Sabtu, 11 Juni 2016

Rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita ?

Pas lagi hunting di sebuah festival kesenian
Rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita, sekolah keluar negeri mungkin jadi wah sekali saat ini, melihat kualitas dan fasilitasnya memang support buat mahasiswa bisa belajar serius tapi di samping itu ada beberapa contoh di luar negeri yang kita bisa bandingkan dengan Indonesia. Semisal di Jerman ada tuh yang namanya preman atau skin head kalau di Indonesia ada preman pasar dah, di sana preman ga cuman nyari uang aja tapi emang romansa masa lalau soal ideologi waktu perang gitu sih, lebih bahaya atau cenderung harus berhati-hati kalau mau jalan pulang larut malam gitu. Ada juga yang kena denda usaha karena di Jerman ga daftarin tuh usahanya, ya namanya mahasiswakan suka banyak nyoba-nyoba buka usaha kecil-kecilan, kalau di Indonesia belum jelas peraturan soal buka usahanya dan pajaknya gimana, masih relativ aman kalau belum punya modal banyak terus buka usaha kecil-kecilan kaya rumah makan, distro, atau jasa. Ada juga kalau week end di Jerman itu semua toko tutup, sabtu pun buka setengah hari kalau minggu tutup semua sebab selain untuk menghargai kaum buruh atau pekerja juga buat menghormati orang-orang yang beribadah ke gerja bahkan ini merupakan aturan pemerintah jika tetep buka ya terpaksa kena denda, kecuali udah punya izin dulu dan ada juga soal pengungsi dari Syria yang memang Jerman membuka pintu untuk pengungsi tersebut, sepakat deh kalau soal kemanusiaan gitu, nah tapi ada banyak dampak yang di timbulkan selanjutnya seperti ada nya beberapa titik kota yang mulai ramai padahal sebelumnya sepi trus timbulnya kriminalitas juga bisa saja terjadi karena perbedaan kultur dan tingkat ekonomi namun belum sampai seperti itu sih.


Nah kalau di China tuh internet barang yang tabu, pemerintahnya menerapkan peraturan pemblokiran internet juga media sosial semacam facebook, twitter, you tube, googel dan yang ada cuman sosial media buatan lokal dengan koneksi internet juga lokal. Tujuannya ya jelas untuk membentuk kesan negara yang rapih dan steril dari cap buruk dan tak ada kritik alias menjaga nama baik pemerintahnya, intinya jika sekolah di China itu ga ada media sosial dan akan kehilangan kontak dengan teman-teman di tanah air karena beda koneksi media sosial.


Di Tiongkok atau Hongkong tuh orang punya mobil banyak yang ga ada plat nomernya sebab bikin plat nomer itu mahalnya minta ampun, harga plat nomer itu sama seharga mobilnya di tambah ruwet tuh birokrasinya, kalau motor listrik juga gitu harus punya lisensinya dan struk pembayaran beli motornya harus di bawa terus kemana pun kita bawa motor tersebut, luar biasa yah.


Trus jika kita berfikir mau sekolah ke luar negeri dan tujuannya hanya untuk belajar itu semua sih ga ngaruh, tapi kan banyak yang juga pengin belanja di week end nya atau jalan-jalan atau buka usaha atau pengin punya kendaran bermotor gitu yah lebih enak di Indonesia gaes kalau kita kompare, masalah kualitas pendidikan itu kan kita yang bisa ngukur karena kreativitas dari masing-masing anak Indonesia kan beda-beda ada yang cuman di kasih akun Facebook udah bisa jualan On line ada yang musti pake medsos lainnya gitu sih, sebab rumput tetangga ga selalu lebih hijau dari rumput rumah kita walau rumputnya beda jenis hehe. . .

Sebenarnya kenapa saya me-review video vlog nya Pandji ini ya karena keresahan yang saya alami setelah banyak teman atau akun sosmed yang mengumumkan dirinya ketrima di beasiswa luar negeri, dengan bangga dan berbahagia, saya tak berhak juga sih buat ngerusak tuh mimpi dan cita-cita mereka, siapa pula sih saya ? masalahnya ketika semua anak Indonesia belajar keluar negeri, belajar yang mereka kagumi di luar negeri ini, belajar di luar kepribadian negeri yang jauh itu tanpa ada dasar yang mumpuni soal ke-Indonesia-an maka takutnya kita jadi orang atau bangsa yang gandrung terhadap budaya barat tapi males kalau suruh melestarikan budaya Indonesia khusunya daerahnya sendiri sih. Sekali lagi siapa pula saya berhak dan beropini soal cita-cita orang lain, mengurus hidup sendiri pun ga becus berani-beraninya ngerecokin urusan hidup orang. Yang jelas saya hanya prihatin ketika melihat sebagian pemuda bangsa ini terlihat bangga terhadap gemerlap segala euphoria dari negeri seberang namun senyap ketika negeri sendiri tau bangsa sendiri terjajah secara Ilmu dan Budaya oleh Negara lain karena pemudanya terlalu asik dengan cita-cita yang membanggakan dan membahagiakan, Indonesia memang ga sempurna tapi layak untuk di perjuangkan kata bang Pandji sih gitu hehe. . .
Boleh kita ke laur negeri tetapi ketika kita telah selesai dengan diri kita sendiri dengan hal-hal yang jati diri, seperti saya yang masih berusaha untuk menyelesaikan urusan jati diri ini, jadi inget habis nonton film 'Alangkah Lucunya Negeri Ini' tadi malem, masih banyak adik-adik yang hidup di jalanan atau di tempat terpencil yang buat sekolah aja harus nanjak dulu beberapa gunungan dan punggungan, yah saya siapa pula mau merecoki cita-cita orang lain tapi siapa juga yang mau membantu masa depan adik-adik kita itu gaes ? Pemerintah ? Parpol ? Pemuda ?

#BalasDi18

Inspirasi tulisan : https://www.vidio.com/@pandjipragiwaksono/channels/506578-sawang-sinawang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar