Arkananta seorang ponakan |
Orang tua ? menjadi pergulatan dalam benak saya akhir-akhir
ini, soal bagaimana menjadi orang tua, apa saja sih tugas orang tua, kenapa sih
di sebut orang tua ? lalu buat apa kita menjadi orang tua ? selalu banyak yang
terpikirkan oleh saya tentang semua jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas. Namun
ketika saya berfikir tentang pertanyaan-pertanyaan dan semua jawabannya saya
teringat soal orang tua yang memiliki tiga kewajiban setelah orang tua memenuhi
bingkai foto keluarganya dengan anak-anaknya, apa saja kewajiban tersebut ?
yang pertama adalah mendidik anak-anaknya, yang kedua memberikan nafkah atau
kebutuhan pokok sehari-hari dan ketiga adalah mencarikan jodoh yang bermutu dan
dengan semua kualifikasinya dalam agama pada masing-masing keluarga.
Saya mau menyoroti soal pendidikannya karena memang
keresahan itu muncul tepat pada kata pendidikan, sebab orang tua adalah tonggak
dari pendidikan anak-anak kelak, jika orang tua kita tidak pernah mau belajar
untuk menjadi orang tua maka siapa yang mau mendidik anak-anak ? sekolah,
guru-guru atau orang lain, praktisi parenting ? hmm lalu buat apa kita memiliki
anak tetapi tidak mau mendidik anak kita ?
Saya jelaskan bahwa mendidik itu berbeda dengan hanya
sekadar akademis semata, maksudnya bahwa orang tua yang mendidik adalah orang
tua yang memberi teladan dalam kebaikan dan kebijaksanaan kepada anaknya jika
soal akademis itu berupa teori-teori yang mencakup ilmu pengetahuan soal sains
dan sejarah. Saya tegaskan bahwa orang
tua adalah sumber utama pendidikan anak yang berarti pendidikan yang
mengajarkan cara kita berperilaku sebagai anak, sopan santun sebagai manusia
beradab, mengajarkan menjadi manusia yang memiliki empati dan kasih sayang, itu lah orang tua yang saya maksud sebagai tonggak kebaikan dan kebijaksanaan. Jika disekolah
kita mempelajari sains-sejarah dan keterampilan karena kita telah di ajarkan
pondasi dari ilmu-ilmu itu yaitu akhlak mulia kita dari orang tua kita,
ilmu-ilmu itu akan bermanfaat dan memiliki makna atau bermakna jika kita talah
memiliki pondasi akhlak yang baik yang kita teladani dari orang tua kita
sebagai anak.
Bagaimana menjadi orang tua teladan yang di patuhi dan
dicintai anaknya ? itu pertanyaan yang mudah kita jawab namun sulit untuk kita
realisasikan sebab sebagai orang tua juga memiliki banyak kelemahan dan hanya
manusia biasa yang memang jauh dari kata sempurna, oleh maka sebab itu kita
se-eloknya terus belajar walau kita telah di sebut sebagai orang tua, belajar
hingga liang lahat dan jangan mengartikan belajar seperti sekolah yang memiliki
masa kelulusan dan masa pendaftaran murid baru sebab belajar adalah konteks
maha luas dari kata ‘Iqra’, kita bisa belajar dari apapun dan siapapun jika
kita meniatkannya, jika kita penasaran, jika kita ingin mengetahuinya. Orang tua
yang belajar adalah orang tua yang selalu memikirkan bahwa masa lalu dan masa
kini memang berubah sehingga orang tua tidak terpaku pada romantisme masa lalu
yang mengkultuskan bahwa pendidikan masa lalu pun sanggup mendidik dirinya,
namun waktu tak pernah berhenti oleh sebab itu ilmu tak pernah beku dalam satu
waktu tapi mengikutinya sampai akhir waktu.
Jika kita kelak menjadi guru atau orang tua lalu melihat di
sekolah atau rumah tetangga ada anak yang akhlaknya kurang baik maka lihat pula
bagaimana orang tuanya mendidiknya, tak perlu mengkambing hitamkan sekolah atau
system pendidikan negeri ini sebab pemerintah hanya memenuhi pengetahuan umum
bangsa ini dengan jangka waktu tertentu dan inti dari pengetahuan berasal dari
pemaknaan ilmu yang di catut dari akhlak yang mulia, teladan orang tua.
Hubungan dengan tugas orang tua yang memberikan nafkah dan
jodoh, sudah jelas bahwa ketika orang tua yang terus belajar dan membuka
wawasannya maka bisa menyikapi perkembangan anaknya, kebutuhan materi dan perkembengan psikologisnya. Jelas ketika
berumah tangga penghasilan merupakan jaminan masa depan keluarga, minimal ga
ngerepotin tetangga dan sodara sih. Trus untuk masalah jodoh jika pondasi
akhlak udah kece maka ga bakalan deh kita denger dari anak-anak kita kata-kata alien macam ‘Bu
aku pengin punya pacar’, ‘Pak beliin motor gede itu dong’, ‘Bu saya mau nikah
muda sama dia’, ‘Pak saya mau mobil itu’ dan blab bla bla. . .
Jadi orang tua itu susah-susah gampang karena ada tiga tugas kecenya yaitu mendidik, menafkahi, mencarikan jodoh dan orang tua berperan juga sebagai Teladan-Teman-Konsultan.
Jadi orang tua itu susah-susah gampang karena ada tiga tugas kecenya yaitu mendidik, menafkahi, mencarikan jodoh dan orang tua berperan juga sebagai Teladan-Teman-Konsultan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar