Jumat, 24 Juni 2016

Shalat Jumatnya tukang becak

Tukang becak yang tak ikut shalat Jumat. Dari kecil hingga sekarang saya kalau di rumah pasti shalat jumat di sebuah masjid di daerah kampung saya yang agak masuk sedikit, masuk gang dari jalan utama atau jalan raya, nah di pinggir jalan raya ada sekitar empat atau tiga becak yang parkir dengan di dalam becaknya tidur-tiduran bapak tukang becak saat peristiwa rutin shalat jumat saya dan bapak saya bersama jamaah lainnya di masjid tersebut. Dari situ saya tertarik untuk berfikir dan merenungkan bahwa kaya miskin itu tidak selalu berkorelasi dengan apa yang kita Imani tetapi dengan apa yang kita lakukan setelah kita iman pada Tuhan kita. Apakah Tuhan kita menjamin kita bisa kaya setelah kita beriman kepada-Nya ? tentu itu adalah Tuhan yang ada dalam logika, Tuhan tidak perlu iman kita Tuhan tidak  perlu kita untuk menyembahnya, karena Tuhan bukan seorang manusia yang gandrung akan popularitas dan ketenaran (duniawi). Manusia beriman atau tidak Tuhan masih tetap ada dan juga tiada dalam kehidupan manusia.
Sedang tidak sempat riset dan hunting foto untuk ilustrasi
Tukang becak tidur saat shalat jumat padahal masjid hanya berjarak sekitar 20 meter, lalu tukang becak lebih memilih ngetem di becaknya dari pada masuk ke masjid. Karena pada dasarnya keimanan itu di hati dan amalan itu perilaku bukan tutur berlalu. Sebab sulit sekali untuk ber-amal karena beriman itu sangatlah intim dan amal itu bukti di dunia ini karena dunia ini memiliki dimensi visual atau fisik, memiliki kanal social dan masyarakat yang di sebabkan adanya raga dan benda. Jika ruh ini telah beriman maka fisik ini perlu beramal sebagai pembuktian, sebagai syarat formal adanya kehidupan duniawi.
Shalat jumat pun selesai dengan rasa kantuk yang amat maka saya membonceng motor bersama bapak saya menuju rumah lalu di rumah saya tak ngantuk lagi karena saya mencoba menulis dan memenuhi beberapa hawa nafsu yang masih normal yaitu keinginan menullis dan berimaji hanya dengan tembok dalam diri ini, tembok yang menghalangi terik matahari menyengat raga ini.

Tak perlu bertanya soal penulis yang masih selalu lemah dalam ber-amal karena konteks tulisan ini bukan untuk membahas baik buruk amal seseorang namun membahas apa yang terjadi dalam shalat jumat antara saya dan bapak saya juga jamaah lainnya di masjid tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar