Minggu, 29 Mei 2016

Wisuda bikin macet ajah nih !

Teman sekelas walau tak lengkap juga sih.
Hmm rasanya banyak banget yang up-load foto di media social soal wisuda bahkan sampai dengan quote berenda-renda dan meliuk-liuk, lucu juga melihatnya kadang suka geli-geli sendiri melihat tingkah laku pemuda kini ini. Memang secara materil dan intelektual apalah saya yang hanya warga biasa dan pemuda biasa di negeri maha kaya ini, sebenarnya saya pun tak boleh memprovokatif soal orang-orang yang merelakan wisudanya hanya dengan suka cita dan berfotoria dengan di up-load ke medsos, siapa pula saya menyinggung mereka. Tetapi saya berfikir dan merenungkan hal tersebut sudah lama dan terus mengamati perjalanan dari euphoria para wisudawan ini melalui medsos. Dari sini mungkin perbedaan antara penyindir dan pengkritik itu memang berbeda satu sama lain, sebab menyindir itu karena kita tidak percaya diri lalu kita mencari celah dari diri seseorang atau suatu hal yaitu keburukan atau hal-hal yang menurut kita anggap aib dan apapun itu, sedangkan pengkritik adalah hadir karena mereka merasa gerah dan resah yang memunculkan rasa ingin beropini, berargumentasi soal apakah memang begitu caranya atau memang begitu seharusnya atau tidakah ada yang lebih baik lagi selain itu ? dari rasa resah lalu muncul rasa penasaran yang mewujud menjadi pertanyaan dan opini atau argumentasi kepada objek yang di tuju.
Kembali lagi pada euphoria yang muncul ketika wisuda banyak yang berfotoria, selfie dan sekadar memakai jubah kebesaran yang lucu dan membuat panas seperti dalam ruang sauna untuk beberapa jam saja dalam seumur hidupnya jika memang tidak melanjutkan ke tingkat akademik di atasnya. Bukan kah kita sebagai wisudawan akan terjun langsung ke masyarakat yang kompleksitasnya melebihi yang ada di dunia kampus yang relative adem ayem walaupun ada juga masalah-masalahnya, idealnya sih wisudawan itu merenung dan berfikir apa yang akan kita pilih selanjutnya setelah dunia kampus ini selesai, apakah kembali ke kampung halaman atau lanjut ke tingkat akedemik selanjutnya atau merantau lagi atau belajar ngaji agama, yang jelas pekerjaan bukan cuman yang dikantoran dengan berdasi dan membawa draft, tetapi pekerjaan saat ini seharusnya mencerminkan apa kita, apa  yang telah kita dapat dari alam dan lingkungan sekitar kita ini. Apalah daya fakta membuktikan melalui pengamatan dalam medsos yang notabene adalah cerminan dari dunia nyata dari si pengguna walaupun itu tidak absolute revo haha, kadang itu jadi paradox dalam kepribadian orang sekarang yang cenderung vulgar di internet namun tertutup dalam social masyarakat, tapi ada baiknya jadi kita tahu minimal dia bisa bercanda walau lewat internet haha.
Yah pada intinya ketika saya nanti wisuda dan itu jelas jalanan macet maka wisuda ini membuktikan dari sekian banyak sarjana muda yang memang ingin merubah kemacetan saja terbilang nihil, walau ini moment tetapi apalah arti moment jika bikin cepat-cepat pulang dan nyalain kipas angin di kontrakan, apakah banyak sarjana muda yang sia-sia ? mungkin iya, mungkin tidak, sebab itu pilihan ada di tangan kita masing-masing mau pilih optimis atau pesimis, karena optimis merupakan sodara kembar pesimis, pikirkan saja.
Kasihan juga orang tua yang mengikuti euphoria wisuda, panas-panas di jalanan yang macet dan di gedung serba guna yang kadang pengap dengan ribuan orang datang, lalu apakah kebanggaan itu akan kita peroleh dengan acara ceremonial seperti itu ? Mungkin iya tetapi jika dilihat dari apa yang kita lakukan dan kita dapat, sharusnya kita tidak memberikan porsi terbanyak pada apa yang kita dapatkan tetapi apa yang kita lakukan, itu keniscayaan yang memang sudah takdir dan terimalah, bertakwalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar