|
Waktu itu di solo lagi mural bareng, berekspresi bareng gitu sih. |
Pemuda, seorang yang pantang menyerah, seseorang yang penuh
dengan gairah. Petualangan kadang adalah hobinya, kadang humor adalah prinsip
hidupnya. Suatu ketika pemuda adalah pemimpinnya, memimpin negeri. Pemuda awal
dari kebebasan dan kemerdekaan dan pemuda pula yang pertama kali untuk
memberontak kebebasan dan kemerdekaan itu. Suatu purnama pemuda bernyanyi
karena hatinya sunyi, jiwanya melayang, mengambang diatas cermin bulan, cermin
dari langit purnama. Sesuatu yang garing menjadi pemuda yang terkungkung oleh kemerdekaan
dan kebebasan. Pemuda yang hingga ajalnya terjebak pada pemikirannya. Sungguh
lautan dan lembah pegunungan adalah tempat bertualang untuk belajar apa arti
kemerdekaan itu. Bukan hanya mejelajah melalui kertas dan maya yang terbarukan.
Malas kaki untuk sekadar menjelajah, untuk sekadar mampir dan berkata bahwa
dunia ini cukup untuk kita semua bukan untuk satu orang saja. Ah kenapa pula
dunia ini tercipta begitu luasnya namun pemudanya terkungkung dalam
kemerdekaannya sendiri terkungkung karrena malas melangkah. Lihatlah hal yang
indah sebelum kita merasa bahwa dunia ini cuma sekadar kota yang gersang.
Setelah selesai melangkah apakah itu sudah cukup ? apakah kita bisa bahagia ?
lalu apa itu melangkah dan bahagia kenapa kita jua menajdi pemuda di tanah yang
indah ini. Rasa-rasanya kelucuan dalam kebahagiaan dan kebebasan adalah murni
bukti dari segaris citra foto satelit penjelajah luar angkasa.
Mungkin saya juga sebagai pemuda terkungkung dalam pemikiran
dan dunia maya atau kertas seperti buku, itu sangat mungkin terjadi. Belum
diberikan oleh sang waktu untuk melangkah dengan seribu bekal pengalaman dari
dunia maya dan dunia kertas. Kadang jua mungkin hanya lewat pengamatan dari
maya, pemikiran ini menjelajah hingga ujung dunia, puas ? tentunya ini perlu
pembuktian diri agar nanti kita tahu hakikat mencintai dan di cintai, tanpa
kita merasakan jarak dan rentangan waktu yang berbeda tak akan pernah muncul
kata rindu, tak akan pernah berhasil kita menytakan cinta karena jarak dan
rentang waktu itu punah oleh teknologi. Memang bagus sebuah teknologi namun
apakah manusia siap untuk tidak lagi berkelana dalam kebingungan dan
keterasingan diri karena teknologi ? manusia mahluk yang kesepian di tata
surya, mahluk yang hanya bisa mendengar dengan kuping dan melihat dengan mata,
tak jarang yang hanya menggunakan mata hatinya saja. Namun sesungguhnya masih
ada kehidupan yang tak kasat mata. Jiwa kita sendiri pun sesungguhnya juga tak kasat
mata, namun kita tidaklah sadar betul akan hal itu. Pemuda mulai nyaman untuk
diam dalam diamnya dan mulai nyaman dalam teriakan-terriakannya yang kosong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar