Kamis, 02 Juni 2016

Postcolonial, antara adanya timur dan barat. (Part III)



Candi Sambi Sari


Hubungan antara Orientalisme dan Postkolonialisme

Postkolonialisme substansinya adalah  mempermasalahkan atau mengkritik faham orientalisme Barat, yakni tentang perspektif Barat dalam memandang Timur, beserta implikasi negatifnya.
Tujuan pendekatan postkolonial
Memberikan dasar pemahaman kepada bangsa-bangsa Timur untuk menyamakan bahasa dalam membicarakan seluruh sejarah kebudayaannya sebagai dampak lanjutan atas imperialisme, yang ternyata sebagai sebuah kisah epik tentang penghancuran besar-besaran, dan karenanya perlu digugat dan diperjuangkan.
Dampak Negatif Hegemoni Orientalisme
Bangsa Indonesia tetap sebagai bangsa yang kalah dan menjadi korban penjajahan di era sesudah penjajahan, sehingga juga tetap kehilangan hakikat identitas dan otentisitas kulturalnya atau mengalami krisis identitas keindonesiaannya. Akibat dahsyatnya konstruksi orientalisme Barat, sampai-sampai bahwa tak seorang pun bisa berfikir dan bertindak, tanpa pengaruh dari orientalisme Barat. Seolah tak ada sistem pranata budaya sekecil apa pun di negeri ini, baik di tingkat ideofact, sociofact, maupun artifact, yang bisa ditarik jaraknya, meski hanya beberapa inci saja, dari situs pengaruh hegemonik peradaban Barat. Barat, seolah telah menjadi sebuah ‘kutukan’ obsesi, yang melebihi akan hasrat dan keinginan apa pun, dalam proses kinerja kulturasi di negeri dan bangsa di era modern dan postmodern kini. Akibatnya, secara nirsadar tampak bangsa ini kehilangan hakikat harkat dan martabat identitas akar karakter kediriannya dan  kehilangan risalah asal-usul, sangkan paraning dumadi kulturalnya.
Tentang Para Pembelajar dari Timur dan Barat
1.       Orang Barat yang datang ke Timur untuk belajar, akan menghasilkan karya ilmiah yang detail tentang aspek-aspek peradaban Timur. Sedangkan orang Timur yang datang dan belajar ke Barat, kebanyakan akan menghasilkan karya ilmiah yang detail tentang aspek-aspek peradabannya sendiri dengan framework peradaban Barat.
2.       Orang Barat yang datang ke Timur untuk belajar, akan menghasilkan pandangan-pandangan yang kritis tentang aspek-aspek peradaban Timur. Bukan itu saja, pengetahuan kritis itu pun digunakan sebagai alat pengambil keputusan agar Barat lebih dalam lagi mempengaruhi hajat peradaban Timur. Sedangkan orang Timur yang datang ke Barat untuk belajar, kebanyakan menghasilkan pandangan-pandangan kritis tentang dirinya sendiri, dan malahan ikut membantu Barat mengubah aspek-aspek peradaban Timur sesuai arus dari Barat.
3.       Orang Barat yang datang belajar ke Timur sedikit banyak menyerap kebiasaan hidup orang Timur sebagai pleasure, kesenangan, namun sebagian besar aspek kepribadiannya tetaplah Barat. Sedangkan orang Timur yang datang belajar ke Barat, tidak sedikit yang menyerap kebiasaan hidup Barat sebagai character building, pembangunan kepribadian yang dianggap menuju arah yang lebih positif. Makan tetap tempe, tapi cara berpikir lebih suka ke-barat-baratan.

Implikasi Kultural Keindonesiaan, Indonesia sampai hari ini masih tetap berada dalam kondisi keterjajahan oleh Barat, baik lingkungan, kebudayaan, bahkan manusianya.
Keterjajahan di bidang ekonomi,
Pasal 33 UUD 1945, yang berbunyi:
                Bumi, air, dan seluruh kekayaan alam Indonesia dikuasai oleh negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Diubah menjadi:
                 Bumi, air, dan seluruh kekayaan alam Indonesia dikuasai oleh negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Barat (Eropa & Amerika).

Sumber ilmu berasal dari slide show seorang Pak Dosen.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar