Ceritanya berawal dari kepeduliannya pada anak jalanan dan
lingkungan kota yang acuh, lalu ketika berkesempatan memilih, ia lalu memilih
mengikuti praktik lapangannya di sekolah luar biasa, entah mengapa ia berjumpa
lagi dengan wajah yang diakrabinya saat berkonvoi mengitari jalanan kota untuk
sekadar mengobrol bersama para tunawisma atau gelandangan, mungkin takdir atau
arus kehidupan yang membawanya. Iya anak kecil yang ternyata memiliki keterbatasan
atau disebut ‘down syindrome’, jelasnya saya tak paham bagaimana kronologinya
hingga pada titik jenuhnya ia mengangkat tema tersebut menjadi objek
penelitiannya dalam kajian keilmuan guna memenuhi kelulusan strata satu di
sebuah kampus, down syindrome yang notabene adalah hal baru Karena basic
keilmuannya adalah pendidikan dan seni, untuk psikologi tak terlalu banyak
menyinggung soal down syindrome. Tetapi selalu ada pelajaran terhadap yang
sudah dipilih maka hingga titik darah penghabisan pun ia sanggupi dan kerjakan
hingga lulus atau di luluskan. Semenjak itu kurang lebih banyak perbincangan
diantara kami menyinggung soal pendidikan anak dan khususnya yang berlatarkan
hal-hal yang tak sekadar pelajaran hafalan tetapi pemahaman lebih lanjut yaitu
analisis.
Dari semua itu mungkin ada sedikit penggambaran dari
peristiwa berprosesnya untuk mencapai suatu titik tertentu yang ia tuju, lebih
tepatnya saya mencuri sebuah sketsa dan saya modifikasi ke bentuk digital dan
diakhiri dengan sentuhan warna-warni tak keruan. Mungkin bisa buat cover buku
atau sekadar kenang-kenangan kelulusan yang di luluskan buatnya dari saya atau
apapun itu bahwa berrproses itu telah menyipratkan secercah ide yang kemudian
mewujud menjadi sebuah gambar berwarna yang mirip ilustrasi dari kata ‘bone-man’
dan ‘juxta-potition’ jika tidak salah seperti itu pendapat saya.