Senin, 06 April 2015

Pijakan yang lemah



Dalam karya saya tahun 2013 yang berjudul “Pijakan yang lemah” ini di buat menggunakan teknik cetak negative dan menggunakan media resin sebagai duplikasi benda-benda yang saya ingin satukan. Cetakan sepatu dan daun sawi ini menggunakan silicon atau lem kaca yang di oleskan langsung pada benda yang ingin di cetak tentunya. Saya menampilkan dua karakter yang sebenarnya berbeda jauh dan tak ada hubungannya sama sekali, yaitu sepatu untuk lari dan daun sawi. Dari ketidak nyambungan tersebut jadilah bentuk patung ini, dari sepatu untuk lari yang saya buat sedikit pleat-pleot  tidak mengikuti bentuk aslinya dan daun sawinya pun hanya se helai saja. Di finishing dengan warna emas akrilik, biru dan putih akrilik, ada rongga di dalam sepatu yang sengaja saya suguhkan agar terkesan hasil cetakan sepatu tipis dan ringan.

Dalam karya ini terdapat perpaduan garis horizontal dan vertical, horizontal pada bentuk sepatu yang lebih banyak terlihat garis horizontal dan pada daun yang lebih banyak garis vertical.
Terdapat tiga warna yang di dominasi warna emas dan warna biru dan putih sebagai pembeda dan aksen simple.
Memang tekstur dari sepatu dan daun cukup baik tercetak dan jika di raba akan berbeda dengan sepatu yang asli karena media resin yang lumayan keras dibanding bahan sepatu pada umumnya.
Ruang, saya melihat ruang jelas terwujud dari bentuk sepatu itu sendiri, mungkin karena kita sering melihat sepatu sejak kita kecil dan terdapat rongga sepatu yang menjelaskan ruang kosong itu sendiri.
Bidang, terlihat dari pembagian warna emas, biru dan putih jika saya hanya melihat perbagian warna saja maka akan terlihat sebuah bidang tersendiri saja.
Value timbul saat ada pantulan cahaya menyentuh patung, dan ini diperkuat dengan bentuk asimetris dari patung atau dari bentuk yang pleat-pleot sehingga untuk gelap terangnya bisa sedikit kita lihat.

      Sepatu dan daun sawi dengan judul “Pijakan yang lemah”, kadang kita berpijak pada sesuatu yang lemah dan kita memang selalu berpijak pada sesuatu yang lemah tetapi apakah kita tak mau memilih untuk tetap kuat di atas pijakan yang lemah itu ? Itu pilihan kita masing-masing, setiap orang punya dan mampu memilih, memilih bertahan atau menyerah.
      Saya ulangi lagi, sepatu dan daun sawi, sebenarnya saya hanya merespon lingkungan sekitar saja, lingkungan yang berhubungan dengan anak muda dengan fashion dan tetangga saya dengan pertanianya.
      Anak muda dengan dunia fashionnya, sangat mengelora mereka anak muda, iya walau saya juga masih muda tapi apa salahnya berpikir seperti para orang tua ? Mereka bangga akan gengsi akan semua pernak pernik kemeriahan dunianya dengan brand yang mereka junjung tinggi padahal hanya sekadar sepatu yang fungsinya sama dan jika memang tidak melihat hanya dari sudut fungsi sepatu itu bisa jadi simbol tingkat ekonomi mungkin saat ini jika mereka menggunkan merek dan barand sepatu yang di pakai oleh artis dan orang-orang barat maka mereka otomatis aka jadi seperti artis dan orang barat ? Tentu saja kita tetap orang jawa atau orang indonesia yang lebih nyaman kemana-mana memakai sendal jepit. Lucu memang tapi itu respon saya terhadap anak muda sekarang ini.
      Untuk tetangga saya dan dunia pertaniannya, mereka tak sempat dan tak mungkin lagi memikirkan hal-hal macam sepatu ber-merek dan branded tentunya, untuk makan saja sudah bersyukur untuk biaya pendidikan pun susah untuk apa membeli gengsi pada sebuah sepatu ? Jika di tanya kenapa tidak pernah memakai dan membeli sepatu ? Jawabnya nanti siapa yang akan memberi makan dan membiayai anak saya dan saya !. Mungkin saya tidak bisa menjelaskan terlalu detail bagaimana menjadi petani kini karena saya tak pernah punya memiliki lahan pertanian, tetapi dengan melihat dan mengamati saya bisa sedikit tahu tentang itu.


      Dari karya saya sendiri bisa di tarik kesimpulan sedikit bahwa masih banyak ketimpangan yang menyatu dengan kenyamanan dan kemewahan dan itu di anggap hal biasa, namun seharusnya kita sadar kita perlu berbagi agar merasa kita memiliki. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar