Kamis, 02 Juni 2016

Postcolonial, antara adanya timur dan barat. (Part II)


Sejarah Teori Postkolonial, yuk kita mulai dari sejarahnya.

Lahir di Barat (Amerika), terutama semenjak terbitnya buku Orientalism pada tahun 1979 oleh Edward W. Said, yang kemudian disusul dengan sejumlah buku lainnya. Ia keturunan Palestina yang dilahirkan pada 1 November 1935 dan meninggal dunia di New York, pada tanggal 25 September 2003, dalam usia 67 tahun. Ia profesor dalam bidang English and Comparative Literature di Columbia University, Amerika Serikat.

Edward W. Said
Selain Edward W. Said, juga ada dua tokoh lainnya, yakni: Homi K. Bhabha dan Gayatri C. Spivak (dari India), yang ketiganya disebut sebagai ‘The Holy Trinity of Colonial Discourse Analysis’.

Homi K. Bhabha

Lahir 1949, Mumbai, India. Mengajar di Harvard University (Amerika Serikat). Karya utamanya, The Location of Culture.

Gayatri Chakravorty Spivak

Lahir di Calcuta India, 1942. Mengajar di Columbia University Amerika Serikat. Karyanya yang terkenal: “Can the Subaltern Speak?".

Substansi teori postkolonial adalah merupakan strategi teoretis dan kritis yang digunakan untuk meneliti pelbagai kebudayaan yang ada di bekas koloni negara-negara jajahan Barat, yang didasarkan pada fakta historis kolonialisme dan aneka dampak negatif yang ditimbulkannya, misalnya dalam wujud eksploitasi, marginalisasi, dan rasialisasi, beserta kemungkinan politik strategis jalan keluarnya. Jadi postcolonial itu mengurusi soal dampaknya dari penjajahan terutama dampak negative kaya eksploitasi, marginalisasi dan rasialisasi. Dan kadang kalau yang baik itu di carikan pemecahan masalahnya atau solusinya gitu sih.
Lalu ada orientalisme apa itu, mahkluk apa lagi itu alien kah ? jandi gini, orientalisme adalah faham yang dikembangkan oleh pemikiran Barat, yang berisi tentang segala gagasan terkait dengan pembagian dunia menjadi dua wilayah besar, yakni Timur dan Barat, di mana Timur cenderung dimaknai lebih rendah dibanding Barat. Paham atau idelisme barat yang berisi politik geografis antara barat dan timur, dan jelas barat lebih baik di banding timur, yah namanya juga politik untuk menjajah. Siapa Pelaku Orientalisme ? Melibatkan semua stake holder utama dalam peradaban barat, misalnya filsuf atau ilmuwan di semua bidang, politikus, penyair, dan lain sebagainya. Mantan kamu juga bisa jadi agen spionasenya pelaku orientalisme lohh hehe.
Di tangan para orientalis inilah, Timur menjadi sebentuk panggung yang didirikan di hadapan Barat. Di sinilah repertoar Barat dikukuhkan, dengan serangkaian oposisi binernya, yakni Barat adalah maju, pintar hebat, dan superior, sedangkan Timur adalah sebaliknya: dianggap terbelakang, bodoh, inferior, dan bahkan amat menjijikkan. Piye kalau kita di gituin bro ? Oleh karena itu label tentang  ‘Timur’ yang cenderung negatif itu, bukanlah suatu kenyataan yang asli dan alami. ‘Timur’ tidak ada begitu saja, seperti halnya ‘Barat’. ‘Timur’ adalah diciptakan oleh Barat.
Sebenarnya tujuan orientalisme itu apa sih ? Melestarikan politik penguasaan dan penjajahan oleh Barat terhadap Timur, baik terkait dengan kekayaan alam, kebudayaan, bahkan sampai pada kemanusiaannya. Melanjutkan cita-cita kolonisasi dengan  jargon: glory, gold, gospel (kejayaan, kekayaan, keagamaan).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar