Senin, 02 Maret 2015

Lelaki Yang Terasingkan

Betapa indahnya hidup, sayangku; bagaikan hati penyair, yang diisi dengan cahaya dan kelembutan hati. Dan betapa kejamnya hidup, cintaku, seperti hati criminal, berdentam-dentam dengan kejahatan dan ketakutan.






Esok hari yang riuh di jalanan kota, banyak orang sibuk lalu-lalang dan kendaran motor-mobil tak habis datang silih berganti. Hari minggu adalah hari semua orang bersuka ria, namun ada yang bergeming dengan tatan hari, tidur dibawah bengunan menara tak bertuan. Ia tidur mengasingkan diri dari ramai atau ia tertidur karena terlalu sering di abaikan oleh khalayak publik ? entahlah mungkin aku saja yang sedang bersedih dan menahan rindu kampung yang asri hijau dan segar. Seorang laki-laki kumal dan lusuh terlelap di tengah megahnya kota budaya dan seni, ia tak peduli apakah ia telah mandi dan berpakaian layaknya orang-orang kini, pakaian yang bermerek dan sepatu bagus terkenal nan mahal, ataukah hanya sekadar kaos baru dengan tulisan simple berbrandid, ia tak sampai hati berfikiran dan memikirkan hal itu, ia adalah orang yang terdampar di keramaian kota yang sejatinya terlalu ramai untuk paham apa itu dunia ini, apa itu kaos bermerek dan hal-hal spele seperti itu lainnya. Aku pun mulai merenung dan sedikit berpikir untuk lalu banyak memahami bahwa manusia ini tak pernah tahu apakah yang telah diperbuat dan yang belum mereka perbuat nanti akan sanggup memberikan kebaikan ? namun lelaki lusuh itu tahu bahwa tak ada yang namanya janji hidup untuk orang-orang yang hanya mementingkan hal-hal duniawi semata, ia paham terasing dari dunai tapi ia tak kecewa ia hanya sedang sibuk dengan jiwanya yang terlalu ramai dan penuh sesak. Pagi itu aku pun pergi meninggalkan nya yang tertidur pulas karena sejatinya ia pun sedang meinggalkan dunia ini sejenak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar