Senin, 27 Februari 2017

Jual Note Book - Canvas cokelat - Akuarium Puisi | Tokopedia



Jual Note Book - Canvas cokelat - Akuarium Puisi | Tokopedia: Jual Note Book - Canvas cokelat, Note Books dengan harga Rp 30.000 dari toko online Akuarium Puisi, Depok. Cari produk buku catatan lainnya di Tokopedia. Jual beli online aman dan nyaman hanya di Tokopedia.

Jumat, 10 Februari 2017

Demi lawuh dalam Resident Evil


Suatu sore saya dan televisi sedang berdialog mebincangkan sebuah film yang booming pada tahun 2002an hingga sekarang pun masih ada lanjutan ceritnya hingga film ke 6 totalnya (masih bisa nambah lagi) dan ceritanya masih nggantung gitu, akhir filmnya ga terlalu bisa kita simpulkan seketika, harus di imajinasikan dan dibayangkan banyak-banyak. Film itu berjudul Resident Evil mulai dari seri pertama hingga terakhir saya paksakan menontonnya sebab di film pertama saya penasaran karena di satu scene yang menjelaskan bahwa orang yang mati dan terkena T-Virus akan hidup lagi namun hanya memiliki sedikit kecerdasan dan sumber utama meraka bisa bergentayangan adalah dari dasar kebutuhan “makhluk hidup” yaitu membutuhkan makan, nafsu makan tepatnya. Sebab tanpa ada nafsu makan selezat apapun rasanya tak akan mau kita memakannya. Setelah berdiskusi dalam dialog saya dengan televisi yang terus diganggu oleh iklan komersil, kesel juga yah. Pada akhirnya saya menyudahi dialog ini dan lekas tidur di kamar karena sudah malam dan lebih baik tunggu moment yang tepat untuk meneruskan menonton film dan mebahas soal makanan pada film Resident Evil itu.

Jumat, 27 Januari 2017

Menulislah dalam kata-kata dan bermimpilah dalam imaji

Suatu sore saya beranjak dari kamar kost yang nyaman dan layak huni, kost-kostan yang di diami oleh orang-orang yang berbakat melawak dan tertawa, tertawa hanya dengan celetukan khas anak muda yang sedang merintis kepercayaan diri, percaya diri bahwa dunia ini tak sekejam dan sekaras yang di dongengkan para tetua. Setelah memberikan senyum dan salam bahwa saya akan pergi sebentar menemui teman-teman yang memintai bantuan untuk sekadar jadi pendengar yang bijak, mendengarkan keluh dan kesah soal kuliahnya, soal tugas-tugasnya dan soal kehidupan keluarganya atau kisah cintanya dengan seorang teman yang lugu. Sore itu saya merenung setelah mendengar banyak kisah yang di ceritakan tanpa paksaan mengallir begitu saja, tanpa ada tekanan, melaju dengan kepercayaan sebagai teman. Bahwa saya bukan lah siap-siapa di antara mereka, saya hanya bagian kecil dari takdir mereka, bertemu hanya dalam hitungan menit atau jam saja, bertemu untuk mengetahui rahasia kehidupan bahwa saya hanyalah potongan kecil yang saharusnya menjadi pemeran utama dalam kisah hidup saya sendiri, bukan menjadi dewa penolong mereka karena saya bukan siapa-siapa di kehidupan mereka, saya hanyalah figuran yang numpang lewat di episode kehidupan mereka.
Saya sering berfikir untuk menolong teman-teman saya setelah mendengar kisah-kisah mereka, namun kesadaran ini menegaskan bahwa saya hanya manusia biasa bukan dewa penolong yang mengurus diri sendiri pun tak terlalu becus, berani-beraninya menolong orang lain ? namun melihat semangat mereka untuk terus berani hidup dengan tawa dan senyuman walau dalam diri mereka mengalami banyak kisah yang pahit, mulai dari kisah cinta yang suram, urusan ekonomi yang klasik dan soal hidup yang kadang membuat seakan-akan tidak berpihak pada teman saya. Lalu pada malam harinya saya memikirkan sebuah ide yang terngiang di dalam kepala saya, bahwa dukungan moril saja belumlah cukup untuk membantu teman-teman saya, sesuatu hal momentum harus terjadi dalam bentuk apapun itu maka saya memutuskan berimaji dan berdialog dengan diri sendiri bahwa potensi yang dimiliki teman-teman seharusnya bisa menolong mereka sendiri. Ide yang muncul dari potensi mereka adalah soal kopi dan café/ warkop, namun setalah berimaji soal keberadaan café tersebut saya kembali lagi pada diri sendiri bahwa saya ini bukan siapa-siapa, uang kuliah dan biaya hidup di rantau pun masih di sokong oleh orang tua, bagaimana saya bisa membangun sebuah café/ warkop untuk menjadikan solusi bersama soal kendala yang dihadapi teman-teman saya khususnya soal ekonomi yang tertuju untuk perkuliahan mereka ? investor hmm memang terkesan kapitalistik mendengar kata itu namun itu sekadar istilah untuk menengahi masalah warkop yang tak bisa berdiri tanpa ada dana segar dari dermawan atau seorang investor yang berhati baik dan berfikiran menolong anak-anak muda kurang biaya kuliah namun bersedia menjadi seorang yang tidak mengemis secara resmi atau tidak resmi.
Lalu fase berandai pun muncul begitu saja, seandainya saya anak orang kaya atau konglomerat saya ingin membagi-bagikan uang tabungan dari orang tua untuk menolong teman-teman saya yang kesusahan dalam sektor ekonominya atau membangun café dan mengajak teman-teman saya untuk menjadikan café tersebut sebuah penghasil rasa yang nyata dan juga penghasil uang bagi keberlanjutan kisah hidup teman-teman saya. Namun rasa-rasanya itu tidaklah mungkin sebab saya bukan anak orang kaya atau konglomerat itu, jika pun saya anak orang kaya apakah saya masih peduli untuk sekadar menjadi pendengar keluh kesah mereka, apakah saya masih rela untuk berteman dengan mereka ? mungkin saja saya terlalu gengsi berdekatan dan mengakrabi masalah mereka.

Saya hanya bisa menuliskan sebuah kata-kata dan hanya bisa memimpikan sebuah imaji dan diselipi doa-doa kepada teman-teman saya. Karena saya bukan lah seorang dewa penolong dalam kehidupan mereka, saya hanya manusia biasa yang menjadi figuran dalam kisah panjang kehidupan mereka.

Semoga tahun depan awal kenyataan dari imaji dan mimpi kita entah nanti situasi dan perasaan ini berubah, tulisan ini merupakan representasi doa-doa dan cita yang diendapkan agar tak terlupakan kelak. Terjadi atau tidak itu bukan urusan kita yang terpenting adalah berani untuk menuliskannya.

Jumat, 09 Desember 2016

Guru dan Pengabdian

Kesadaran ini muncul ketika ada perasaan yangdirasakan setelah obrolan orang lain yang menjadi trending topik setiap kali berjumpa dan duduk bersama. Obrolan soal masa depan, itulah topik paling unik untuk di bahas pada periode ketika umur beranjak memasuki dunia yang namanya dunia kedewasaan dan realitas kehidupan ada di depan mata. Dimana tingginya logika pada cara berpikir anak muda kebanyakan, sehingga hal-hal yang tidak realistis cukup disimpan dalam mimpi dan terlupakan. Bicara soal masa depan dan cita-cita pastilah setiap orang memiliki banyak pilihan dan rencana, tetapi mungkin kah semua list yang telah kita kumpulkan akan terealisasikan ? pastinya tidak semuanya karena hal terpenting saja yang akan benar-benar terwujud. Sepertilah dunia berjalan karena impian-impian itu juga bersentuhan langsung dengan impian orang lainnya, bisa saling melengkapi bisa saling menghapus karena suatu kondisi tertentu.
Guru seperti jendela yang menuntun kita melihat dunia luar

Kembali pada obrolan yang menjadi trending topik yaitu soal masa depan, masa depan para guru di negeri ini. Seolah-olah bahwa profesi guru adalah hal yang cocok bagi orang-orang yang berani kehilangan nilai, khususnya nilai secara nominal, sebab hanya dengan sebuah kata yaitu “Pengabdian” maka luruh semua kualitas dan ilmu yang di miliki seorang guru tersebut. Dengan sebuah jargon klise yang berbunyi bahwa “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” ini mirip pembodohan dalam lini profesi, sehingga guru dianggap hanya seorang yang berperan menilai sekelompok siswa dan orang yang menjadi martir bagi para pejabat yang korup mungkin.


Pada dasarnya setiap profesi atau pekerjaan ada unsur pengabdiannya dan setiap yang di kerjakan pasti akan  di persembahkan untuk seseorang atau pun suatu hal pastinya, tidak mungkin seseorang bekerja hanya untuk mengisi waktu luang dan hanya untuk mencari suasana baru bukan ? menjadi tantara jelas mengabdi pada negara, menjadi ilmuan jelas mengabdi pada negara dan ilmu pengetahuan, menjadi pendakwah pasti diabdikan untuk kepentingan umat dan agamanya dan menjadi ibu atau ayah maka jelas diabdikan untuk anak-anak dan keluarganya. Sesuatu jadi salah pengertian hanya menyematkan kata “Pengabdian” sebagai dalih kontribusi bagi bangsa padahal seacara logika kita dibayar sesuai apa yang telah kita kerjakan, apapun pekerjaannya, apapun keahliannya seharusnya dibayar sesuai kontentnya tak memlulu soal pengabdian jadi melupakan hal ini. Bekerja dalam keburukan maka jelas bayaran yang diperoleh adalah hukuman dan sangsi sosial, bekerja untuk kabaikan bangsa dan umat pastinya diberikan jaminan hidup layak tetapi khianat selalu merubah jalan ceritanya, nyatanya kebaikan yang telah terkonstruksi luruh. Bukan maksud menagih imabalan tetapi Karena sudah keterlaluan bahwa guru diremehkan hanya di labeli sebagai profesi pengabdian, seharsnya tidak seperti itu bahwa semua profesi juga seharusnya menjadi simbol pengabdian sama seperti profesi guru. Penting untuk di ingat bahwa pekerjaan yang telah di lalui seorang guru berbanding terbalik dengan hasilnya dan mengisyaratkan bahwa dibayar murah pun tak mengapa toh ini bukti pengabdian, lalu yang menentukan kebijakan lupa bahwa dulu ia berada di situ pun berawal dari seorang guru teladan yang sabar mengajarinya soal-soal kehidupan. Selamat telah sadar.

Minggu, 06 November 2016

Naifnya Damar dalam Lukisannya

Ceritanya berawal dari kepeduliannya pada anak jalanan dan lingkungan kota yang acuh, lalu ketika berkesempatan memilih, ia lalu memilih mengikuti praktik lapangannya di sekolah luar biasa, entah mengapa ia berjumpa lagi dengan wajah yang diakrabinya saat berkonvoi mengitari jalanan kota untuk sekadar mengobrol bersama para tunawisma atau gelandangan, mungkin takdir atau arus kehidupan yang membawanya. Iya anak kecil yang ternyata memiliki keterbatasan atau disebut ‘down syindrome’, jelasnya saya tak paham bagaimana kronologinya hingga pada titik jenuhnya ia mengangkat tema tersebut menjadi objek penelitiannya dalam kajian keilmuan guna memenuhi kelulusan strata satu di sebuah kampus, down syindrome yang notabene adalah hal baru Karena basic keilmuannya adalah pendidikan dan seni, untuk psikologi tak terlalu banyak menyinggung soal down syindrome. Tetapi selalu ada pelajaran terhadap yang sudah dipilih maka hingga titik darah penghabisan pun ia sanggupi dan kerjakan hingga lulus atau di luluskan. Semenjak itu kurang lebih banyak perbincangan diantara kami menyinggung soal pendidikan anak dan khususnya yang berlatarkan hal-hal yang tak sekadar pelajaran hafalan tetapi pemahaman lebih lanjut yaitu analisis.

Dari semua itu mungkin ada sedikit penggambaran dari peristiwa berprosesnya untuk mencapai suatu titik tertentu yang ia tuju, lebih tepatnya saya mencuri sebuah sketsa dan saya modifikasi ke bentuk digital dan diakhiri dengan sentuhan warna-warni tak keruan. Mungkin bisa buat cover buku atau sekadar kenang-kenangan kelulusan yang di luluskan buatnya dari saya atau apapun itu bahwa berrproses itu telah menyipratkan secercah ide yang kemudian mewujud menjadi sebuah gambar berwarna yang mirip ilustrasi dari kata ‘bone-man’ dan ‘juxta-potition’ jika tidak salah seperti itu pendapat saya.

Jumat, 04 November 2016

Dunia Omong Kosong Ku

Mungkin ini sebuah omong kosong namun ini cukup bisa mengisi kekosongan mu didunia pendidikan yang ‘ass hole’, sebab kita telah kehilangan diri kita sendiri yang di ambil oleh criminal pendidikan, merenggut segala daya kreativitas kita, mematikan daya eksperimen kita dan mencuri pikiran kita dengan doktrin-doktrin kapiran. Iya ini memang omong kosong sebab kita harus menjadi seperti mereka, mendapatkan nilai dan lulus dengan predikat sempurna, hidup kita berubah menjadi asset-asset rongsokan yang setelah lulus hanya bertumpu pada kertas yang menjamin pengalaman kosong. Kita membayar tunai setiap beberapa bulan sekali untuk mendapatkan pengalaman yang omong kosong, untuk mengikis sedikit demi sedikit rasa penasaran terhadap apa yang ingin kita pelajari, kita membayar hanya untuk membangun kuburan bagi bakat-bakat kita yang malu untuk hidup. Kenapa kita harus sama seperti kalian jika kita bisa hidup perdampingan dalam perbedaan, kalian teruslah membangun mimpi-mimpi dan kata-kata manis kepada anak-anak kalian, namun biarkan kami juga memilih kehidupan kita. Kita sudah terlalu lama hidup dalam masa orientasi yang menjurus pada per-peloncoan, entah itu fisik, verbal bahkan seksual dan gender, mungkin juga rasialisme dan kepercayaan. Kita menghabiskan waktu hanya untuk menjadi sekelompok pembenci dan sekelompok penghina, menghinakan diri sendiri demi jabatan dan uang semata, menjadi sekelompok yang rela berjuang mati-matian untuk suatu alasan yang tak berdasar dan gegabah. Dimana lagi kita harus mencari diri kita yang telah kalian rebut selama ini, kemana kita harus pulang ? sedangkan kalian penjarakan jati diri kita dengan  tekanan dan ancaman kegagalan yang tak termaafkan ? harus mengadu kepada Tuhan yang mana lagi untuk memberikan peringatan karma terhadap kalian yang telah mencuri rasa ingin tahu kami ? sungguh kami telah kehilangan segala-galanya.
Tujuan utama pendidikan adalah menumbuhkan rasa kreativitas pada peserta didiknya bukan untuk menjangkiti jiwa peserta didik dengan bualan ketakutan masa depan dan ancaman dari masa orientasi yang menguatkan mental katanya sih begitu, dari mana lagi kita akan menjadi manusia jika tak nampak unsur kreativitas dan rasa ingin tahu yang besar ?
Untuk apa tradisi pendidikan jika hanya menghasilkan perpeloncoan dan penghakiman sepihak hanya Karena kita sedikit berbeda dari kalian, jika kita memiliki standar atau kualitas yang berbeda lalu kalian nilai hanya dengan cara kalian saja maka itu bukan lah pendidikan tapi doktrin yang terslubung, lihat baik-baik kami dan nilai lah kami sesuai standar kami, bukankah apel dan tomat sama-sama merah namun bukan berarti mereka sama persis toh ? tak baik jika kita hanya menillai dari luarnya saja dan tak usah menyamakan perbedaan kita, cukup hormati agar bisa berjalan berdampingan.
Pendidikan adalah lembaga yang melayani, bukan kita peserta didik yang menjadi budak yang mau-mau saja untuk melayani dinasti kalian, mau saja menjadi ayam potong yang jika tidak menuruti perintah kaisar akan disembelih dan dijadikan ayam panggang, sudah cukup omong kosong ini, biarkan kami menjadi seperti diri kita yang hilang dahulu, bahwa kita membayar pendidikan bukan untuk sebuah pengalaman yang omong kosong tetapi kita membayar untuk sebuah pengalaman yang menumbuhkan rasa kreativitas dan gairah hidup yang sehat.

Selamat hidup di dunia omong kosong. . .dunia pendidikan. . .bisnis menggiurkan abad modern kini dan nanti. . .

Jumat, 02 September 2016

Sepeda tosca saya yang hilang

Waktu sudah pukul satu siang, setelah bertemu lewat ‘maya’ dengan Tuhan di rumah-Nya saya dan Age beranjak ke warung soto dekat lapangan sekolah yang penuh dengan gadis-gadis tanpa jilbab karena mereka masih imut-imut belum sadar akan kemolekan dirinya megundang nafsu birahi. Disitu ada seseorang yang saya sukai yaitu Zasya, ia satu angkatan dengan kita berdua. Hanya Aga yang memesan soto karena tiba-tiba saya puasa dadakan setelah melihat benda lain yang hilang selain keberanian saya yang hilang untuk mencintai Zasya seperti lelaki dari masa depan yang tersesat pada portal waktu masa lalu. Benda itu berwarna biru muda kehijauan dengan stiker bertuliskan ‘Marpaung’ ialah nama sepeda Tosca saya yang hilang tempo hari, Setelah saya cek tenyata benar dan saya sungguh mengeluh karena roda dan semuanya telah hilang di pretelin menyisakan frame utamanya saja dan sepasang rem belakang, lalu saya bertanya pada Ibu Surti pemilik warung soto, katanya dia juga baru lihat itu barang di situ. Saya sudahi saja  kelana di warung soto ini dan meminta ke Aga agar frame sisa dari tubuh Marpaung dititipkan ke warung Ibunya di kantin sekolah sana dan Aga pun hanya meng-iya-kan saja tanpa banyak mengomentari. Sebelum pergi saya mencoba mengintip gadis idaman saya dahulu, ternyata ia masih berambut pendek karena memang ia agak tomboy sebagai anak pertama di keluarganya dengan dua adik ia berusaha tegar dan terus tersenyum, sampai jumpa Za besok kapan kita jumpa lagi saya sedang mencari keberanian untuk bertemu dengan mu walau harus terjebak di masa lalu yang cukup terik di siang ini puasa saya yang dadakan karena juga uang saku saya ketinggalan dirumah tadi pagi, ‘dasar ceroboh’ mungkin itu makian kau yang di lontarkan kepada saya ketika kesal melihat ketledoran bocah lelaki lugu ini.

Ketika sampai di kantin sekolah kami telah meniti pada pukul setengah 2 siang yang harusnya waktu bel masuk untuk mata pelajaran terakhir bergulir, frame sisa dari tubuh Marpaung telah saya titipkan pada Aga yang masih tanpa banyak cakap karena ia telah tahu semua rahasia hidupnya dan hidup saya. Aga adalah anak terakhir seperti saya yang cenderung lebih aktiv otak kanannya dan sukanya otak-atik barang seperti gadget dan kerajinan tangan seperti memahat, juga tumbuh menjadi anak yang mencintai binatang bukan untuk di jadikan pajangan saja namun menjadikan binatang juga sebagai teman yang memiliki pemikiran dan keinginan masing-masing, walaupun memang hewan tak memiliki perasaan tetapi Aga pernah berpesan pada saya bahwa ‘lebih baik kau adopsi seekor kucing dari pada kau adopsi perasaan itu, hanya membuat mu sakit saja lai’ dan ia juga pernah berkomentar begini ‘kau seharusnya yang memiliki perasaan itu hidup dengan perasaan itu tetapi malah kau seperti hewan hanya mengandalkan insting nafsu cinta konyol mu itu, rela terjebak di masa lalu demi bocah ingusan itu’ saya hanya takzim ketika Aga berbicara, sekali ia berkehendak untuk angkat bicara berarti memang ada hal yang terusik dalam sanubari hatinya, sunggu bocah yang legendaris dalam kelana waktu saya ini, menakjubkan kata-katanya.

Tanpa sadar kita berjumpa seorang guru di koridor sekolah ketika hendak kembali ke kelas kita, beliau bernama Pak Sunu ia keturunan orang Perancis-Senegal sehingga kalau di sini seperti orang timur dengan kepala plontos dan tubuh tegap tinggi juga kekar pas sekali jika ia menjadi guru kesehatan jasmani dan pelatih club sepak bola sekolah ini, beberapa kali timnya menyabet gelar juara Sepak Bola maupun Futsal tingkat kecamatan dan kabupaten mungkin tahun ini ia mencoba di tingkat nasional dan internasional. Pak Sunu bertanya pada saya ‘hei kau kemana saja tak pernah ikut latihan Bola hah ?’ saya cuman tersenyum saja kerana dengan hati yang rapuh ini mana mungkin saya hadir untuk latihan, mental saya sedang down dan kegiatan fisik tak terlalu membantu saya bergairah lalu saya berusaha cepat-cepat melangkahkan kaki untuk kabur, si Aga memberi isyarat pada Pak Sunu bahwa waktu masuk telah tiba dengan menunju-nunjuk jam tangan barunya, terkesan ia pamer jam barunya ketimbang menghambat Pak Sunu yang selalu sehat tanpa menghirup sebatang rokok yang masih murah sekali pada waktu ini atau dulu.


Saya cuman seorang pelajar biasa dan hanya anak terakhir di keluarga saya yang introvert dan kadang susah sekali untuk melupakan impian-impian masa lalu seperti untuk bersama Zasya namun apa daya tak ada hasil. Sekarang lebih baik untuk mencari beraneka ragam benda yang hilang dan mainan yang sudah sulit di temui di masa depan untuk sekadar koleksi dan nostalgia, walau harus tertidur dahulu di kelas lagi karena materi sosiologinya sungguh membosankan dan Pak guru juga terlalu serius cara mengajarnya cuman ceramah, ceramah dan ceramah seperti radio rusak kehabisan batre. Maaf Pak saya berkata jujur seperti itu karena Bapak juga yang mengajari nilai integritas tersebut. Dalam mimpi saya juga bermimpi, paradox yang ambigu ah pusing saya, tetiba saya di bangunkan Aga dan jam pelajaran telah usai. Saatnya pulang dan buka puasa.

Senin, 25 Juli 2016

Jasa Angkut Bintang Lima

Hari yang lalu saya resmi pindah ke kost baru dari kontrakan lama, kisahnya di mulai dari ketika saya bingung untuk mencari jasa angkutan barang yang sejenis mobil pick up, memang banyak di kota kenamaan ini namun saat di cari suka pada ngumpet dan pas udah dapet eh pada berjejer di pinggir jalan dan dapatnya yang ecek-ecek lagi nih mobilnya trus orangnya ga ramah gitu lah jadi trauma haha. Pas pulang dari begadang eh tetiba liat mobil pick up yang ada tulisan layanan on line pick up dari sebuah merek popular di kalangan bangsa yang masih terus belajar untuk saling memahami ini. Dari situ saya googling dan memang di kota kenamaan ini udah ada alias ekspansi pasar setelah di beberapa kota besar lainnya, duh keraguan untuk pindah ke kost baru pun lumayan teratasi.
Bangun pagi setelah semalaman main game online, tapi tidur lagi sampai siang dan saya belum booking tuh pick up, capek juga malamnya habis packing barang-barang di kontrakan, beberes beberapa parang yang tersisa lanjut mandi trus mulai download aplikasinya langsung bikin akun dan order mobil pick up nya, dapet sopir yang namanya Pak Sukidi alias Sukidi. Saya tunggu sekitar setengah jam dia sudah nongol dan segera angkut-angkut deh tuh barang, lumayan bisa memanfaatkan aplikasi yang merakyat bagi kaum muda digital jaman sekarang, tak selalu buruk soal teknologi yang mengikis budaya local namun jika orang dewasa mampu menyikapi dengan hati dan perasaan yang jernih pasti bisa bermanfaat bahkan menggandeng mesra kebudayaan local dan religusitas dalam berbisnis,  bahkan jarak dan waktu, soal kaya dan miskin pun bisa luntur kita bisa menikmati fasilitas dan pelayanan yang sama rata karena memang kita tinggal di dalam bumi yang sama.
Petualangan berlanjut setelah sampai di kost baru saya di bantu teman saya dan Pak supir menurunkan semua barang-barang tadi, setelah semua selesai saya bertanya ke Pak Sukidi, jadi gimana Pak ? lalu beliau menjawab cek history mas klik selesai order, oh gitu yah Pak okeh deh dan saya klik lalu secara bangga membubuhkan lima bintang untuk rating Pak Sukidi yang ramah dan enjoy menjalankan pekerjaannya, uang cash saya berikan sejumlah 162ribu rupiah dan berjabat tangan erat sambil berkata hati-hati Pak di jalan, karena Pak Sukidi sudah dapat order lagi hehe.
Begitulah kesan saya terhadap sebuah aplikasi online yang menurut saya merupakn win-win solution bagi kebingungan saya yang traumatis terhadap jasa angkut konvensional namun bukan berarti jasa angkut konvensional itu jelek namun saya traumatis saja jadi orang, sehingga saya menyikapinya dengan berpikir sederhana yaitu cari yang memiliki pelayanan yang ramah dan akurat dalam menilai tarif, ga mencla mencle.
Yah karena sudah clear urusan kost di rantau kota kenamaan, tinggal ngurus kuliah yang vacum sekitar satu bulan lebih semingguan haha.

Saya beri judulnya Jasa angkut bintang lima dan seperti itu saya bangga menggunakan aplikasi online tersebut karena memiliki karakter dan akurasi tarif yang memilki dasar. Terlepas ini milik Indonesia atau milik luar negeri jika mengangkat drajat dan harkat penghidupan manusia Indonesia kenapa harus takut kehilangan toh ini soal roda yang berputar tak selalu di atas lah.


Minggu, 26 Juni 2016

Jika malaikat memiliki perasaan, malaikat punya Logo.

Malaikat punya Logo
Jika malaikat memiliki perasaan dan manusia dengan empat dimensinya. Sejak kecil saya di ajarkan untuk percaya terhadap adanya malaikat yang memiliki beberapa tugas, setiap malaikat memiliki tugasnya masing-masing. Malaikat Jibril memiliki tugas memberikan wahyu, Malaikat Jibril sangat popular di benak saya karena setiap kecil kalau ngaji dan kalau orang tua habis beli makanan dan saya tidak mau membagi makan tersebut maka akan di nasihati dengan menyebutkan bahwa jika tak mau berbagi makanan tersebut maka akan di tanyai sama Malaikat Jibril. Saya yang masih umur terbilang balita dan kecil mengangguk saja untuk mengiyakan pernyataan tersebut dan mulai dari situ saya berbagai dengan kakak saya dan berlanjut dengan teman-teman saya hingga kini ke pada siapa saja ke setiap yang meminta bagiannya. Lucu juga mengingat orang tua mengajarkan sesuatu kata baru yaitu ‘Malaikat’ melalui keseharian saya, dipikir apa hubungannya Malaikat dengan berbagi ? tapi saya bisa menyakini malaikat ya sebab dari keseharian tersebut, lucu. Ada pula Malaikat Mikail yang bertugas untuk membagi rezeki kesemua mahluk yang hidup di alam raya ini dan juga bertugas untuk mengatur perputaran matahari, bulan termasuk bintang. Kayak polisi lalu lintas yah walau ga suka nilang juga, malah kalau ketemu bisa di kasih rizki hehe. Entah itu manusia yang jahat sekalipun Malaikat Mikail tetap memberi rizki-Nya karena memang malaikat tidak memiliki kecerdasan perasaan dan kecerdasan akal malaikat hanya memiliki kecerdasan patuh terhadap maha mengetahui. Jadi biarlah tak perlu kita melabeli orang lain itu jahat atau kafir sebelum kita melihat diri sendiri dahulu. Lanjut, Malaikat Isrofil adalah malaikat yang akan meniupkan sangkakala pada hari akhir atau hari kiamat atau hari kebangkitan, kebangkitan kita dari alam kubur yang lalau dikumpulkan pada padang mahsyar, dulu waktu ngaji suka di ceritain waktu pada  hari kebangkitan itu kita semua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun atau tanpa memakai pakaian dan sepertinya kita sudah tidak memikirkan kanan kiri dan depan belakang, yang lain mau telanjang bulat atau ga pakai baju kita sudah diputus rasa nafsu dan birahi kita, yang ada adalah menunggu proses penghisaban setelah kita di kumpulkan di padang mahsyar, lucu juga sih kalau kita mikir pakai logika manusia soal hari akhir karena akal kita tak di program untuk memikirkan hal-hal yang memang adalah sekenario Tuhan jadi biar lah hati ini beriman dengan apa adanya, manusia penuh dengan kebimbangan sebab kepastian hanya milik-Nya. Nah ini Malaikat izroil yaitu malaikat yang bertugas mencabut nyawa, ya nyawa siapa pun sekali pun itu nyawa dari Nabi yang di ceritakan dengan agak sedikit di bumbui oleh logika manusia agar lebih masuk ke manusia, ceritanya ketika Nabi Muhammad SAW mencapai pada sakratul maut malaikta izroil segan untuk mencabut nyawa Nabi, sehingga hanya memerintahkan asistennya untuk perlahan mencabutnya namun pada akhirnya malaikat mengakhiri  keseganan itu karena ia memang harus patuh terhadap perintah-Nya, mungkin seperti itu yang saya ingat dari pelajaran agama waktu kecil soal kemalaikatan, guru ngaji suka membumbui dan membuat ilustrasi keadaan dari tafsir dan hadist ke sebentuk cerita yang berlogika agar kami anak-anak yang polos dan sukanya bermain layang-layang di sawah cukup bisa menerimanya, tak mengapa karena semua itu tentang sebuah cara kreative dari sang guru ngaji, semoga ilmu mu menjadi amal jariyah. Malaikat Mungkar adalah malaikat yang bertugas untuk mennyakan atau menguji dan pemeriksa amal juga menguji keyakinan kita di alam kubur setelah tujuh langkah para pelayat melangkah pergi sehabis mengburkan kita kelak, ceritanya mungkin kalau sekarang sering di umpamakan dengan rasa humor yang bertujuan untuk mengalihkan kita terhadap kesombongan kita terhadap kematian itu sendiri, sebab kita terlalu sombong untuk bisa memahami apakah kita sudah cukup bekal dan amal untuk kelak kita mendapat ujian pertama setelah mencium liang lahat yang dingin senyap itu ? mungkin banyak yang sombong dan juga banyak yang telah berfikir tetapi jarang untuk yang merenungkannya, beberapa pertanyaan yang saya ingat seperti ‘siapa Tuhan mu ?’ kita jawab Tuhan saya Tuhan Allah, ‘siapa Nabi mu ?’ kita jawab Nabi saya Nabi Muhammad SAW, ‘Apa Agama mu ?’ Agama saya Agama Islam, ‘Apa Kitab mu’, kitab saya kitab Al-Quran dan siapakah diri mu ? tentu Muslimin. Oh iya yang juga bertugas menanyai di alam kubur ialah malaikat Nakir yang mungkin sebagai juru tulis dan sebagai pencambuk jika kita menjawab pertanyaan itu salah (berbicara dengan logika). Kemudian malaikat yang hobinya mencatat kebaikan adalah Malaikat Roqib yang kata pak guru ngaji dulu berada di setiap pundak manusia sebelah kanan, kanan karena identic dengan kebaikan (berbiacara dengan logika) lalu kemabran dari Malaikat Roqib adalah Malaikat Atid yang berugas mencatat amal buruk dari setiap manusia dan malaikat ini bertengger di bahu kiri manusia kata guru ngaji dulu seperti itu (berbicara dengan logika), lucu juga karena kalau dengan logika kita berfikri bahwa Malaikat Roqib dan Atid akan memasang 'action cam' di pundak kanan-kiri manusia biar bisa nyatet amal baik dan buruk dari manusia hehe lucu yah logika manusia. Nah ini dia malaikat yang ganteng yatu Malaikat Ridwan yang bertugas menjaga pintu surga atau kuncennya surga kalau orang Jawa memberi gelar seseorang penjaga gunung, apakah surga itu perlu di jaga ? mungkin perlu karena neraka sebelahan sama surga. Kenapa bisa ganteng Malaikat Ridwan tersebut ? sebab teman saya yang bernama Ridwan anak kuliahan di kota kenamaan menjuluki dirinya Ridwan ganteng kok bisa karena memang ibunya suka memanggilnya ganteng dan mengukuhkanyan ganteng dengan sebuah piala Oscar hehe, ngarang juga yah. Dan terkahir adalah Malaikat Malik yang bertugas sebagai kuncennya neraka satu perusahaan sama si Malaikat Ridwan tuh, nah karena seringnya saya mendengar kata Malik yang di sebabkan nama bapak teman saya yang bernama Malik tersebut, karena dulu trennya kalau mau manggil teman itu dengan nama orang tua apa lagi kalau namanya unik bisa setiap ketemu pasti di ledekin dengan nama bapaknya tuh anak, kasihan juga sih tapi yah namanya juga anak-anak nakal maungkin perlu pendidikan orang tua yang lebih baik lagi, ah jadi ngelantur gitu.

Malaikat memiliki perasaan, Jika malaikat memiliki perasaan dan manusia memiliki empat dimensi.
Syarat memiliki perasaan adalah diciptakan oleh-Nya raga yang terbuat dari tanah untuk menyisipkan perasaan dalam ruh, setelah itu sisipkan akal.
Atau ada yang pura-pura jadi manusia ? Pura-pura memiliki perasaan namun faktanya selalu patuh dengan nafsu ! Ia sadar menggenggam perasaan namun ia sembunyikan di bawah bantal agar hidupnya rural.


Jumat, 24 Juni 2016

Shalat Jumatnya tukang becak

Tukang becak yang tak ikut shalat Jumat. Dari kecil hingga sekarang saya kalau di rumah pasti shalat jumat di sebuah masjid di daerah kampung saya yang agak masuk sedikit, masuk gang dari jalan utama atau jalan raya, nah di pinggir jalan raya ada sekitar empat atau tiga becak yang parkir dengan di dalam becaknya tidur-tiduran bapak tukang becak saat peristiwa rutin shalat jumat saya dan bapak saya bersama jamaah lainnya di masjid tersebut. Dari situ saya tertarik untuk berfikir dan merenungkan bahwa kaya miskin itu tidak selalu berkorelasi dengan apa yang kita Imani tetapi dengan apa yang kita lakukan setelah kita iman pada Tuhan kita. Apakah Tuhan kita menjamin kita bisa kaya setelah kita beriman kepada-Nya ? tentu itu adalah Tuhan yang ada dalam logika, Tuhan tidak perlu iman kita Tuhan tidak  perlu kita untuk menyembahnya, karena Tuhan bukan seorang manusia yang gandrung akan popularitas dan ketenaran (duniawi). Manusia beriman atau tidak Tuhan masih tetap ada dan juga tiada dalam kehidupan manusia.
Sedang tidak sempat riset dan hunting foto untuk ilustrasi
Tukang becak tidur saat shalat jumat padahal masjid hanya berjarak sekitar 20 meter, lalu tukang becak lebih memilih ngetem di becaknya dari pada masuk ke masjid. Karena pada dasarnya keimanan itu di hati dan amalan itu perilaku bukan tutur berlalu. Sebab sulit sekali untuk ber-amal karena beriman itu sangatlah intim dan amal itu bukti di dunia ini karena dunia ini memiliki dimensi visual atau fisik, memiliki kanal social dan masyarakat yang di sebabkan adanya raga dan benda. Jika ruh ini telah beriman maka fisik ini perlu beramal sebagai pembuktian, sebagai syarat formal adanya kehidupan duniawi.
Shalat jumat pun selesai dengan rasa kantuk yang amat maka saya membonceng motor bersama bapak saya menuju rumah lalu di rumah saya tak ngantuk lagi karena saya mencoba menulis dan memenuhi beberapa hawa nafsu yang masih normal yaitu keinginan menullis dan berimaji hanya dengan tembok dalam diri ini, tembok yang menghalangi terik matahari menyengat raga ini.

Tak perlu bertanya soal penulis yang masih selalu lemah dalam ber-amal karena konteks tulisan ini bukan untuk membahas baik buruk amal seseorang namun membahas apa yang terjadi dalam shalat jumat antara saya dan bapak saya juga jamaah lainnya di masjid tersebut.