itu salah satu cabang harapan yang terus di perlobakan dalam olimpiade kehidupan manusia. Jadi teruslah raih medali optimisme agar kita bisa terus berharap untuk bisa memeratakan negeri ini sesuai keunikan dan karakteristiknya, seperti juga anak-anak bangasa ini yang unik dan berkarakter berbeda-beda.
Kalau ada orang Tanya kamu kok bacaannya buku-buku parenting sih ? mau nikah muda yah ? emm engga juga sih ini hobi aja biar nanti bisa cerita ke anak cucu dan ceritanya keren-keren dan juga mendidik hehe, jawaban ngawur saya ketika ada yang sok usil nanya-nanya begitu. Sebenarnya pendidikan parenting atau bagaimana menjadi orang tua itu tidak lah ada sekolahnya, yang di maksud adalah ketika kita bingung menjadi orang tua apakah kita bisa bertanya pada seorang guru atau dosen atau ahli yang benar-benar terpercaya ? mungkin ada mungkin tidak karena kehidupan dan masalah seseorang yang di hadapi itu cuku relative berbeda kadang juga relative sama, terlalau dinamis jika kita menyarankan satu hal yang sama atau menyarankan hal berbeda walau itu mirip-mirip prmasalahannya.
Namun pendidikan parenting itu penting sebab potensi emas anak itu memang suatu keajaiban yang percuma jika kita tidak bisa menguliknya dan mengarahkannya menjadi pohon yang tumbuh sempurna dan berbuah juga. Ibarat pohon mangga maka seharusnya kita berharap berbuah mangga, salah persepsi jika kita berharap berbuah rambutan, menyalahi kodrat-Nya. Anak-anak kita juga seperti itu seperti pohon yang memang memiliki kodrat yang sudah di anugrahkan kepada setiap anak, apakah anak itu pelukis, pebisnis, presiden itulah tugas kita sebagai orang tua untuk menguak setitik misteri itu, bukan mengganti misteri tersebut manjadi alasan pratktis-ekonomis demi memenuhi kebutuhan sehari-hari maka pendidikan bukan lah menjadi perhatian utama. Seperti itu dulu opini atau argument ngawur saya, karena masih belajar dan masih perlu banyak membaca yang diselingi diskusi alot di forum-forum warkop ataupun portal diskusi online, pokoknya Iqra deh.

Kamis, 02 Juni 2016

Postcolonial, antara adanya timur dan barat. (Part III)



Candi Sambi Sari


Hubungan antara Orientalisme dan Postkolonialisme

Postkolonialisme substansinya adalah  mempermasalahkan atau mengkritik faham orientalisme Barat, yakni tentang perspektif Barat dalam memandang Timur, beserta implikasi negatifnya.
Tujuan pendekatan postkolonial
Memberikan dasar pemahaman kepada bangsa-bangsa Timur untuk menyamakan bahasa dalam membicarakan seluruh sejarah kebudayaannya sebagai dampak lanjutan atas imperialisme, yang ternyata sebagai sebuah kisah epik tentang penghancuran besar-besaran, dan karenanya perlu digugat dan diperjuangkan.
Dampak Negatif Hegemoni Orientalisme
Bangsa Indonesia tetap sebagai bangsa yang kalah dan menjadi korban penjajahan di era sesudah penjajahan, sehingga juga tetap kehilangan hakikat identitas dan otentisitas kulturalnya atau mengalami krisis identitas keindonesiaannya. Akibat dahsyatnya konstruksi orientalisme Barat, sampai-sampai bahwa tak seorang pun bisa berfikir dan bertindak, tanpa pengaruh dari orientalisme Barat. Seolah tak ada sistem pranata budaya sekecil apa pun di negeri ini, baik di tingkat ideofact, sociofact, maupun artifact, yang bisa ditarik jaraknya, meski hanya beberapa inci saja, dari situs pengaruh hegemonik peradaban Barat. Barat, seolah telah menjadi sebuah ‘kutukan’ obsesi, yang melebihi akan hasrat dan keinginan apa pun, dalam proses kinerja kulturasi di negeri dan bangsa di era modern dan postmodern kini. Akibatnya, secara nirsadar tampak bangsa ini kehilangan hakikat harkat dan martabat identitas akar karakter kediriannya dan  kehilangan risalah asal-usul, sangkan paraning dumadi kulturalnya.
Tentang Para Pembelajar dari Timur dan Barat
1.       Orang Barat yang datang ke Timur untuk belajar, akan menghasilkan karya ilmiah yang detail tentang aspek-aspek peradaban Timur. Sedangkan orang Timur yang datang dan belajar ke Barat, kebanyakan akan menghasilkan karya ilmiah yang detail tentang aspek-aspek peradabannya sendiri dengan framework peradaban Barat.
2.       Orang Barat yang datang ke Timur untuk belajar, akan menghasilkan pandangan-pandangan yang kritis tentang aspek-aspek peradaban Timur. Bukan itu saja, pengetahuan kritis itu pun digunakan sebagai alat pengambil keputusan agar Barat lebih dalam lagi mempengaruhi hajat peradaban Timur. Sedangkan orang Timur yang datang ke Barat untuk belajar, kebanyakan menghasilkan pandangan-pandangan kritis tentang dirinya sendiri, dan malahan ikut membantu Barat mengubah aspek-aspek peradaban Timur sesuai arus dari Barat.
3.       Orang Barat yang datang belajar ke Timur sedikit banyak menyerap kebiasaan hidup orang Timur sebagai pleasure, kesenangan, namun sebagian besar aspek kepribadiannya tetaplah Barat. Sedangkan orang Timur yang datang belajar ke Barat, tidak sedikit yang menyerap kebiasaan hidup Barat sebagai character building, pembangunan kepribadian yang dianggap menuju arah yang lebih positif. Makan tetap tempe, tapi cara berpikir lebih suka ke-barat-baratan.

Implikasi Kultural Keindonesiaan, Indonesia sampai hari ini masih tetap berada dalam kondisi keterjajahan oleh Barat, baik lingkungan, kebudayaan, bahkan manusianya.
Keterjajahan di bidang ekonomi,
Pasal 33 UUD 1945, yang berbunyi:
                Bumi, air, dan seluruh kekayaan alam Indonesia dikuasai oleh negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Diubah menjadi:
                 Bumi, air, dan seluruh kekayaan alam Indonesia dikuasai oleh negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Barat (Eropa & Amerika).

Sumber ilmu berasal dari slide show seorang Pak Dosen.






Postcolonial, antara adanya timur dan barat. (Part II)


Sejarah Teori Postkolonial, yuk kita mulai dari sejarahnya.

Lahir di Barat (Amerika), terutama semenjak terbitnya buku Orientalism pada tahun 1979 oleh Edward W. Said, yang kemudian disusul dengan sejumlah buku lainnya. Ia keturunan Palestina yang dilahirkan pada 1 November 1935 dan meninggal dunia di New York, pada tanggal 25 September 2003, dalam usia 67 tahun. Ia profesor dalam bidang English and Comparative Literature di Columbia University, Amerika Serikat.

Edward W. Said
Selain Edward W. Said, juga ada dua tokoh lainnya, yakni: Homi K. Bhabha dan Gayatri C. Spivak (dari India), yang ketiganya disebut sebagai ‘The Holy Trinity of Colonial Discourse Analysis’.

Homi K. Bhabha

Lahir 1949, Mumbai, India. Mengajar di Harvard University (Amerika Serikat). Karya utamanya, The Location of Culture.

Gayatri Chakravorty Spivak

Lahir di Calcuta India, 1942. Mengajar di Columbia University Amerika Serikat. Karyanya yang terkenal: “Can the Subaltern Speak?".

Substansi teori postkolonial adalah merupakan strategi teoretis dan kritis yang digunakan untuk meneliti pelbagai kebudayaan yang ada di bekas koloni negara-negara jajahan Barat, yang didasarkan pada fakta historis kolonialisme dan aneka dampak negatif yang ditimbulkannya, misalnya dalam wujud eksploitasi, marginalisasi, dan rasialisasi, beserta kemungkinan politik strategis jalan keluarnya. Jadi postcolonial itu mengurusi soal dampaknya dari penjajahan terutama dampak negative kaya eksploitasi, marginalisasi dan rasialisasi. Dan kadang kalau yang baik itu di carikan pemecahan masalahnya atau solusinya gitu sih.
Lalu ada orientalisme apa itu, mahkluk apa lagi itu alien kah ? jandi gini, orientalisme adalah faham yang dikembangkan oleh pemikiran Barat, yang berisi tentang segala gagasan terkait dengan pembagian dunia menjadi dua wilayah besar, yakni Timur dan Barat, di mana Timur cenderung dimaknai lebih rendah dibanding Barat. Paham atau idelisme barat yang berisi politik geografis antara barat dan timur, dan jelas barat lebih baik di banding timur, yah namanya juga politik untuk menjajah. Siapa Pelaku Orientalisme ? Melibatkan semua stake holder utama dalam peradaban barat, misalnya filsuf atau ilmuwan di semua bidang, politikus, penyair, dan lain sebagainya. Mantan kamu juga bisa jadi agen spionasenya pelaku orientalisme lohh hehe.
Di tangan para orientalis inilah, Timur menjadi sebentuk panggung yang didirikan di hadapan Barat. Di sinilah repertoar Barat dikukuhkan, dengan serangkaian oposisi binernya, yakni Barat adalah maju, pintar hebat, dan superior, sedangkan Timur adalah sebaliknya: dianggap terbelakang, bodoh, inferior, dan bahkan amat menjijikkan. Piye kalau kita di gituin bro ? Oleh karena itu label tentang  ‘Timur’ yang cenderung negatif itu, bukanlah suatu kenyataan yang asli dan alami. ‘Timur’ tidak ada begitu saja, seperti halnya ‘Barat’. ‘Timur’ adalah diciptakan oleh Barat.
Sebenarnya tujuan orientalisme itu apa sih ? Melestarikan politik penguasaan dan penjajahan oleh Barat terhadap Timur, baik terkait dengan kekayaan alam, kebudayaan, bahkan sampai pada kemanusiaannya. Melanjutkan cita-cita kolonisasi dengan  jargon: glory, gold, gospel (kejayaan, kekayaan, keagamaan).