Pada zamannya kita berkumpul hanya untuk bercerita soal
pasangan hidup yang entah dimana keberadaannya, ada yang berkelakar sambil
berpuitis dan ada yang optimis sekaligus pesimis karena realita dan idealism
berbenturan satu sama lain. Pada zaman ini kita berujar bahwa sesuatu yang kita
anggap kebaikan harus disegerakan dan lainnya beranggapan bahwa hal yang
terburu-buru adalah hal yang sangat mungkin untuk menjadi sumber permasalahan
jika kita tidak biasa mempersiapkan dengan cepat dan lengkap, walau itu dalam
konteks kebaikan sekalipun. Pada masa ini merupakan pencarian yang cukup rumit
dan complicated sebab siapa yang tahu masa depan itu secara gamblang, namun
obrolan kami pun hanya menjadi humor di kala bertemu dalam sebuah obrolan,
setidaknya kita masih bisa berbincang walaupun kita tidak tahu kelanjutan kisah
dari pasangan yang di komedikan kadang pula jadi bahan humor yang menurut saya
sanggup menyinggung teman-teman sekitar. Tapi jika tersinggung memang teman
tersebut adalah orang yang kurang percaya diri dengan keyakinannya sehingga
mudah terpercik walau itu humor yang di bawakan bukan untuk menghina atau
menyerang sekadar dinamika dalam obrolan, toh jika memang kurang berkenan bisa
balik dengan membalas humor juga.
Ketika zikir mungkin ada orang yang terus terbayang akan
sesosok wanita pujaannya sehingga yang tujuan dari zikir tidak mendapat ruang
yang penuh untuk berfokus diri, dari situ muncul secercah keberanian untuk
mendatangi rumah ibu dari wanita tersebut untuk sekadar menayakan apakah anak ibu
masih kosong atau sudah ada yang menunggu dan apakah wanita tersebut berkenan
jika masih kosong untuk di tungguinya hingga masa perkuliahan ini selesai atau
setidaknya memiliki sebuah kepastian agar dalam zikir-zikir selanjutnya bisa
kembali dalam kefokusannya. Entahlah ketika hati di bolak-balikan humor pun
bisa menjadi motivasi yang kuat untuk membangun sebuah awal dari keniscayaan
dalam diri seorang pemuda kini, dari hal sederhana saja sudah cukup untuk
mendedikasiakan dirinya kebentuk manusia
dewasa yang tetap menyimpan segudang angan dan cita-cita untuk terus menguak
rahasia hati dan rahasaia kehidupan untuk menafsirkan ketuhanan yang maha esa.
Obrolan kami pun berakhir tanpa kesimpulan karena waktu terus berjalan kami
bergegas kembali pada anga dan cita-cita kami agar kita kelak bisa bertemu
kembali dalam sebuah obrolan humor dengan tema yang lebih nyata bukan cuman
rekaan belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar