Catatan kecil, yah dari situlah tulisan-tulisan besar akan tumbuh dan berkembang (cerpen, novel & roman). Jadilah penulis yang memulai dari catatan kecil, dimulai dari kehidupan sehari-hari kita dan yang paling sering kita lakukan (ahli dalam suatu bidang).
Senin, 27 Februari 2017
Jual Note Book - Canvas cokelat - Akuarium Puisi | Tokopedia
Jual Note Book - Canvas cokelat - Akuarium Puisi | Tokopedia: Jual Note Book - Canvas cokelat, Note Books dengan harga Rp 30.000 dari toko online Akuarium Puisi, Depok. Cari produk buku catatan lainnya di Tokopedia. Jual beli online aman dan nyaman hanya di Tokopedia.
Jumat, 10 Februari 2017
Demi lawuh dalam Resident Evil
Suatu sore saya dan televisi sedang berdialog mebincangkan
sebuah film yang booming pada tahun 2002an hingga sekarang pun masih ada
lanjutan ceritnya hingga film ke 6 totalnya (masih bisa nambah lagi) dan ceritanya
masih nggantung gitu, akhir filmnya ga terlalu bisa kita simpulkan seketika,
harus di imajinasikan dan dibayangkan banyak-banyak. Film itu berjudul Resident
Evil mulai dari seri pertama hingga terakhir saya paksakan menontonnya sebab di
film pertama saya penasaran karena di satu scene yang menjelaskan bahwa orang
yang mati dan terkena T-Virus akan hidup lagi namun hanya memiliki sedikit
kecerdasan dan sumber utama meraka bisa bergentayangan adalah dari dasar
kebutuhan “makhluk hidup” yaitu membutuhkan makan, nafsu makan tepatnya. Sebab tanpa
ada nafsu makan selezat apapun rasanya tak akan mau kita memakannya. Setelah
berdiskusi dalam dialog saya dengan televisi yang terus diganggu oleh iklan
komersil, kesel juga yah. Pada akhirnya saya menyudahi dialog ini dan lekas
tidur di kamar karena sudah malam dan lebih baik tunggu moment yang tepat untuk
meneruskan menonton film dan mebahas soal makanan pada film Resident Evil itu.
Jumat, 27 Januari 2017
Menulislah dalam kata-kata dan bermimpilah dalam imaji
Suatu sore saya beranjak dari kamar kost yang nyaman dan
layak huni, kost-kostan yang di diami oleh orang-orang yang berbakat melawak
dan tertawa, tertawa hanya dengan celetukan khas anak muda yang sedang merintis
kepercayaan diri, percaya diri bahwa dunia ini tak sekejam dan sekaras yang di
dongengkan para tetua. Setelah memberikan senyum dan salam bahwa saya akan
pergi sebentar menemui teman-teman yang memintai bantuan untuk sekadar jadi
pendengar yang bijak, mendengarkan keluh dan kesah soal kuliahnya, soal
tugas-tugasnya dan soal kehidupan keluarganya atau kisah cintanya dengan
seorang teman yang lugu. Sore itu saya merenung setelah mendengar banyak kisah
yang di ceritakan tanpa paksaan mengallir begitu saja, tanpa ada tekanan,
melaju dengan kepercayaan sebagai teman. Bahwa saya bukan lah siap-siapa di
antara mereka, saya hanya bagian kecil dari takdir mereka, bertemu hanya dalam
hitungan menit atau jam saja, bertemu untuk mengetahui rahasia kehidupan bahwa
saya hanyalah potongan kecil yang saharusnya menjadi pemeran utama dalam kisah
hidup saya sendiri, bukan menjadi dewa penolong mereka karena saya bukan
siapa-siapa di kehidupan mereka, saya hanyalah figuran yang numpang lewat di
episode kehidupan mereka.
Saya sering berfikir untuk menolong teman-teman saya setelah
mendengar kisah-kisah mereka, namun kesadaran ini menegaskan bahwa saya hanya
manusia biasa bukan dewa penolong yang mengurus diri sendiri pun tak terlalu
becus, berani-beraninya menolong orang lain ? namun melihat semangat mereka
untuk terus berani hidup dengan tawa dan senyuman walau dalam diri mereka
mengalami banyak kisah yang pahit, mulai dari kisah cinta yang suram, urusan
ekonomi yang klasik dan soal hidup yang kadang membuat seakan-akan tidak
berpihak pada teman saya. Lalu pada malam harinya saya memikirkan sebuah ide
yang terngiang di dalam kepala saya, bahwa dukungan moril saja belumlah cukup
untuk membantu teman-teman saya, sesuatu hal momentum harus terjadi dalam
bentuk apapun itu maka saya memutuskan berimaji dan berdialog dengan diri
sendiri bahwa potensi yang dimiliki teman-teman seharusnya bisa menolong mereka
sendiri. Ide yang muncul dari potensi mereka adalah soal kopi dan café/ warkop,
namun setalah berimaji soal keberadaan café tersebut saya kembali lagi pada
diri sendiri bahwa saya ini bukan siapa-siapa, uang kuliah dan biaya hidup di
rantau pun masih di sokong oleh orang tua, bagaimana saya bisa membangun sebuah
café/ warkop untuk menjadikan solusi bersama soal kendala yang dihadapi
teman-teman saya khususnya soal ekonomi yang tertuju untuk perkuliahan mereka ?
investor hmm memang terkesan kapitalistik mendengar kata itu namun itu sekadar
istilah untuk menengahi masalah warkop yang tak bisa berdiri tanpa ada dana
segar dari dermawan atau seorang investor yang berhati baik dan berfikiran
menolong anak-anak muda kurang biaya kuliah namun bersedia menjadi seorang yang
tidak mengemis secara resmi atau tidak resmi.
Lalu fase berandai pun muncul begitu saja, seandainya saya
anak orang kaya atau konglomerat saya ingin membagi-bagikan uang tabungan dari
orang tua untuk menolong teman-teman saya yang kesusahan dalam sektor
ekonominya atau membangun café dan mengajak teman-teman saya untuk menjadikan
café tersebut sebuah penghasil rasa yang nyata dan juga penghasil uang bagi
keberlanjutan kisah hidup teman-teman saya. Namun rasa-rasanya itu tidaklah
mungkin sebab saya bukan anak orang kaya atau konglomerat itu, jika pun saya
anak orang kaya apakah saya masih peduli untuk sekadar menjadi pendengar keluh
kesah mereka, apakah saya masih rela untuk berteman dengan mereka ? mungkin
saja saya terlalu gengsi berdekatan dan mengakrabi masalah mereka.
Saya hanya bisa menuliskan sebuah kata-kata dan hanya bisa
memimpikan sebuah imaji dan diselipi doa-doa kepada teman-teman saya. Karena
saya bukan lah seorang dewa penolong dalam kehidupan mereka, saya hanya manusia
biasa yang menjadi figuran dalam kisah panjang kehidupan mereka.
Semoga tahun depan awal kenyataan dari imaji dan mimpi kita entah nanti situasi dan perasaan ini berubah, tulisan ini merupakan representasi doa-doa dan cita yang diendapkan agar tak terlupakan kelak. Terjadi atau tidak itu bukan urusan kita yang terpenting adalah berani untuk menuliskannya.
Langganan:
Postingan (Atom)