Kamis, 02 Juni 2016

Colonel kretek dan jenderal putihan

save ilustrasi untuk ikut berkampanye
Di sebuah kuil di lembah terpencil jenderal putihan menyuruh ajudannya untuk memanggil colonel kretek agar segera mendarat ke lembah untuk menemuinya di kuil tersebut, karena ada sesuatu yang ingin di obrolkan terkait hari penting kemarin dan besok-besok yang akan datang, seminggu setelahnya colonel kretek hadir dengan tergesa-gesa sebab ia berlarian dan menunggang segala macam kendaraan dengan menyamar menjadi seekor nyamuk dan menyamar sebagai dirinya sendiri. Jenderal putihan bertanya apakah tidak ada kendaran tercepat dalam pasukan tempur mu itu ? colonel kretek asal menjawab, yah namanya atasan kan biar keren saya pakai saja nih kedua kaki, itung-itung lari marathon bro jendral. Jenderal menanggapi, lu sih sok-sokan ngebelain bawahan lu yang pada korup. Colonel menjawab, lah situ juga yang njrumusin tuh bawahan pada korup bro. jenderal, eh iya yah.

Lalu obrolan pun di mulai :

Jenderal putihan : sampai kapan kamu mau mempertahankan dalih menyelamatkan pasukan kretek mu yang mulai absurd masa depannya ?

Colonel kretek : ya lu sih ga ngasih gue kesempatan buat perluasan lahan dan pasar !

Jenderal putihan : ini nih, kan lu gue suruh masuk jajaran jenderal malah mangkir pas dilantik ya gue ga kasih jatah di sini, jadi susah kan sekarang. . . 

Colonel kretek : bukannya gue gak mau tapi kalau ga ada yang pura-pura cinta ma kretek siapa yang menutupi industry lu yang mulai kolapse juga, apa tuh sebutannya ? gue lupa. . .
Jenderal putihan : sunset industry ???

Colonel kretek : nah iya itu maksud gue, ini gue rela susah-susah nimbrung ma pasukan kretek biar keren aja masih ada yang dukung nih pada.

Jenderal putihan : iya gue tahu maksud lu, lu minta gue bagi-bagi hasil kan ? gampang itu lah tapi ni industry kan juga udah senja kondisinya, yang gue pikir bikin apa lagi yah setelah semua ini rampungan ?

Colonel kretek : ah elu gitu aja bingung, ni tempat kan katanya kaya dan luas tinggal pilih aja apa yang cocok beres kan ?

Jenderal putihan : kongkritnya dong ?

Colonel kretek : yah apa yah belum kepikiran apa sih kongkritnya, pokoknya gampang deh selama tuh pasukan-pasukan bisa kita bohongin dan kita adu domba itu jurus ampuh bikin bisnis baru di tempat ni.

Jenderal putihan : okeh lah itu bisa diatur, sekarang kita sesap dulu nih sebungkus buat lu dari pabrik gue.
Colonel kretek : okeh gue juga bawa satu pack nih dari rumah gue, mari ibadah sesap di mulai.

Jenderal putihan : okeh syipp. . .

Itulah percakapan absurd dua mahluk alien atau entah mahluk apa saya kurang bisa menceritakan lewat kata-kata haha. Kenapa pula saya mulai tulisan ini dengan percakapan itu ? pengin aja sih sekali-kali bikin dialog absurd biar agak beda sedikit, sedikit gendut ga masalah lah yah haha.
Kemarin-kemarin ada sebuah forum diskusi soal rokok lewat media social yang pada kesimpulannya ada dua kubu yang mendukung masing-masing kubu, ya iya lah. Nah kubu itu adalah  yang pertama menolak segala jenis industry rokok entah itu yang kapitalis atau rumahan dan yang satunya masih mentolerir industry rook rumahan dengan dalih bahwa itu kearifan local. Cukup menarik memiliki dua pola pikir yang bersebrangan dalam satu pikiran nih, jadi kaya punya dua kepribadian gitu, saya mencoba meresapinya yang salah itu rokoknya atau orangnya sih ? kalau kata simbah sih cinta itu ga mendatangkan kebahagiaan tetapi kebahagiaan yang mendatangkan cinta nah berarti orangnya yang bikin industry rokok itu sudah keterlaluan dalam memperkaya dirinya dengan menyisihkan tembakau local dan mengantinya dengan tembakau impor dari brazil dan chinah. Lalu lemahnya regulasi dalam peraturan pendistribusian rokok, masa warung deket sekolah dengan bebasnya menjual rokok ke anak-anak sekolah, lah ini uang punya orang tua malah dijajanin buat beli rokok, edan. Guru-guru jadi panutan juga rokok seenak wudel di lingkungan sekolah lah ya muridnya juga ngerokok di luar sekolah juga akhirnya. Boleh lah yang mendukung rokok kretek sebagai warisan budaya local dan juga sebagai symbol perlawanan terhadap kolonialisme dahulu itu, namun sangat disayangkan jika ini membuat candu dan anak-anak terampas kesehatannya karena gandrung terhadap tembakau, ini yang saya kritik. Silahkan melakukan penelitian tentang tembakau, meneliti soal khasiat tembakau tapi jangan sampai ini di jadikan dalih bahwa merokok itu adalah hal yang tidak mengancam masa depan anak-anak bangsa karena terkena candunya sehingga mereka tidak lagi termotivasi untuk serius belajar atau sekadar untuk masuk kelas mereka jadi sungkan. Jika memang masih ingin melegalkan rokok ya mbok di perketat tuh peraturan, udah jelas rokok itu berlabel 18+ tapi bocah balita udah pada ngisep rokok apa itu mewariskan budaya perlawanan terhadap kolonialisme ? malah kita yang sedang di jajah secara mental gaes. Ayolah lihat lagi dengan jernih. Sudah cukup simbah saya yang kena penyakit komplikasi karena rokok entah itu putihan dan kretek sami mawon bikin orang bengek juga bikin paru-paru busuk, sharusnya saya masih bisa bercakap-cakap dengan simbah tetapi karena candu rokok yah mau gimana lagi penyakit komplikasi ngeroyok dan wasalam. Dulu saya juga mencoba untuk merokok selama tiga bulan lebih, semua rokok saya coba mulai dari rokok putihan, lintingan dan customan juga pernah tapi rasanya hampa-hampa aja tuh, tiga bulan lebih loh dan setiap dua hari sekali saya beli sebungkus kadang habis langsung kadang saya kasih ke temen, duit ludes jadi asep doang. Mau jajan bakpau ga bisa deh. Hah yah begitulah hidup kadang ada pro ada kontra tapi bagaimana kita menanggapinya itu lah kebijaksanaan kita. Kita tidak bisa mengubah seseorang menjadi seperti yang kita inginkan namun kita bisa mengubah orang menjadi dirinya yang sesungguhnya, itu sih hakikat pendidikan.


silahkan save ilustrasi untuk ikut berkampanye

silahkan save ilustrasi untuk ikut berkampanye

silahkan save ilustrasi untuk ikut berkampanye


Terimakasih yang telah mendukung saya dan yang tidak juga karena tanpa kalian saya hanya butiran upil hehe. . . yuk berkampanye lewat sosmed soal rokok dan industrinya. . .caw. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar