Jumat, 03 Juni 2016

Opini saya soal pendidikan parenting, katanya jadi orang tua ga ada sekolahnya ?

Anak dusun atas, ketika yang tua belajar ke yang muda.
 Pendidikan parenting itu apa sih ? mahluk apakah itu ? alien dari planet mana sih ?
Mungkin itu yang pertama kali kita pikirkan atau yang saya rasakan untuk akhirnya jatuh cinta pada pendidikan parenting setelah ada dua buku yang saya baca dan masih terus mau baca buku-buku soal pendidikan parenting. Karena saya ketika membaca dan mengulas materi yang ada pada buku-buku pendidikan parenting itu seakan kembali ke masa lalu ketika saya masih kecil, kenapa dulu saya itu seperti itu, kenapa saya dulu kok begitu, bagaimana yah dulu saya bisa seperti itu ? banyak sekali perenungan dan hal-hal yang jadi suatu perlawanan terhadap hal-hal pendidikan parenting yang belum bias memfasilitasi anak-anak dari orang tua yang entah kenapa bisa seperti di tempat-tempat apa lah itu namanya, oh iya namanya ‘rumah’. Rumah bukan lagi seperti yang kita harapkan untuk pendidikan parenting, pendidikan itu telah digantikan oleh mahluk lain seperti kita kenal alien-alien yang mendadak jadi tempat berfokusnya anak-anak kita di dalam rumah yaitu, radio, tv, laptop, computer, cell phone, tablet, game console dan lainnya yang menghabisakan waktu berharga bersama keluarga, sebeneranya yang terjadi pada rumah saya sekarang pun seperti itu, terlalu banyak alien yang masuk ke dalam rumah saya sehingga mengurangi drastic percakapan antar anggota keluarga, itu salah satu factor utamanya saja. Masih ada factor lain yang bisa di identifikasikan.
Lalu apakah itu pendidikan parenting ? apakah ada sekolahnya ? bagaimana orang tua bisa menjadi orang tua ?
Hmm pendidikan parenting itu sebenarnya cara kita atau orang tua untuk bisa menjadikan anak-anaknya benar-benar menjadi dirinya atau membantu menemukan jati diri dari seorang anak melalui kasih sayang dan kelembutan cinta orang tua. Namun terlalu absurd jika kita bicara melalui rasa yang sekarang sudah susah untuk kita nampakan karena pengaruh alien yang memasuki rumah-rumah kita tadi. Idealnya menjadi orang tua itu lebih banyak membaca dan berdiskusi soal pendidikan parenting atau bagaimana cara mendidik anak sih, tetapi budaya literasi belum bisa menyeluruh dalam masyarakat kita dan seperti utopia jika kita berbicara pemerataan dan keseimbangan di semua lini. Tetapi optimis selalu ada karena itu salah satu cabang harapan yang terus di perlobakan dalam olimpiade kehidupan manusia. Jadi teruslah raih medali optimisme agar kita bisa terus berharap untuk bisa memeratakan negeri ini sesuai keunikan dan karakteristiknya, seperti juga anak-anak bangasa ini yang unik dan berkarakter berbeda-beda.
Kalau ada orang Tanya kamu kok bacaannya buku-buku parenting sih ? mau nikah muda yah ? emm engga juga sih ini hobi aja biar nanti bisa cerita ke anak cucu dan ceritanya keren-keren dan juga mendidik hehe, jawaban ngawur saya ketika ada yang sok usil nanya-nanya begitu. Sebenarnya pendidikan parenting atau bagaimana menjadi orang tua itu tidak lah ada sekolahnya, yang di maksud adalah ketika kita bingung menjadi orang tua apakah kita bisa bertanya pada seorang guru atau dosen atau ahli yang benar-benar terpercaya ? mungkin ada mungkin tidak karena kehidupan dan masalah seseorang yang di hadapi itu cuku relative berbeda kadang juga relative sama, terlalau dinamis jika kita menyarankan satu hal yang sama atau menyarankan hal berbeda walau itu mirip-mirip prmasalahannya.
Namun pendidikan parenting itu penting sebab potensi emas anak itu memang suatu keajaiban yang percuma jika kita tidak bisa menguliknya dan mengarahkannya menjadi pohon yang tumbuh sempurna dan berbuah juga. Ibarat pohon mangga maka seharusnya kita berharap berbuah mangga, salah persepsi jika kita berharap berbuah rambutan, menyalahi kodrat-Nya. Anak-anak kita juga seperti itu seperti pohon yang memang memiliki kodrat yang sudah di anugrahkan kepada setiap anak, apakah anak itu pelukis, pebisnis, presiden itulah tugas kita sebagai orang tua untuk menguak setitik misteri itu, bukan mengganti misteri tersebut manjadi alasan pratktis-ekonomis demi memenuhi kebutuhan sehari-hari maka pendidikan bukan lah menjadi perhatian utama. Seperti itu dulu opini atau argument ngawur saya, karena masih belajar dan masih perlu banyak membaca yang diselingi diskusi alot di forum-forum warkop ataupun portal diskusi online, pokoknya Iqra deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar