Selasa, 31 Mei 2016

Belajar dari ketidak tahuan, ah masa gitu aja gak tahu ?

cuman lagi liat kebawah aja kok. . .
Dulu saya tidak tahu namanya nikmat membaca, dulu saya tidak tahu namanya bahagianya saat menulis, dulu saya tidak tahu kalau punya buku-buku novel itu butuh duit banyak, dulu saya ga paham tuh namanya aksi social, aksi lingkungan, dan dahulu saya ga paham soal cinta. Tapi kini ? lumayan lah udah sebagian yang saya pahami dan pelajari, ada banyak yang ingin tahu dari kehidupan ini namun kita manusia cuman punya waktu sedikit dan kemampuan untuk berkata-kata pun sangat lah terbatas kadang yang jelas saja masih menimbulkan perdebatan, antara saya yang tidak bisa mempacari mu karena ini bukan soal status punya pacar dan ga punya pacar tetapi realitanya adalah kita ini perlu menikah untuk bisa pacaran, pelukan, ciuman dan ngapain aja dah terserah adik saja haha. Namun diri mu cuman melihat sisi gampangnya saja soal lelaki jika suka ya harus membuat status, ga cuman teman saja. Itu benar sekali namun buat ku masih ada banyak waktu untuk meminang seseorang sebab kini proses terus berlanjut terus bertumbuh, tergesa-gesa memang asik namun buat apa jika nanti berhenti di tengah jalan. Kembali lagi dulu saya memang lemot dan polos, tapi kini masih mencoba untuk polos namun bisa sigap atas hal-hal baru yang tak selalu baik. Kembali lagi dulu banyak yang tidak saya ketahui secara utuh hanya sepotong-sepotong saja, kini masih mencari potongan yang lainnya untuk terus menggenapi pazzel-pazzel kehidupan terutama soal dirimu yang eksistensinya di luar dari kepribadian saya tentunya. Namun itu bukan lah masalah karena itu merupakan proses yang tentu harus bertumbuh, tak bisa hitungan bulan atau tahun, terlalu relative.

Belajar dari ketidak tahuan adalah fitrah dari Tuhan untuk terus berfikir bahwa aurat kita ini ada bahwa kita ini manusia itu ada dan kita memiliki akal itu benar memang, lalu mengapa kita seperti hewan yang tidak sadar akan dirinya itu memiliki sebuah aurat, memiliki teman yang di sampingnya ? peristiwa manusia atau al basyar atau al insaan atau bani adam menjadi khalifah pertama dan memberikan kesadaran yang kesadaran purba menjadi kesadaran diri akan adanya manusia yang menjadi kahlifah itu bisa kita renungkan bahwa kesadaran itu bukan cuman kebahagian, kesenangan, ketentraman. Namun saat kita sadar saat itu pula kita memiliki potensi untuk sedih, kecewa, putus asa dan lainnya. Jadi anggap kita seperti itu merupakan fitrah dari diri ini yang memang bertugas untuk memimpin minimal memimpin diri sendiri kepada jalan-Nya memang lurus, kita hanya perlu sadar atas dua paradox menjadi pemimpin.
Ah mulai ngelantur lagi nih tulisan, tetapi ya itu adanya mau giman lagi toh semua ini membuat saya sadar bahwa saya manusia yang berkekuarangan sekaligus berkelebihan, syukur.

1 komentar:

  1. Kemenya Online Casino 2021 | Casino & Sportsbook Review
    Kemenya Online 온카지노 Casino is a free online casino worrione and sports betting site. You can play casino 제왕카지노 games, sports betting, slots, roulette,

    BalasHapus