Betapa indahnya hidup, sayangku; bagaikan hati penyair, yang
diisi dengan cahaya dan kelembutan hati. Dan betapa kejamnya hidup, cintaku,
seperti hati criminal, berdentam-dentam dengan kejahatan dan ketakutan.
Esok hari yang riuh di jalanan kota, banyak orang sibuk
lalu-lalang dan kendaran motor-mobil tak habis datang silih berganti. Hari minggu
adalah hari semua orang bersuka ria, namun ada yang bergeming dengan tatan
hari, tidur dibawah bengunan menara tak bertuan. Ia tidur mengasingkan diri
dari ramai atau ia tertidur karena terlalu sering di abaikan oleh khalayak publik
? entahlah mungkin aku saja yang sedang bersedih dan menahan rindu kampung yang
asri hijau dan segar. Seorang laki-laki kumal dan lusuh terlelap di tengah
megahnya kota budaya dan seni, ia tak peduli apakah ia telah mandi dan
berpakaian layaknya orang-orang kini, pakaian yang bermerek dan sepatu bagus
terkenal nan mahal, ataukah hanya sekadar kaos baru dengan tulisan simple
berbrandid, ia tak sampai hati berfikiran dan memikirkan hal itu, ia adalah
orang yang terdampar di keramaian kota yang sejatinya terlalu ramai untuk paham
apa itu dunia ini, apa itu kaos bermerek dan hal-hal spele seperti itu lainnya.
Aku pun mulai merenung dan sedikit berpikir untuk lalu banyak memahami bahwa
manusia ini tak pernah tahu apakah yang telah diperbuat dan yang belum mereka
perbuat nanti akan sanggup memberikan kebaikan ? namun lelaki lusuh itu tahu
bahwa tak ada yang namanya janji hidup untuk orang-orang yang hanya
mementingkan hal-hal duniawi semata, ia paham terasing dari dunai tapi ia tak
kecewa ia hanya sedang sibuk dengan jiwanya yang terlalu ramai dan penuh sesak.
Pagi itu aku pun pergi meninggalkan nya yang tertidur pulas karena sejatinya ia
pun sedang meinggalkan dunia ini sejenak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar