|
Ga sengaja liat merbabu dari merapi. |
Flash back ke masa silam, dulu saya dari TK sampai SMA bosan
sudah sekolah di kampung tepatnya di Kecamatan Jatilawang, Banyumas. Bosan
bukan berarti tidak mencintai hanya butuh hiburan, lah kadang sebulan sekali
saya bertamasya ke kota untuk membeli kebutuhan rumah tangga, ya jelas saya
selalu menemani orang tua saya ke kota hanya untuk makan bakso favorite atau
sekadar cuci mata yang juga di selingi belanja makanan yang tidak tersedia di
kampung. Seringnya saya menaiki bus oren bernama ‘keluarga’ yang kalau duduk di
buritan atau bangku paling belakang serasa naik komidi putar tapi muternya ke
atas naik turun gitu lah haha. Kadang juga pernah kecopetan di bus dengan modus
hipnotis dan mainan yang saya beli juga ikut hilang karena berada di dalam tas ibu
saya haha sial sekali. Namun seiring perkembangan zaman dan semakin
bertambahnya usia saya maka intensitas menggunkan bus sebagai moda transportasi
utama mulai berkurang drastis.
Penyebabnya jelas karena saya sudah boleh
menggunakan motor sendiri atau di beri tanggung jawab untuk mengendarai sepeda
motor, tentunya dengan di embannya tanggung jawab itu ada persyaartan formal
seperti adanya SIM di dalam dompet saya. Nah persoalannya untuk memperoleh SIM
tersebut banyak sekali rintanganya mulai dari waktu yang terbatas dan prosedur
birokrasi yang menyulitkan bahkan tidak efktif atau tepat sasaran, jelas itu
fakta yang ada bukan mengada-ada, seperti test drive atau halang rintang yang
lumayan sulit bagi para pemula, mungkin ibarat pemula terus testnya pake level
advance ya mana mungkin lulus, sehingga muncul politik uang, siapa yang berani
membayar sekian uang maka urusan beres dah. Kongkalikong meraja lela dan
membudaya, apakah hanya saat inspeksi saja peraturan ketat tanpa politik uang
berjalan ? mungkin bisa saja. Masalahnya adalah yang tidak tepat sasaran
seperti teman saya yang masih berumur 15 tahun sudah memiliki SIM motor dan SIM
mobil dengan hanya sejumlah uang orang tuanya dan pemalsuan tingkatan umur
minimum yaitu umur 17 tahun. Saya cuman bisa ngangguk-ngangguk ketika bertanya
tentang cara membuat SIM pada teman saya tersebut. Anak dibawah umur
menggunakan mobil atau motor dengan SIM yang berasal dari politik uang apakah
itu gagah ? lucu jadinya jika dipikir-pikir sih, geli-geli gimana gitu
ngebayangin dulu kalau udah punya SIM duluan sebeleum waktunya. Karena saya
baru mempunyai SIM sekitar umur 19 tahun dengan track record beberapa kali kena
tilang karena tidak memiliki SIM dan melanggar lampu merah, oleh karena itu
saya tidak begitu hafal jalan kota saya sendiri di banding dengan kota
perantauan saya saat masuk ke dunia perkuliahan. Maklum saja setiap ke kota
saya harus menunggu dulu di depan rumah untuk menyetop bus keluarga yang
berwarna oren dan menempuh perjalanan satu jam kurang lebih, lalu setelah
memasuki daerah kota biasanya berhenti dan menaiki angkot untuk menuju ke pusat
perbelanjaan dan tempat-tempat makan favorite saya. Saya mendapatkan SIM pun
dengan susah payah dan pada akhirnya harus melalui segenap proses politik uang
tadi, memang saya tidak mau tetapi system memaksakan hingga saya bingung mana
yang baik atau mana yang salah, mana hukum dan mana yang kejahatan ? bimbang
memang tetapi ini sebuah keburukan yang menjadi andil kenapa saya menulis ini
semua. Ada pula teman saya yang hingga umur sekarang tepatnya 22 tahun belum
memiliki SIM sebab iya tidak mau melalui segenap proses politik uang itu, namun
ada juga sepupu saya yang bisa lolos oleh system politik uang tersebut dengan
test drive yang lancar dan cukup satu kali ujian test drive bisa lolos, yah
begitulah soal SIM di dalam kehidupan saya bisa dikatakan saya pengkhianat
kebenaran namun saya juga pembela kebenaran sebab jika tidak memiliki SIM pun
saya melanggar hukum berkendara dan lalu lintas, dengan berkendara tanpa surat
izin jelasnya seperti itu dan mengapa saya tidak hafal jalan kota saya sendiri
karena saya dulu ke kota selalu menggunakan angkot dan bus jadi susah untuk
menghafal jalan dan tidak memiliki SIM untuk berkendara ke kota itu. Mungkin
praktik itu juga sampai sekarang masih berlangsung dan entah sampai kapan itu
akan berlangsung.
Beberapa dokumentasi gak penting dari saya eaaa . . .
|
Pas lagi perjalanan singkat dan jauh ke Pacitan |
|
Pas istirahat di pantai gratis ga bayar, entah sekarang |
|
Pas di pantai yang bayar, Pacitan |
|
Pas mudik dan sendirian terus haha |
|
Pas ke Pekalongan ke rumah teman. |
|
Pas main ke pantai ber empat eaaa |
|
Salah satu moment yang epic, bareng seseorang di sana. eaaa. . . |
Dari beberapa dokument perjalanan saya yang malah di luar kota saya, yang dulu biasa refreshing, dan semua ini karena saya diberi tanggung jawab untuk menggunakan motor sebagai transportasi utama. Namun pesan saya jangan terlalu mencintai benda atau kendaran yang sedang anda kasihi sekarang karena itu hanya benda atau media kita untuk menjelajah kehidupan, Sewaktu-waktu bisa rusak bisa tak berguna lagi dan yang terpenting adalah manusianya yang harus terus berguna jangan sampai rusak begitu saja, eaaaa. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar