Pas lagi hunting di sebuah festival kesenian |
Rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita, sekolah keluar
negeri mungkin jadi wah sekali saat ini, melihat kualitas dan fasilitasnya
memang support buat mahasiswa bisa belajar serius tapi di samping itu ada
beberapa contoh di luar negeri yang kita bisa bandingkan dengan Indonesia.
Semisal di Jerman ada tuh yang namanya preman atau skin head kalau di Indonesia
ada preman pasar dah, di sana preman ga cuman nyari uang aja tapi emang romansa
masa lalau soal ideologi waktu perang gitu sih, lebih bahaya atau cenderung
harus berhati-hati kalau mau jalan pulang larut malam gitu. Ada juga yang kena
denda usaha karena di Jerman ga daftarin tuh usahanya, ya namanya mahasiswakan
suka banyak nyoba-nyoba buka usaha kecil-kecilan, kalau di Indonesia belum
jelas peraturan soal buka usahanya dan pajaknya gimana, masih relativ aman
kalau belum punya modal banyak terus buka usaha kecil-kecilan kaya rumah makan,
distro, atau jasa. Ada juga kalau week end di Jerman itu semua toko tutup,
sabtu pun buka setengah hari kalau minggu tutup semua sebab selain untuk
menghargai kaum buruh atau pekerja juga buat menghormati orang-orang yang
beribadah ke gerja bahkan ini merupakan aturan pemerintah jika tetep buka ya
terpaksa kena denda, kecuali udah punya izin dulu dan ada juga soal pengungsi dari Syria yang memang Jerman membuka pintu untuk pengungsi tersebut, sepakat deh kalau soal kemanusiaan gitu, nah tapi ada banyak dampak yang di timbulkan selanjutnya seperti ada nya beberapa titik kota yang mulai ramai padahal sebelumnya sepi trus timbulnya kriminalitas juga bisa saja terjadi karena perbedaan kultur dan tingkat ekonomi namun belum sampai seperti itu sih.
Nah kalau di China tuh internet barang yang tabu, pemerintahnya
menerapkan peraturan pemblokiran internet juga media sosial semacam facebook,
twitter, you tube, googel dan yang ada cuman sosial media buatan lokal dengan
koneksi internet juga lokal. Tujuannya ya jelas untuk membentuk kesan negara
yang rapih dan steril dari cap buruk dan tak ada kritik alias menjaga nama baik
pemerintahnya, intinya jika sekolah di China itu ga ada media sosial dan akan
kehilangan kontak dengan teman-teman di tanah air karena beda koneksi media
sosial.
Di Tiongkok atau Hongkong tuh orang punya mobil banyak yang ga
ada plat nomernya sebab bikin plat nomer itu mahalnya minta ampun, harga plat
nomer itu sama seharga mobilnya di tambah ruwet tuh birokrasinya, kalau motor
listrik juga gitu harus punya lisensinya dan struk pembayaran beli motornya
harus di bawa terus kemana pun kita bawa motor tersebut, luar biasa yah.
Trus jika kita berfikir mau sekolah ke luar negeri dan tujuannya
hanya untuk belajar itu semua sih ga ngaruh, tapi kan banyak yang juga pengin
belanja di week end nya atau jalan-jalan atau buka usaha atau pengin punya
kendaran bermotor gitu yah lebih enak di Indonesia gaes kalau kita kompare,
masalah kualitas pendidikan itu kan kita yang bisa ngukur karena kreativitas
dari masing-masing anak Indonesia kan beda-beda ada yang cuman di kasih akun
Facebook udah bisa jualan On line ada yang musti pake medsos lainnya gitu sih,
sebab rumput tetangga ga selalu lebih hijau dari rumput rumah kita walau
rumputnya beda jenis hehe. . .
Sebenarnya kenapa saya me-review video vlog nya Pandji ini ya
karena keresahan yang saya alami setelah banyak teman atau akun sosmed yang
mengumumkan dirinya ketrima di beasiswa luar negeri, dengan bangga dan
berbahagia, saya tak berhak juga sih buat ngerusak tuh mimpi dan cita-cita
mereka, siapa pula sih saya ? masalahnya ketika semua anak Indonesia belajar
keluar negeri, belajar yang mereka kagumi di luar negeri ini, belajar di luar
kepribadian negeri yang jauh itu tanpa ada dasar yang mumpuni soal ke-Indonesia-an
maka takutnya kita jadi orang atau bangsa yang gandrung terhadap budaya barat
tapi males kalau suruh melestarikan budaya Indonesia khusunya daerahnya sendiri
sih. Sekali lagi siapa pula saya berhak dan beropini soal cita-cita orang lain,
mengurus hidup sendiri pun ga becus berani-beraninya ngerecokin urusan hidup
orang. Yang jelas saya hanya prihatin ketika melihat sebagian pemuda bangsa ini
terlihat bangga terhadap gemerlap segala euphoria dari negeri seberang namun
senyap ketika negeri sendiri tau bangsa sendiri terjajah secara Ilmu dan Budaya
oleh Negara lain karena pemudanya terlalu asik dengan cita-cita yang
membanggakan dan membahagiakan, Indonesia memang ga sempurna tapi layak untuk
di perjuangkan kata bang Pandji sih gitu hehe. . .
Boleh kita ke laur negeri tetapi ketika kita telah selesai
dengan diri kita sendiri dengan hal-hal yang jati diri, seperti saya yang masih
berusaha untuk menyelesaikan urusan jati diri ini, jadi inget habis nonton film 'Alangkah Lucunya Negeri Ini' tadi malem, masih banyak adik-adik yang hidup di
jalanan atau di tempat terpencil yang buat sekolah aja harus nanjak dulu
beberapa gunungan dan punggungan, yah saya siapa pula mau merecoki cita-cita
orang lain tapi siapa juga yang mau membantu masa depan adik-adik kita itu gaes
? Pemerintah ? Parpol ? Pemuda ?
#BalasDi18
Inspirasi tulisan : https://www.vidio.com/@pandjipragiwaksono/channels/506578-sawang-sinawang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar