|
Pertama kali saya naik merbabu,lampau. |
Aku adalah pemuda yang paling bodoh diantara pemuda-pemudi
yang juga bodoh semua. Selama ini aku meragukan kepribadian diri sendiri karena
teracuni berita-berita buruk dari social media pun televisi. Namun benar dunia
ini bukan cuman sekadar social media dan televisi, dunia ini ternyata lebih
dari yang kita lihat, kita dengar dan kita pikir atau rasakan. Indonesia ini
adalah hal-hal yang tidak absolute dan stagnan namun Indonesia berjalan dengan
atau tanpa relawan-relawan ganteng dan modis pun Indonesia akan tetap lestari
dan terpuji seperti anak perempuan kelas empat sekolah dasar umur 11 tahun
yang kata teman saya ia bekejaran dengan waktu, bermain-main dengan masa lalu
dan masa depannya. Puji lestari, Zulfa, Sarno dan entah siapa lagi saya belum
mampu menghafal satu persatu, memang sulit menjadi penghafal anak-anak yang
masih polos, kita teralihkan dari dunia yang biasa sehari-hari kita jalani.
Entah itu satu kata yang terngiang di kuping, saya menulis dengan rasa entah.
Pada awalnya saya adalah peragu yang ulung, keyakinan yang
jelas terpapar setiap hari pada diri sendiri pun masih saya ulik lagi hingga
ragu, tetapi setelah keraguan itu sirna maka hanya ada sebuah keyakinan yang
membludak-bludak, optimisme, percaya diri dan rasa bangga itu aku rasa tidak mahal
lagi dan tidak sulit lagi untuk kita lakukan. Aku dan kami adalah orang yang
kesepian setelah lama berbincang hanya dengan diri sendiri dan lupa bahwa masih
ada alam dan bocah-bocah kecil yang entah mengapa mau berteman dan bermain
dengan kami ini.
|
Pertama kali naik ke lereng merbabu, sebuah dusun. |
|
Gamabaran sebuah dusun di lereng merbabu. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar