RianAhsan27
Catatan kecil, yah dari situlah tulisan-tulisan besar akan tumbuh dan berkembang (cerpen, novel & roman). Jadilah penulis yang memulai dari catatan kecil, dimulai dari kehidupan sehari-hari kita dan yang paling sering kita lakukan (ahli dalam suatu bidang).
Senin, 27 Februari 2017
Jual Note Book - Canvas cokelat - Akuarium Puisi | Tokopedia
Jual Note Book - Canvas cokelat - Akuarium Puisi | Tokopedia: Jual Note Book - Canvas cokelat, Note Books dengan harga Rp 30.000 dari toko online Akuarium Puisi, Depok. Cari produk buku catatan lainnya di Tokopedia. Jual beli online aman dan nyaman hanya di Tokopedia.
Jumat, 10 Februari 2017
Demi lawuh dalam Resident Evil
Suatu sore saya dan televisi sedang berdialog mebincangkan
sebuah film yang booming pada tahun 2002an hingga sekarang pun masih ada
lanjutan ceritnya hingga film ke 6 totalnya (masih bisa nambah lagi) dan ceritanya
masih nggantung gitu, akhir filmnya ga terlalu bisa kita simpulkan seketika,
harus di imajinasikan dan dibayangkan banyak-banyak. Film itu berjudul Resident
Evil mulai dari seri pertama hingga terakhir saya paksakan menontonnya sebab di
film pertama saya penasaran karena di satu scene yang menjelaskan bahwa orang
yang mati dan terkena T-Virus akan hidup lagi namun hanya memiliki sedikit
kecerdasan dan sumber utama meraka bisa bergentayangan adalah dari dasar
kebutuhan “makhluk hidup” yaitu membutuhkan makan, nafsu makan tepatnya. Sebab tanpa
ada nafsu makan selezat apapun rasanya tak akan mau kita memakannya. Setelah
berdiskusi dalam dialog saya dengan televisi yang terus diganggu oleh iklan
komersil, kesel juga yah. Pada akhirnya saya menyudahi dialog ini dan lekas
tidur di kamar karena sudah malam dan lebih baik tunggu moment yang tepat untuk
meneruskan menonton film dan mebahas soal makanan pada film Resident Evil itu.
Jumat, 27 Januari 2017
Menulislah dalam kata-kata dan bermimpilah dalam imaji
Suatu sore saya beranjak dari kamar kost yang nyaman dan
layak huni, kost-kostan yang di diami oleh orang-orang yang berbakat melawak
dan tertawa, tertawa hanya dengan celetukan khas anak muda yang sedang merintis
kepercayaan diri, percaya diri bahwa dunia ini tak sekejam dan sekaras yang di
dongengkan para tetua. Setelah memberikan senyum dan salam bahwa saya akan
pergi sebentar menemui teman-teman yang memintai bantuan untuk sekadar jadi
pendengar yang bijak, mendengarkan keluh dan kesah soal kuliahnya, soal
tugas-tugasnya dan soal kehidupan keluarganya atau kisah cintanya dengan
seorang teman yang lugu. Sore itu saya merenung setelah mendengar banyak kisah
yang di ceritakan tanpa paksaan mengallir begitu saja, tanpa ada tekanan,
melaju dengan kepercayaan sebagai teman. Bahwa saya bukan lah siap-siapa di
antara mereka, saya hanya bagian kecil dari takdir mereka, bertemu hanya dalam
hitungan menit atau jam saja, bertemu untuk mengetahui rahasia kehidupan bahwa
saya hanyalah potongan kecil yang saharusnya menjadi pemeran utama dalam kisah
hidup saya sendiri, bukan menjadi dewa penolong mereka karena saya bukan
siapa-siapa di kehidupan mereka, saya hanyalah figuran yang numpang lewat di
episode kehidupan mereka.
Saya sering berfikir untuk menolong teman-teman saya setelah
mendengar kisah-kisah mereka, namun kesadaran ini menegaskan bahwa saya hanya
manusia biasa bukan dewa penolong yang mengurus diri sendiri pun tak terlalu
becus, berani-beraninya menolong orang lain ? namun melihat semangat mereka
untuk terus berani hidup dengan tawa dan senyuman walau dalam diri mereka
mengalami banyak kisah yang pahit, mulai dari kisah cinta yang suram, urusan
ekonomi yang klasik dan soal hidup yang kadang membuat seakan-akan tidak
berpihak pada teman saya. Lalu pada malam harinya saya memikirkan sebuah ide
yang terngiang di dalam kepala saya, bahwa dukungan moril saja belumlah cukup
untuk membantu teman-teman saya, sesuatu hal momentum harus terjadi dalam
bentuk apapun itu maka saya memutuskan berimaji dan berdialog dengan diri
sendiri bahwa potensi yang dimiliki teman-teman seharusnya bisa menolong mereka
sendiri. Ide yang muncul dari potensi mereka adalah soal kopi dan café/ warkop,
namun setalah berimaji soal keberadaan café tersebut saya kembali lagi pada
diri sendiri bahwa saya ini bukan siapa-siapa, uang kuliah dan biaya hidup di
rantau pun masih di sokong oleh orang tua, bagaimana saya bisa membangun sebuah
café/ warkop untuk menjadikan solusi bersama soal kendala yang dihadapi
teman-teman saya khususnya soal ekonomi yang tertuju untuk perkuliahan mereka ?
investor hmm memang terkesan kapitalistik mendengar kata itu namun itu sekadar
istilah untuk menengahi masalah warkop yang tak bisa berdiri tanpa ada dana
segar dari dermawan atau seorang investor yang berhati baik dan berfikiran
menolong anak-anak muda kurang biaya kuliah namun bersedia menjadi seorang yang
tidak mengemis secara resmi atau tidak resmi.
Lalu fase berandai pun muncul begitu saja, seandainya saya
anak orang kaya atau konglomerat saya ingin membagi-bagikan uang tabungan dari
orang tua untuk menolong teman-teman saya yang kesusahan dalam sektor
ekonominya atau membangun café dan mengajak teman-teman saya untuk menjadikan
café tersebut sebuah penghasil rasa yang nyata dan juga penghasil uang bagi
keberlanjutan kisah hidup teman-teman saya. Namun rasa-rasanya itu tidaklah
mungkin sebab saya bukan anak orang kaya atau konglomerat itu, jika pun saya
anak orang kaya apakah saya masih peduli untuk sekadar menjadi pendengar keluh
kesah mereka, apakah saya masih rela untuk berteman dengan mereka ? mungkin
saja saya terlalu gengsi berdekatan dan mengakrabi masalah mereka.
Saya hanya bisa menuliskan sebuah kata-kata dan hanya bisa
memimpikan sebuah imaji dan diselipi doa-doa kepada teman-teman saya. Karena
saya bukan lah seorang dewa penolong dalam kehidupan mereka, saya hanya manusia
biasa yang menjadi figuran dalam kisah panjang kehidupan mereka.
Semoga tahun depan awal kenyataan dari imaji dan mimpi kita entah nanti situasi dan perasaan ini berubah, tulisan ini merupakan representasi doa-doa dan cita yang diendapkan agar tak terlupakan kelak. Terjadi atau tidak itu bukan urusan kita yang terpenting adalah berani untuk menuliskannya.
Jumat, 09 Desember 2016
Guru dan Pengabdian
Kesadaran ini muncul ketika ada perasaan yangdirasakan setelah
obrolan orang lain yang menjadi trending topik setiap kali berjumpa dan duduk
bersama. Obrolan soal masa depan, itulah topik paling unik untuk di bahas pada
periode ketika umur beranjak memasuki dunia yang namanya dunia kedewasaan dan realitas
kehidupan ada di depan mata. Dimana tingginya logika pada cara berpikir anak
muda kebanyakan, sehingga hal-hal yang tidak realistis cukup disimpan dalam
mimpi dan terlupakan. Bicara soal masa depan dan cita-cita pastilah setiap
orang memiliki banyak pilihan dan rencana, tetapi mungkin kah semua list yang
telah kita kumpulkan akan terealisasikan ? pastinya tidak semuanya karena hal
terpenting saja yang akan benar-benar terwujud. Sepertilah dunia berjalan karena
impian-impian itu juga bersentuhan langsung dengan impian orang lainnya, bisa saling
melengkapi bisa saling menghapus karena suatu kondisi tertentu.
Guru seperti jendela yang menuntun kita melihat dunia luar |
Kembali pada obrolan yang menjadi trending topik yaitu soal
masa depan, masa depan para guru di negeri ini. Seolah-olah bahwa profesi guru
adalah hal yang cocok bagi orang-orang yang berani kehilangan nilai, khususnya
nilai secara nominal, sebab hanya dengan sebuah kata yaitu “Pengabdian” maka
luruh semua kualitas dan ilmu yang di miliki seorang guru tersebut. Dengan sebuah
jargon klise yang berbunyi bahwa “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” ini
mirip pembodohan dalam lini profesi, sehingga guru dianggap hanya seorang yang
berperan menilai sekelompok siswa dan orang yang menjadi martir bagi para
pejabat yang korup mungkin.
Pada dasarnya setiap profesi atau pekerjaan ada unsur pengabdiannya
dan setiap yang di kerjakan pasti akan di
persembahkan untuk seseorang atau pun suatu hal pastinya, tidak mungkin
seseorang bekerja hanya untuk mengisi waktu luang dan hanya untuk mencari
suasana baru bukan ? menjadi tantara jelas mengabdi pada negara, menjadi ilmuan
jelas mengabdi pada negara dan ilmu pengetahuan, menjadi pendakwah pasti
diabdikan untuk kepentingan umat dan agamanya dan menjadi ibu atau ayah maka
jelas diabdikan untuk anak-anak dan keluarganya. Sesuatu jadi salah pengertian
hanya menyematkan kata “Pengabdian” sebagai dalih kontribusi bagi bangsa
padahal seacara logika kita dibayar sesuai apa yang telah kita kerjakan, apapun
pekerjaannya, apapun keahliannya seharusnya dibayar sesuai kontentnya tak memlulu
soal pengabdian jadi melupakan hal ini. Bekerja dalam keburukan maka jelas
bayaran yang diperoleh adalah hukuman dan sangsi sosial, bekerja untuk kabaikan
bangsa dan umat pastinya diberikan jaminan hidup layak tetapi khianat selalu
merubah jalan ceritanya, nyatanya kebaikan yang telah terkonstruksi luruh. Bukan
maksud menagih imabalan tetapi Karena sudah keterlaluan bahwa guru diremehkan
hanya di labeli sebagai profesi pengabdian, seharsnya tidak seperti itu bahwa
semua profesi juga seharusnya menjadi simbol pengabdian sama seperti profesi
guru. Penting untuk di ingat bahwa pekerjaan yang telah di lalui seorang guru berbanding
terbalik dengan hasilnya dan mengisyaratkan bahwa dibayar murah pun tak mengapa
toh ini bukti pengabdian, lalu yang menentukan kebijakan lupa bahwa dulu ia
berada di situ pun berawal dari seorang guru teladan yang sabar mengajarinya
soal-soal kehidupan. Selamat telah sadar.
Minggu, 06 November 2016
Naifnya Damar dalam Lukisannya
Ceritanya berawal dari kepeduliannya pada anak jalanan dan
lingkungan kota yang acuh, lalu ketika berkesempatan memilih, ia lalu memilih
mengikuti praktik lapangannya di sekolah luar biasa, entah mengapa ia berjumpa
lagi dengan wajah yang diakrabinya saat berkonvoi mengitari jalanan kota untuk
sekadar mengobrol bersama para tunawisma atau gelandangan, mungkin takdir atau
arus kehidupan yang membawanya. Iya anak kecil yang ternyata memiliki keterbatasan
atau disebut ‘down syindrome’, jelasnya saya tak paham bagaimana kronologinya
hingga pada titik jenuhnya ia mengangkat tema tersebut menjadi objek
penelitiannya dalam kajian keilmuan guna memenuhi kelulusan strata satu di
sebuah kampus, down syindrome yang notabene adalah hal baru Karena basic
keilmuannya adalah pendidikan dan seni, untuk psikologi tak terlalu banyak
menyinggung soal down syindrome. Tetapi selalu ada pelajaran terhadap yang
sudah dipilih maka hingga titik darah penghabisan pun ia sanggupi dan kerjakan
hingga lulus atau di luluskan. Semenjak itu kurang lebih banyak perbincangan
diantara kami menyinggung soal pendidikan anak dan khususnya yang berlatarkan
hal-hal yang tak sekadar pelajaran hafalan tetapi pemahaman lebih lanjut yaitu
analisis.
Dari semua itu mungkin ada sedikit penggambaran dari
peristiwa berprosesnya untuk mencapai suatu titik tertentu yang ia tuju, lebih
tepatnya saya mencuri sebuah sketsa dan saya modifikasi ke bentuk digital dan
diakhiri dengan sentuhan warna-warni tak keruan. Mungkin bisa buat cover buku
atau sekadar kenang-kenangan kelulusan yang di luluskan buatnya dari saya atau
apapun itu bahwa berrproses itu telah menyipratkan secercah ide yang kemudian
mewujud menjadi sebuah gambar berwarna yang mirip ilustrasi dari kata ‘bone-man’
dan ‘juxta-potition’ jika tidak salah seperti itu pendapat saya.
Jumat, 04 November 2016
Dunia Omong Kosong Ku
Mungkin ini sebuah omong kosong namun ini cukup bisa mengisi
kekosongan mu didunia pendidikan yang ‘ass hole’, sebab kita telah kehilangan
diri kita sendiri yang di ambil oleh criminal pendidikan, merenggut segala daya
kreativitas kita, mematikan daya eksperimen kita dan mencuri pikiran kita
dengan doktrin-doktrin kapiran. Iya ini memang omong kosong sebab kita harus
menjadi seperti mereka, mendapatkan nilai dan lulus dengan predikat sempurna,
hidup kita berubah menjadi asset-asset rongsokan yang setelah lulus hanya
bertumpu pada kertas yang menjamin pengalaman kosong. Kita membayar tunai
setiap beberapa bulan sekali untuk mendapatkan pengalaman yang omong kosong,
untuk mengikis sedikit demi sedikit rasa penasaran terhadap apa yang ingin kita
pelajari, kita membayar hanya untuk membangun kuburan bagi bakat-bakat kita
yang malu untuk hidup. Kenapa kita harus sama seperti kalian jika kita bisa
hidup perdampingan dalam perbedaan, kalian teruslah membangun mimpi-mimpi dan
kata-kata manis kepada anak-anak kalian, namun biarkan kami juga memilih
kehidupan kita. Kita sudah terlalu lama hidup dalam masa orientasi yang
menjurus pada per-peloncoan, entah itu fisik, verbal bahkan seksual dan gender,
mungkin juga rasialisme dan kepercayaan. Kita menghabiskan waktu hanya untuk
menjadi sekelompok pembenci dan sekelompok penghina, menghinakan diri sendiri
demi jabatan dan uang semata, menjadi sekelompok yang rela berjuang mati-matian
untuk suatu alasan yang tak berdasar dan gegabah. Dimana lagi kita harus
mencari diri kita yang telah kalian rebut selama ini, kemana kita harus pulang
? sedangkan kalian penjarakan jati diri kita dengan tekanan dan ancaman kegagalan yang tak
termaafkan ? harus mengadu kepada Tuhan yang mana lagi untuk memberikan
peringatan karma terhadap kalian yang telah mencuri rasa ingin tahu kami ?
sungguh kami telah kehilangan segala-galanya.
Tujuan utama pendidikan adalah menumbuhkan rasa kreativitas
pada peserta didiknya bukan untuk menjangkiti jiwa peserta didik dengan bualan
ketakutan masa depan dan ancaman dari masa orientasi yang menguatkan mental
katanya sih begitu, dari mana lagi kita akan menjadi manusia jika tak nampak
unsur kreativitas dan rasa ingin tahu yang besar ?
Untuk apa tradisi pendidikan jika hanya menghasilkan
perpeloncoan dan penghakiman sepihak hanya Karena kita sedikit berbeda dari
kalian, jika kita memiliki standar atau kualitas yang berbeda lalu kalian nilai
hanya dengan cara kalian saja maka itu bukan lah pendidikan tapi doktrin yang
terslubung, lihat baik-baik kami dan nilai lah kami sesuai standar kami,
bukankah apel dan tomat sama-sama merah namun bukan berarti mereka sama persis
toh ? tak baik jika kita hanya menillai dari luarnya saja dan tak usah
menyamakan perbedaan kita, cukup hormati agar bisa berjalan berdampingan.
Pendidikan adalah lembaga yang melayani, bukan kita peserta
didik yang menjadi budak yang mau-mau saja untuk melayani dinasti kalian, mau
saja menjadi ayam potong yang jika tidak menuruti perintah kaisar akan
disembelih dan dijadikan ayam panggang, sudah cukup omong kosong ini, biarkan
kami menjadi seperti diri kita yang hilang dahulu, bahwa kita membayar
pendidikan bukan untuk sebuah pengalaman yang omong kosong tetapi kita membayar
untuk sebuah pengalaman yang menumbuhkan rasa kreativitas dan gairah hidup yang
sehat.
Selamat hidup di dunia omong kosong. . .dunia pendidikan. .
.bisnis menggiurkan abad modern kini dan nanti. . .
Jumat, 02 September 2016
Sepeda tosca saya yang hilang
Waktu sudah pukul satu siang, setelah bertemu lewat ‘maya’
dengan Tuhan di rumah-Nya saya dan Age beranjak ke warung soto dekat lapangan
sekolah yang penuh dengan gadis-gadis tanpa jilbab karena mereka masih
imut-imut belum sadar akan kemolekan dirinya megundang nafsu birahi. Disitu
ada seseorang yang saya sukai yaitu Zasya, ia satu angkatan dengan kita berdua.
Hanya Aga yang memesan soto karena tiba-tiba saya puasa dadakan setelah melihat
benda lain yang hilang selain keberanian saya yang hilang untuk mencintai Zasya seperti
lelaki dari masa depan yang tersesat pada portal waktu masa lalu. Benda itu
berwarna biru muda kehijauan dengan stiker bertuliskan ‘Marpaung’ ialah nama
sepeda Tosca saya yang hilang tempo hari, Setelah saya cek tenyata benar dan
saya sungguh mengeluh karena roda dan semuanya telah hilang di pretelin menyisakan
frame utamanya saja dan sepasang rem belakang, lalu saya bertanya pada Ibu
Surti pemilik warung soto, katanya dia juga baru lihat itu barang di situ. Saya
sudahi saja kelana di warung soto ini
dan meminta ke Aga agar frame sisa dari tubuh Marpaung dititipkan ke warung
Ibunya di kantin sekolah sana dan Aga pun hanya meng-iya-kan saja tanpa banyak
mengomentari. Sebelum pergi saya mencoba mengintip gadis idaman saya dahulu,
ternyata ia masih berambut pendek karena memang ia agak tomboy sebagai anak
pertama di keluarganya dengan dua adik ia berusaha tegar dan terus tersenyum,
sampai jumpa Za besok kapan kita jumpa lagi saya sedang mencari keberanian
untuk bertemu dengan mu walau harus terjebak di masa lalu yang cukup terik di
siang ini puasa saya yang dadakan karena juga uang saku saya ketinggalan dirumah
tadi pagi, ‘dasar ceroboh’ mungkin itu makian kau yang di lontarkan kepada saya
ketika kesal melihat ketledoran bocah lelaki lugu ini.
Ketika sampai di kantin sekolah kami telah meniti pada pukul
setengah 2 siang yang harusnya waktu bel masuk untuk mata pelajaran terakhir
bergulir, frame sisa dari tubuh Marpaung telah saya titipkan pada Aga yang
masih tanpa banyak cakap karena ia telah tahu semua rahasia hidupnya dan hidup
saya. Aga adalah anak terakhir seperti saya yang cenderung lebih aktiv otak
kanannya dan sukanya otak-atik barang seperti gadget dan kerajinan tangan
seperti memahat, juga tumbuh menjadi anak yang mencintai binatang bukan untuk di
jadikan pajangan saja namun menjadikan binatang juga sebagai teman yang
memiliki pemikiran dan keinginan masing-masing, walaupun memang hewan tak memiliki perasaan tetapi Aga pernah berpesan pada saya bahwa ‘lebih baik kau
adopsi seekor kucing dari pada kau adopsi perasaan itu, hanya membuat mu sakit
saja lai’ dan ia juga pernah berkomentar begini ‘kau seharusnya yang memiliki
perasaan itu hidup dengan perasaan itu tetapi malah kau seperti hewan hanya
mengandalkan insting nafsu cinta konyol mu itu, rela terjebak di masa lalu demi
bocah ingusan itu’ saya hanya takzim ketika Aga berbicara, sekali ia
berkehendak untuk angkat bicara berarti memang ada hal yang terusik dalam
sanubari hatinya, sunggu bocah yang legendaris dalam kelana waktu saya ini,
menakjubkan kata-katanya.
Tanpa sadar kita berjumpa seorang guru di koridor sekolah
ketika hendak kembali ke kelas kita, beliau bernama Pak Sunu ia keturunan orang
Perancis-Senegal sehingga kalau di sini seperti orang timur dengan kepala
plontos dan tubuh tegap tinggi juga kekar pas sekali jika ia menjadi guru
kesehatan jasmani dan pelatih club sepak bola sekolah ini, beberapa kali timnya
menyabet gelar juara Sepak Bola maupun Futsal tingkat kecamatan dan kabupaten
mungkin tahun ini ia mencoba di tingkat nasional dan internasional. Pak Sunu
bertanya pada saya ‘hei kau kemana saja tak pernah ikut latihan Bola hah ?’
saya cuman tersenyum saja kerana dengan hati yang rapuh ini mana mungkin saya
hadir untuk latihan, mental saya sedang down dan kegiatan fisik tak terlalu
membantu saya bergairah lalu saya berusaha cepat-cepat melangkahkan kaki untuk
kabur, si Aga memberi isyarat pada Pak Sunu bahwa waktu masuk telah tiba dengan
menunju-nunjuk jam tangan barunya, terkesan ia pamer jam barunya ketimbang menghambat
Pak Sunu yang selalu sehat tanpa menghirup sebatang rokok yang masih murah
sekali pada waktu ini atau dulu.
Saya cuman seorang pelajar biasa dan hanya anak terakhir di
keluarga saya yang introvert dan kadang susah sekali untuk melupakan impian-impian
masa lalu seperti untuk bersama Zasya namun apa daya tak ada hasil. Sekarang lebih
baik untuk mencari beraneka ragam benda yang hilang dan mainan yang sudah sulit
di temui di masa depan untuk sekadar koleksi dan nostalgia, walau harus
tertidur dahulu di kelas lagi karena materi sosiologinya sungguh membosankan
dan Pak guru juga terlalu serius cara mengajarnya cuman ceramah, ceramah dan
ceramah seperti radio rusak kehabisan batre. Maaf Pak saya berkata jujur
seperti itu karena Bapak juga yang mengajari nilai integritas tersebut. Dalam mimpi
saya juga bermimpi, paradox yang ambigu ah pusing saya, tetiba saya di bangunkan
Aga dan jam pelajaran telah usai. Saatnya pulang dan buka puasa.
Senin, 25 Juli 2016
Jasa Angkut Bintang Lima
Hari yang lalu saya resmi pindah ke kost baru dari kontrakan
lama, kisahnya di mulai dari ketika saya bingung untuk mencari jasa angkutan
barang yang sejenis mobil pick up, memang banyak di kota kenamaan ini namun
saat di cari suka pada ngumpet dan pas udah dapet eh pada berjejer di pinggir
jalan dan dapatnya yang ecek-ecek lagi nih mobilnya trus orangnya ga ramah gitu
lah jadi trauma haha. Pas pulang dari begadang eh tetiba liat mobil pick up yang
ada tulisan layanan on line pick up dari sebuah merek popular di kalangan bangsa
yang masih terus belajar untuk saling memahami ini. Dari situ saya googling
dan memang di kota kenamaan ini udah ada alias ekspansi pasar setelah di
beberapa kota besar lainnya, duh keraguan untuk pindah ke kost baru pun
lumayan teratasi.
Bangun pagi setelah semalaman main game online, tapi tidur
lagi sampai siang dan saya belum booking tuh pick up, capek juga malamnya habis
packing barang-barang di kontrakan, beberes beberapa parang yang tersisa lanjut mandi trus mulai download aplikasinya langsung bikin akun dan order mobil pick
up nya, dapet sopir yang namanya Pak Sukidi alias Sukidi. Saya tunggu sekitar
setengah jam dia sudah nongol dan segera angkut-angkut deh tuh barang, lumayan
bisa memanfaatkan aplikasi yang merakyat bagi kaum muda digital jaman sekarang,
tak selalu buruk soal teknologi yang mengikis budaya local namun jika orang
dewasa mampu menyikapi dengan hati dan perasaan yang jernih pasti bisa
bermanfaat bahkan menggandeng mesra kebudayaan local dan religusitas dalam
berbisnis, bahkan jarak dan waktu, soal
kaya dan miskin pun bisa luntur kita bisa menikmati fasilitas dan pelayanan
yang sama rata karena memang kita tinggal di dalam bumi yang sama.
Petualangan berlanjut setelah sampai di kost baru saya di
bantu teman saya dan Pak supir menurunkan semua barang-barang tadi, setelah
semua selesai saya bertanya ke Pak Sukidi, jadi gimana Pak ? lalu beliau
menjawab cek history mas klik selesai order, oh gitu yah Pak okeh deh dan saya
klik lalu secara bangga membubuhkan lima bintang untuk rating Pak Sukidi yang
ramah dan enjoy menjalankan pekerjaannya, uang cash saya berikan sejumlah
162ribu rupiah dan berjabat tangan erat sambil berkata hati-hati Pak di jalan,
karena Pak Sukidi sudah dapat order lagi hehe.
Begitulah kesan saya terhadap sebuah aplikasi online yang
menurut saya merupakn win-win solution bagi kebingungan saya yang traumatis
terhadap jasa angkut konvensional namun bukan berarti jasa angkut konvensional
itu jelek namun saya traumatis saja jadi orang, sehingga saya menyikapinya
dengan berpikir sederhana yaitu cari yang memiliki pelayanan yang ramah dan
akurat dalam menilai tarif, ga mencla mencle.
Yah karena sudah clear urusan kost di rantau kota kenamaan,
tinggal ngurus kuliah yang vacum sekitar satu bulan lebih semingguan haha.
Saya beri judulnya Jasa angkut bintang lima dan seperti itu
saya bangga menggunakan aplikasi online tersebut karena memiliki karakter dan
akurasi tarif yang memilki dasar. Terlepas ini milik Indonesia atau milik luar
negeri jika mengangkat drajat dan harkat penghidupan manusia Indonesia kenapa
harus takut kehilangan toh ini soal roda yang berputar tak selalu di atas lah.
Minggu, 26 Juni 2016
Jika malaikat memiliki perasaan, malaikat punya Logo.
Malaikat punya Logo |
Jika malaikat memiliki perasaan dan manusia dengan empat
dimensinya. Sejak kecil saya di ajarkan untuk percaya terhadap adanya malaikat
yang memiliki beberapa tugas, setiap malaikat memiliki tugasnya masing-masing. Malaikat Jibril
memiliki tugas memberikan wahyu, Malaikat Jibril sangat popular di benak saya
karena setiap kecil kalau ngaji dan kalau orang tua habis beli makanan dan saya
tidak mau membagi makan tersebut maka akan di nasihati dengan menyebutkan bahwa
jika tak mau berbagi makanan tersebut maka akan di tanyai sama Malaikat Jibril. Saya yang masih umur terbilang balita dan kecil mengangguk saja untuk mengiyakan
pernyataan tersebut dan mulai dari situ saya berbagai dengan kakak saya dan
berlanjut dengan teman-teman saya hingga kini ke pada siapa saja ke setiap yang meminta
bagiannya. Lucu juga mengingat orang tua mengajarkan sesuatu kata baru yaitu ‘Malaikat’
melalui keseharian saya, dipikir apa hubungannya Malaikat dengan berbagi ? tapi
saya bisa menyakini malaikat ya sebab dari keseharian tersebut, lucu. Ada pula Malaikat Mikail yang bertugas untuk membagi rezeki kesemua mahluk yang hidup di
alam raya ini dan juga bertugas untuk mengatur perputaran matahari, bulan
termasuk bintang. Kayak polisi lalu lintas yah walau ga suka nilang juga, malah
kalau ketemu bisa di kasih rizki hehe. Entah itu manusia yang jahat sekalipun Malaikat Mikail tetap memberi rizki-Nya karena memang malaikat tidak memiliki
kecerdasan perasaan dan kecerdasan akal malaikat hanya memiliki kecerdasan
patuh terhadap maha mengetahui. Jadi biarlah tak perlu kita melabeli orang lain
itu jahat atau kafir sebelum kita melihat diri sendiri dahulu. Lanjut, Malaikat Isrofil adalah malaikat yang akan meniupkan sangkakala pada hari akhir atau
hari kiamat atau hari kebangkitan, kebangkitan kita dari alam kubur yang lalau
dikumpulkan pada padang mahsyar, dulu waktu ngaji suka di ceritain waktu
pada hari kebangkitan itu kita semua
telanjang bulat tanpa sehelai benang pun atau tanpa memakai pakaian dan
sepertinya kita sudah tidak memikirkan kanan kiri dan depan belakang, yang lain
mau telanjang bulat atau ga pakai baju kita sudah diputus rasa nafsu dan birahi
kita, yang ada adalah menunggu proses penghisaban setelah kita di kumpulkan di padang mahsyar,
lucu juga sih kalau kita mikir pakai logika manusia soal hari akhir karena akal
kita tak di program untuk memikirkan hal-hal yang memang adalah sekenario Tuhan
jadi biar lah hati ini beriman dengan apa adanya, manusia penuh dengan
kebimbangan sebab kepastian hanya milik-Nya. Nah ini Malaikat izroil yaitu
malaikat yang bertugas mencabut nyawa, ya nyawa siapa pun sekali pun itu nyawa
dari Nabi yang di ceritakan dengan agak sedikit di bumbui oleh logika manusia
agar lebih masuk ke manusia, ceritanya ketika Nabi Muhammad SAW mencapai pada
sakratul maut malaikta izroil segan untuk mencabut nyawa Nabi, sehingga
hanya memerintahkan asistennya untuk perlahan mencabutnya namun pada akhirnya
malaikat mengakhiri keseganan itu karena
ia memang harus patuh terhadap perintah-Nya, mungkin seperti itu yang saya
ingat dari pelajaran agama waktu kecil soal kemalaikatan, guru ngaji suka
membumbui dan membuat ilustrasi keadaan dari tafsir dan hadist ke sebentuk
cerita yang berlogika agar kami anak-anak yang polos dan sukanya bermain layang-layang
di sawah cukup bisa menerimanya, tak mengapa karena semua itu tentang sebuah
cara kreative dari sang guru ngaji, semoga ilmu mu menjadi amal jariyah. Malaikat Mungkar adalah malaikat yang bertugas untuk mennyakan atau menguji dan
pemeriksa amal juga menguji keyakinan kita di alam kubur setelah tujuh langkah
para pelayat melangkah pergi sehabis mengburkan kita kelak, ceritanya mungkin
kalau sekarang sering di umpamakan dengan rasa humor yang bertujuan untuk mengalihkan
kita terhadap kesombongan kita terhadap kematian itu sendiri, sebab kita
terlalu sombong untuk bisa memahami apakah kita sudah cukup bekal dan amal untuk
kelak kita mendapat ujian pertama setelah mencium liang lahat yang dingin
senyap itu ? mungkin banyak yang sombong dan juga banyak yang telah berfikir
tetapi jarang untuk yang merenungkannya, beberapa pertanyaan yang saya ingat
seperti ‘siapa Tuhan mu ?’ kita jawab Tuhan saya Tuhan Allah, ‘siapa Nabi mu ?’
kita jawab Nabi saya Nabi Muhammad SAW, ‘Apa Agama mu ?’ Agama saya Agama Islam,
‘Apa Kitab mu’, kitab saya kitab Al-Quran dan siapakah diri mu ? tentu
Muslimin. Oh iya yang juga bertugas menanyai di alam kubur ialah malaikat Nakir
yang mungkin sebagai juru tulis dan sebagai pencambuk jika kita menjawab
pertanyaan itu salah (berbicara dengan logika). Kemudian malaikat yang hobinya
mencatat kebaikan adalah Malaikat Roqib yang kata pak guru ngaji dulu berada di
setiap pundak manusia sebelah kanan, kanan karena identic dengan kebaikan (berbiacara
dengan logika) lalu kemabran dari Malaikat Roqib adalah Malaikat Atid yang
berugas mencatat amal buruk dari setiap manusia dan malaikat ini bertengger di
bahu kiri manusia kata guru ngaji dulu seperti itu (berbicara dengan logika),
lucu juga karena kalau dengan logika kita berfikri bahwa Malaikat Roqib dan Atid akan memasang 'action cam' di pundak kanan-kiri manusia biar bisa nyatet
amal baik dan buruk dari manusia hehe lucu yah logika manusia. Nah ini dia
malaikat yang ganteng yatu Malaikat Ridwan yang bertugas menjaga pintu surga atau
kuncennya surga kalau orang Jawa memberi gelar seseorang penjaga gunung, apakah
surga itu perlu di jaga ? mungkin perlu karena neraka sebelahan sama surga. Kenapa
bisa ganteng Malaikat Ridwan tersebut ? sebab teman saya yang bernama Ridwan
anak kuliahan di kota kenamaan menjuluki dirinya Ridwan ganteng kok bisa karena
memang ibunya suka memanggilnya ganteng dan mengukuhkanyan ganteng dengan
sebuah piala Oscar hehe, ngarang juga yah. Dan terkahir adalah Malaikat Malik
yang bertugas sebagai kuncennya neraka satu perusahaan sama si Malaikat Ridwan
tuh, nah karena seringnya saya mendengar kata Malik yang di sebabkan nama bapak
teman saya yang bernama Malik tersebut, karena dulu trennya kalau mau manggil
teman itu dengan nama orang tua apa lagi kalau namanya unik bisa setiap ketemu
pasti di ledekin dengan nama bapaknya tuh anak, kasihan juga sih tapi yah
namanya juga anak-anak nakal maungkin perlu pendidikan orang tua yang lebih
baik lagi, ah jadi ngelantur gitu.
Malaikat memiliki perasaan, Jika malaikat memiliki perasaan
dan manusia memiliki empat dimensi.
Syarat memiliki perasaan adalah diciptakan oleh-Nya raga
yang terbuat dari tanah untuk menyisipkan perasaan dalam ruh, setelah itu
sisipkan akal.
Atau ada yang pura-pura jadi manusia ? Pura-pura memiliki
perasaan namun faktanya selalu patuh dengan nafsu ! Ia sadar menggenggam
perasaan namun ia sembunyikan di bawah bantal agar hidupnya rural.
Jumat, 24 Juni 2016
Shalat Jumatnya tukang becak
Tukang becak yang tak ikut shalat Jumat. Dari kecil hingga
sekarang saya kalau di rumah pasti shalat jumat di sebuah masjid di daerah kampung
saya yang agak masuk sedikit, masuk gang dari jalan utama atau jalan raya, nah
di pinggir jalan raya ada sekitar empat atau tiga becak yang parkir dengan di
dalam becaknya tidur-tiduran bapak tukang becak saat peristiwa rutin shalat
jumat saya dan bapak saya bersama jamaah lainnya di masjid tersebut. Dari situ
saya tertarik untuk berfikir dan merenungkan bahwa kaya miskin itu tidak selalu
berkorelasi dengan apa yang kita Imani tetapi dengan apa yang kita lakukan
setelah kita iman pada Tuhan kita. Apakah Tuhan kita menjamin kita bisa kaya
setelah kita beriman kepada-Nya ? tentu itu adalah Tuhan yang ada dalam logika,
Tuhan tidak perlu iman kita Tuhan tidak
perlu kita untuk menyembahnya, karena Tuhan bukan seorang manusia yang
gandrung akan popularitas dan ketenaran (duniawi). Manusia beriman atau tidak
Tuhan masih tetap ada dan juga tiada dalam kehidupan manusia.
Sedang tidak sempat riset dan hunting foto untuk ilustrasi |
Tukang becak tidur saat shalat jumat padahal masjid hanya
berjarak sekitar 20 meter, lalu tukang becak lebih memilih ngetem di becaknya
dari pada masuk ke masjid. Karena pada dasarnya keimanan itu di hati dan amalan
itu perilaku bukan tutur berlalu. Sebab sulit sekali untuk ber-amal karena
beriman itu sangatlah intim dan amal itu bukti di dunia ini karena dunia ini
memiliki dimensi visual atau fisik, memiliki kanal social dan masyarakat yang
di sebabkan adanya raga dan benda. Jika ruh ini telah beriman maka fisik ini
perlu beramal sebagai pembuktian, sebagai syarat formal adanya kehidupan
duniawi.
Shalat jumat pun selesai dengan rasa kantuk yang amat maka
saya membonceng motor bersama bapak saya menuju rumah lalu di rumah saya tak
ngantuk lagi karena saya mencoba menulis dan memenuhi beberapa hawa nafsu yang
masih normal yaitu keinginan menullis dan berimaji hanya dengan tembok dalam
diri ini, tembok yang menghalangi terik matahari menyengat raga ini.
Tak perlu bertanya soal penulis yang masih selalu lemah
dalam ber-amal karena konteks tulisan ini bukan untuk membahas baik buruk amal
seseorang namun membahas apa yang terjadi dalam shalat jumat antara saya dan
bapak saya juga jamaah lainnya di masjid tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)